Soko Berita

Encep Iman Nurdin: Di Balik Sirine, Ada Hati yang Tak Pernah Tenang

Encep Iman Nurdin bukan tokoh film laga. Ia nyata, hadir, dan berdiri di tengah kita sebagai Komandan Regu Rescue Peleton 3, Regu 2 Diskar PB Kota Bandung.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
05 April 2025

Encep Iman Nurdin, Komandan Regu Rescue Peleton 3, Regu 2 Diskar PB Kota Bandung. (Ist.Pemkot Bandung)

SOKOGURU: Pagi belum genap terang ketika Encep Iman Nurdin mengenakan seragam kebanggaannya. 

Sepatu hitam, seragam oranye tua yang mulai memudar, dan helm pengaman yang telah menemaninya melewati ratusan misi penyelamatan. 

Ia melangkah keluar rumah dengan satu pesan singkat kepada anak dan istrinya: "Doakan ayah selamat, ya."

Baca juga: Pahlawan Kebersihan Kota Bandung Jaga Kota Tetap Bersih di Tengah Perayaan Lebaran

Encep bukan tokoh film laga. Ia nyata, hadir, dan berdiri di tengah kita sebagai Komandan Regu Rescue Peleton 3, Regu 2 Diskar PB Kota Bandung. 

Selama enam tahun terakhir, ia memilih hidup dalam ketidakpastian, menghadapi situasi darurat yang bisa datang kapan saja dan dalam bentuk apa saja.

"Tak pernah ada hari yang sama," katanya, sambil tersenyum kepada situs Pemkot Bandung, Sabtu (5/4). 

“Kadang menolong anak kecil yang jarinya terjepit cincin, lalu beberapa jam kemudian mengevakuasi korban kecelakaan. Setiap detik bisa jadi sangat menentukan.”

Di balik pekerjaannya yang penuh adrenalin, ada sisi manusia yang kadang tak terlihat. 

Encep bukan hanya seorang penyelamat, ia juga seorang ayah, suami, dan anak dari orang tua yang tinggal jauh.

Saat banyak orang bersuka cita menyambut Idulfitri dengan keluarga, Encep harus berjaga. Tahun ini, ia kembali tak bisa pulang ke Cilacap, kampung halaman istrinya.

Tidak Bisa Pergi Saat Masih Ada yang Butuh Pertolongan

“Rasanya pasti rindu, apalagi kalau anak-anak bertanya, ‘Ayah kapan mudik?’ Tapi mereka tahu ini tugas,” kata Encep. 

“Mereka tahu saya tidak bisa pergi kalau masih ada yang butuh pertolongan di sini,” ucapnya, menunduk sejenak. Suaranya pelan, namun penuh keyakinan.

Bagi Encep, menjadi petugas rescue bukan sekadar pekerjaan. Ini adalah panggilan jiwa. 

Setiap nyawa yang berhasil diselamatkan, setiap pelukan hangat dari orang-orang yang berterima kasih, menjadi pengingat bahwa pengorbanannya berarti.

Baca juga: Rela Tinggalkan Keluarga, Ribuan Petugas Kebersihan Siaga Jaga Bandung Tetap Bersih Saat Lebaran

Tapi tak semua misi berakhir bahagia. Ada saat-saat di mana ia dan timnya datang terlambat. Ada tubuh-tubuh yang tak lagi bernyawa, dan keluarga yang menangis histeris.

"Di momen seperti itu, kami hanya bisa saling menguatkan. Tapi tetap saja... dalam hati bertanya-tanya, ‘Apa kami sudah cukup cepat? Apa kami sudah maksimal?’” katanya lirih.

Beberapa Perlengkapan Pinjam dari Pos Lain

Ia sadar, ada banyak hal yang belum sempurna. Beberapa perlengkapan kadang harus dipinjam dari pos lain. 

Beberapa rekan masih berstatus non-ASN, tanpa kejelasan masa depan. Tapi semangat mereka tak pernah padam. Bukan karena gaji, bukan karena gelar. Tapi karena keyakinan bahwa membantu sesama adalah tugas mulia.

“Saya selalu percaya bahwa pekerjaan ini memperkuat iman saya. Menyingkirkan halangan di jalan saja bisa bernilai ibadah, apalagi menyelamatkan nyawa manusia,” ujarnya. 

Mata Encap berkaca-kaca. Bukan karena lelah, tapi karena rasa syukur yang terus tumbuh.

Sirene Berbunyi, Mobil Merah Melesat

Ketika sirine berbunyi, saat mobil merah melesat di jalanan, mungkin kita hanya melihat ‘petugas damkar sedang lewat’. Tapi di dalamnya, ada orang seperti Encep. 

Baca juga: Dadang Rahma, Tiga Dekade Berjuang di Garis Depan Melawan Api

Yang tak kenal libur, tak punya jadwal pasti, dan seringkali menukar waktu bersama keluarga demi keselamatan orang lain.

Di balik tugasnya yang berani, ada pengorbanan yang tak selalu tampak. Ada cinta yang dibawa pulang dalam pelukan anak-anak. Ada doa yang terucap sebelum setiap misi. 

Dan ada harapan, bahwa masyarakat dan pemerintah semakin peduli pada mereka — para penyelamat yang bekerja dalam senyap.

Karena di balik setiap sirine, ada hati yang tak pernah benar-benar tenang — tapi selalu siap untuk kembali menyelamatkan.(SG-2)