Soko Berita

Koperasi Merah Putih Utamakan Captive Market, Solusi Bapanas Gapai Keberlanjutan Usaha

Melalui Koperasi Merah Putih yang tersebar di desa-desa, pangan pokok strategis dapat dijual dengan harga terjangkau bersamaan program intervensi pemerintah.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
28 Mei 2025
<p>Kepala Bapanas/NFA, Arief Prasetyo Adi, melakukan visitasi dengan turun langsung melihat stok-stok beras di Gudang Bulog Sukamaju, Palembang, Sumatera Selatan pada Selasa, 27 Mei 2025. (Dok. Bapanas/NFA)</p>

Kepala Bapanas/NFA, Arief Prasetyo Adi, melakukan visitasi dengan turun langsung melihat stok-stok beras di Gudang Bulog Sukamaju, Palembang, Sumatera Selatan pada Selasa, 27 Mei 2025. (Dok. Bapanas/NFA)

SOKOGURU, PALEMBANG– Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih terus digeber. Kementerian Koordinator Bidang Pangan, menargetkan semua Koperasi Merah Putih sudah selesai  terbentuk dan terdaftar hingga 30 Juni 2025.

Urusan notaris juga sudah selesai, sehingga per 28 Oktober, Koperasi Merah Putih sudah harus berjalan.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA), Arief Prasetyo Adi, saat meninjau Koperasi Merah Putih Sukodadi di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa 27 Mei 2025.

Baca juga: Geber Koperasi Desa Merah Putih, Kepala Bapanas Optimististis Kepastian Hilirisasi Pangan Diraih

"Paling baik itu menggunakan captive market. Itu bahasa sederhananya pasar yang sudah ada di sini. Misalnya, kita jual minyak goreng, pasti kan masyarakat di sini butuh. Lalu gula sampai gas melon juga. Jadi maunya Pak Presiden itu ekonominya berputar di desa, gak kemana-mana," jelasnya, dalam keterangan resmi Bapanas/NFA, Rabu, 28 Mei.

Berdasarkan hasil pendataan Potensi Desa (Podes) di 2024 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat total 84.276 wilayah administrasi pemerintah setingkat desa. 

Dengan begitu, target Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih sebanyak 80.000 telah melingkupi hingga 94% dari total desa/kelurahan yang ada di Indonesia.

Baca juga: 80.000 Koperasi Desa Merah Putih Siap Diluncurkan, Kabupaten Malang Paling Siap!

Dalam data BPS juga dilaporkan infrastruktur ekonomi yang telah terbangun di perdesaan semakin berkembang. Salah satunya koperasi. Tercatat sepanjang 2024, sebanyak 51.505 koperasi sudah ada dengan berbagai bentuk. Misalnya koperasi unit desa, koperasi simpan pinjam, hingga koperasi industri kecil dan kerajinan rakyat.

"Jadi Koperasi Merah Putih ini memang harusnya buat sama-sama. Potensi yang ada di desa itu apa, itu kita maksimalkan. Kalau gerai sembako, itu sudah pasti. Semua wilayah memerlukan. Semua itu nanti kita sediakan dan tentunya kalau sembako itu kualitasnya baik, harganya baik, pasti jualannya baik," beber Arief.

Kemudian Kepala Bapanas melihat jamur tiram. Ia pun mengatakan harus dijual bukan jamurnya, tapi lebih apa saja manfaat mengonsumsi jamur tiram. 

Baca juga: Ada Tujuh Unit Bisnis yang Wajib dalam ekosistem pembentukan Koperasi Desa Merah Putih

“Tapi percayalah kalau kita mulai dari market dahulu, nanti feasibility study untuk pinjaman Koperasi Merah Putih yang Rp3 miliar per koperasi, bisa lancar. Dengan itu, kita bangun ekosistemnya, bukan individunya," imbuhnya.

Arief menegaskan fluktuasi harga pangan pokok strategis di perdesaan diyakini dapat pula lebih ditekan dengan kehadiran Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih. 

Melalui saluran Koperasi Merah Putih yang tersebar di desa-desa, nantinya pangan pokok strategis dapat dijual dengan harga lebih terjangkau berbarengan dengan program intervensi pangan dari pemerintah.

Data BPS menunjukkan di wilayah perdesaan, masih terdapat pergerakan harga pangan yang dinamis. Misalnya terhadap beras, selama 2024, rerata harga eceran beras di perdesaan sempat meninggi di bulan Maret seharga Rp15.821 per kilogram (kg). Namun mengalami penurunan sampai Desember dengan Rp15.309 per kg.

Turut hadir dalam kegiatan hari ini antara lain Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan Didit Herdiawan, Wakil Gubernur Sumatera Selatan Cik Ujang, Wali Kota Palembang Ratu Dewa, dan Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa. (SG-1)