Soko Berita

Hubungan Iran dan Israel Sebelum Perang Meledak, Ternyata Dulu Harmonis

Peristiwa yang meningkatkan ketegangan antara kedua negara, yang sudah memiliki sejarah panjang. Sejak 1979, Iran secara ideologi menentang keberadaan Israel.

By Pipin Lukmanul Hakim  | Sokoguru.Id
23 Juni 2025
<p>Ilustrasi bendera Israel dan Iran. Sejarah Iran dan Israel yang awalnya harmonis, sekarang ini memanas. (Foto: Freepik).</p>

Ilustrasi bendera Israel dan Iran. Sejarah Iran dan Israel yang awalnya harmonis, sekarang ini memanas. (Foto: Freepik).

SOKOGURU - Ketegangan antara Iran dan Israel kembali memanas usai serangan militer Iran ke Israel terjadi pada Sabtu (13/4) tahun lalu. Lebih dari 100 drone Iran dilaporkan berhasil memasuki wilayah Israel.

Serangan ini merupakan balasan atas gempuran Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, yang terjadi 1 April 2024 lalu, menyebabkan tewasnya tujuh anggota Garda Revolusi, termasuk dua komandan senior.

Peristiwa ini tentu saja meningkatkan ketegangan antara kedua negara, yang memang sudah memiliki sejarah panjang permusuhan. Sejak 1979, Iran secara ideologi menentang keberadaan Israel.

Para petinggi Iran memandang Israel sebagai penjajah yang menindas bangsa Palestina. Dari pandangan ideologi ini, Iran menjadi sangat vokal dalam menentang Israel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS).

Begitu juga sebaliknya, Israel dan AS kerap bertindak agresif terhadap Iran. Permusuhan ini telah berkembang selama beberapa dekade, seiring upaya kedua belah pihak untuk memperkuat kekuatan, dan pengaruh di kawasan Timur Tengah.

Poros Perlawanan Serangan Balik

Saat ini, Iran mendukung jaringan 'Poros Perlawanan' yang mencakup kelompok-kelompok politik dan bersenjata di Lebanon, Suriah, Irak, serta Yaman.

Sementara itu, Israel juga sudah melancarkan berbagai serangan terhadap Iran, baik melalui spionase maupun sabotase.

Hubungan Iran dan Israel

Meski kini terlibat konflik, ada periode di mana Iran dan Israel memiliki hubungan yang istimewa. Sebelum 1979, sebelum berdirinya Republik Islam Iran, kedua ini merupakan sekutu dekat.

Saat Israel diproklamasikan, banyak negara Arab yang mayoritas Muslim menentang pendiriannya.

Untuk meredam tentangan ini, Israel menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, dan Iran menjadi satu di antara negara yang menerima kerja sama tersebut dengan tangan terbuka.

Di bawah kepemimpinan Mohammad Reza Pahlavi, Iran akhirnya menyetujui kerja sama diplomatik dengan Israel. Reza Pahlavi yang cenderung pro-Barat, melihat potensi cerah bagi Iran jika hubungan dengan Israel terjalin.

Terutama, karena kekhawatiran akan agresi Uni Soviet di Timur Tengah, dan kemungkinan Iran terpengaruh rezim komunis.

Proyek Menguntungkan Kerja Sama Militer

Sebagai upaya untuk mencari dukungan, Iran aktif menjalin hubungan dengan Israel pada tahun 1953.

Seperti yang diperkirakan Reza, hubungan dengan Israel membawa dampak positif bagi Iran, khususnya dari segi ekonomi.

Dalam studi yang berjudul 'Israeli-Iranian Relations' (2022), oleh Marta Furlan, disebutkan jika beberapa kali Iran mendapat proyek menguntungkan hasil kerja sama Israel dan Amerika Serikat (AS).

Proyek ini lantas membuat pendapatan negara meningkat pesat. Selain itu, kedua negara juga terlibat aktif di sektor militer.

Pada tahun 1960-an, Iran dan Israel bahkan menganggap Irak sebagai ancaman bersama, dan terbukti membantu gerakan Kurdi yang memberontak di Irak.

Mereka bahkan sempat mengerjakan proyek persenjataan rudal bersama. Semua kerja sama ini berlangsung selama kurang lebih 20 tahun.

Bahkan di tengah berulang kali terjadinya penindasan Israel terhadap Palestina, sebuah negara yang sangat dibela oleh banyak negara Muslim di seluruh dunia.

Titik Balik Tahun 1979

Namun, hubungan mesra itu kandas pada tahun 1979. Revolusi Iran menggulingkan Reza Pahlavi, dan mengubah Iran menjadi Republik Islam Iran.

Sejak saat itu, Iran menjadi negara yang sangat menentang Israel dan AS, mengubah dinamika hubungan kedua belah pihak secara drastis.

Hingga kini, kedua negara di kawasan Timur Tengah tersebut masih terlibat peperangan dengan saling melancarkan serangan ke titik strategis masing-masing negara. (*)