SOKOGURU - Inisiatif Go Digital ASEAN yang digagas oleh The Asia Foundation dengan dukungan Google.org dan Komite Koordinasi ASEAN untuk UMKM telah mencapai tonggak penting dalam membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia beradaptasi dengan era digital.
Sejauh ini, lebih dari 36.000 individu dan UMKM telah mengikuti pelatihan digital gratis dari program ini.
Pelatihan ini bertujuan membekali mereka dengan keterampilan yang esensial untuk mengembangkan usaha di ranah digital.
Pada tahun 2023, Indonesia memiliki lebih dari 64 juta UMKM yang menjadi penopang utama perekonomian.
Sektor ini berperan besar dalam penciptaan lapangan kerja serta pertumbuhan ekonomi nasional.
Saat ini, 70% UMKM telah menggunakan media sosial untuk promosi, sementara 61% memanfaatkannya untuk berinteraksi dengan pelanggan.
Digitalisasi menjadi kebutuhan mendesak agar bisnis mereka tetap kompetitif.
Hannah Najar, Manajer Program Regional Go Digital ASEAN, menegaskan bahwa program ini tidak hanya membekali peserta dengan keterampilan digital dasar, tetapi juga memberikan alat yang dibutuhkan untuk bersaing di ekonomi modern.
Dengan tingkat penetrasi internet yang mencapai 69% dan terus meningkat, akses terhadap keterampilan digital menjadi kunci bagi pelaku usaha untuk mengoptimalkan potensi bisnis mereka secara online.
Salah satu kisah sukses dari program ini adalah Nafa Nurfaizah, seorang penjual kue dari Pandeglang, Banten.
Berkat pelatihan, ia berhasil mengembangkan usahanya dari produksi 100 potong menjadi 200 potong per hari, serta meningkatkan keuntungannya dari Rp30.000 menjadi Rp100.000 per hari.
Natalia Sarira Geghi dari Kupang juga merasakan manfaat program ini. Dengan keterampilan digital yang ia pelajari, bisnis buket camilannya mengalami pertumbuhan yang signifikan dan berhasil mempertahankan penjualan stabil sepanjang tahun.
Tiga Segmen Pelatihan dalam Program Go Digital ASEAN
Program ini mencakup tiga segmen pelatihan utama:
1. Go Digital: Memberikan keterampilan digital dasar kepada UMKM untuk berpindah ke platform online.
2. Grow Digital: Menyediakan keterampilan lanjutan seperti e-commerce, keamanan siber, dan adopsi AI.
3. Explore Digital: Menghubungkan pelaku usaha melalui webinar regional untuk kolaborasi lintas negara.
Sejak 2020, lebih dari 225.000 UMKM dan pekerja dari komunitas yang kurang terlayani di ASEAN telah mendapat pelatihan ini, dengan fokus pada peningkatan peran perempuan dalam ekonomi digital.
Pemerintah menargetkan 30 juta UMKM untuk go digital pada 2024.
Hingga Desember 2023, sebanyak 27 juta UMKM telah beralih ke platform digital, menunjukkan progres signifikan dalam adopsi teknologi.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian, Rudy Salahuddin, optimistis bahwa target dapat tercapai melalui edukasi digital serta sinergi dengan e-commerce dan fintech.
Digitalisasi UMKM juga berdampak pada inklusi keuangan. Hingga Juli 2024, sebanyak 32 juta merchant telah menggunakan QRIS, dengan 95% di antaranya berasal dari UMKM.
Hal ini mempercepat transaksi dan meningkatkan efisiensi bisnis mereka.
Meskipun adopsi digital terus meningkat, masih ada tantangan seperti infrastruktur digital, literasi teknologi, dan akses terhadap pendanaan.
Upaya berkelanjutan dari berbagai pihak diperlukan agar semua UMKM, termasuk di daerah terpencil, bisa mendapatkan manfaat maksimal dari transformasi digital. (*)