SOKOGURU - Menjalankan usaha di tengah inflasi bagaikan berjalan di atas tali saat angin kencang penuh tantangan, namun bukan berarti mustahil dilakukan.
Kenaikan harga bahan baku, biaya operasional yang membengkak, serta daya beli konsumen yang menurun bisa menekan margin keuntungan hingga membuat kondisi keuangan bisnis rawan goyah.
Pentingnya Strategi Keuangan UMKM di Era Sulit
Dalam kondisi ini, pengelolaan keuangan UMKM yang tepat dapat menjadi penopang agar usaha tetap stabil bahkan berkembang.
Lewat pengalaman sejumlah pelaku usaha kecil, ada berbagai langkah praktis yang bisa diterapkan.
Artikel ini mengulas tips-tips sederhana namun efektif agar UMKM tetap tangguh menghadapi tekanan inflasi.
Inflasi dan Dampaknya terhadap UMKM
Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam periode tertentu.
Di Indonesia, sepanjang 2014 hingga 2024, inflasi tercatat berada pada kisaran 2,5% hingga 6% per tahun.
Fenomena ini sering dianggap sebagai “monster kecil” yang perlahan menggerus keuntungan bisnis maupun penghasilan masyarakat.
Dampak Inflasi terhadap Nilai Uang dan Konsumsi
Dampak inflasi terasa nyata ketika nilai riil uang menurun. Misalnya, Rp1 juta pada sepuluh tahun lalu mampu membeli sekitar 112 kg beras, sementara kini hanya cukup untuk 70-80 kg.
Kondisi ini membuat biaya bahan baku, transportasi, hingga listrik meningkat, sementara konsumen menjadi lebih selektif dalam berbelanja.
Mengapa UMKM Perlu Beradaptasi?
Ketika daya beli melemah, UMKM membutuhkan strategi khusus agar bisnis tetap berjalan lancar.
Pengelolaan keuangan yang cermat bisa membantu mengendalikan pengeluaran, mengoptimalkan pendapatan, dan menjaga arus kas agar usaha tetap sehat meski di tengah kondisi ekonomi penuh ketidakpastian.
Kisah Nyata: UMKM Bertahan di Tengah Inflasi
Rina (nama samaran), pemilik usaha kue kering di Surabaya, sempat panik ketika harga tepung dan gula meningkat tajam. Margin keuntungan bisnisnya menurun drastis.
Namun, setelah menerapkan strategi pengelolaan keuangan yang tepat, Rina berhasil menjaga stabilitas usahanya tanpa harus menaikkan harga terlalu tinggi.
Tips Mengelola Keuangan UMKM: Pantau Arus Kas
Memantau arus kas adalah langkah pertama yang sangat penting. Arus kas ibarat “darah” bagi bisnis, sehingga jika terhambat bisa membuat usaha kolaps.
Budi (nama samaran), pemilik kafe kecil di Bandung, pernah mengalami kerugian karena pencatatan keuangannya tidak teratur.
Setelah beralih ke aplikasi akuntansi sederhana, ia bisa mengawasi keuangan secara real-time dan membuat anggaran mingguan.
Prioritaskan Pengeluaran Esensial
Pengeluaran esensial harus menjadi prioritas utama di masa inflasi. Dita (nama samaran), pemilik UMKM skincare alami di Bali, sempat menunda ekspansi toko fisik karena harga minyak kelapa naik.
Ia memilih fokus pada produksi produk inti yang paling laris. Langkah ini terbukti menjaga kualitas produk dan mempertahankan loyalitas pelanggan.
Diversifikasi Sumber Pendapatan
Mengandalkan satu produk atau kanal penjualan membuat UMKM rentan. Ani (nama samaran), pengusaha fashion di Jakarta, awalnya hanya menjual kaos di marketplace.
Saat penjualan menurun akibat inflasi, ia menambah layanan custom printing untuk komunitas lokal.
Strategi diversifikasi ini memberinya sumber pendapatan tambahan yang menjaga arus kas tetap stabil.
Negosiasi dengan Supplier
Kenaikan harga bahan baku tidak selalu harus ditanggung penuh oleh pelaku usaha. Negosiasi dengan pemasok bisa membantu menekan biaya.
Budi, pemilik kafe, berhasil mendapatkan potongan harga dengan membeli dalam jumlah besar dan mengatur jadwal pengiriman agar lebih efisien.
Manfaatkan Teknologi untuk Efisiensi
Teknologi dapat menjadi solusi praktis dalam pengelolaan keuangan UMKM. Rina menggunakan aplikasi digital untuk mencatat transaksi, memantau piutang, dan menghitung laba secara otomatis.
Ia juga memanfaatkan WhatsApp Business untuk berinteraksi dengan pelanggan, sehingga biaya promosi bisa ditekan.
Siapkan Dana Darurat untuk Ketidakpastian
Dana darurat berfungsi sebagai penyangga menghadapi kondisi tak terduga. Dita rutin menyisihkan 10% keuntungan bulanannya ke rekening khusus.
Saat mesin produksi rusak, ia tidak perlu berutang karena dana darurat siap digunakan. Langkah ini juga membantunya membayar gaji karyawan ketika penjualan menurun.
Saatnya UMKM Tangguh Hadapi Inflasi
Inflasi memang menantang, namun bukan penghalang bagi UMKM untuk terus tumbuh.
Dengan strategi seperti memantau arus kas, memprioritaskan pengeluaran, melakukan diversifikasi, hingga menyiapkan dana darurat, usaha bisa tetap berjalan kokoh.
Pertanyaannya kini: sudah siapkah Anda menerapkan tips mengelola keuangan UMKM agar bisnis tetap bertahan bahkan berkembang di tengah badai inflasi? (*)