SokoBisnis

Mendag Busan Hadiri Tingkat Menteri APEC, Dorong Inklusivitas dalam Merespons Tantangan Ekonomi Global

Sesi Kedua mendiskusikan prioritas kebijakan APEC memperkuat ketahanan rantai pasok dan memanfaatkan teknologi baru seperti AI yang fasilitasi perdagangan.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
31 Oktober 2025
<p>Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri APEC hari ini, Kamis, (30/10) di Gyeongju, Korea Selatan. Agenda tersebut menjadi bagian dari Rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC Economic Leaders Week) pada 29 Oktober—1 November 2025. (Dok. Kemendag)</p>

Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri APEC hari ini, Kamis, (30/10) di Gyeongju, Korea Selatan. Agenda tersebut menjadi bagian dari Rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC Economic Leaders Week) pada 29 Oktober—1 November 2025. (Dok. Kemendag)

SOKOGURU, GYEONGJU- Organisasi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) perlu terus menjunjung prinsip inklusivitas dalam merespons tantangan ekonomi global saat ini. 

Hal itu  menjadi penting untuk memastikan semua Ekonomi APEC terus berkembang bersama-sama tanpa ada yang tertinggal. Sebab itu, berbagai strategi untuk memastikan APEC tetap relevan dalam ekonomi global harus terus diiringi upaya mengatasi kesenjangan antarekonomi.

Menteri Perdagangan RI Budi Santoso (Busan) menyampaikan pendapatnya saat melakukan intervensi dalam Sesi Kedua Pertemuan Tingkat Menteri APEC, di Gyeongju, Korea Selatan, Kamis, 30 Oktober 2025

Agenda tersebut menjadi bagian dari Rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC Economic Leaders Week) pada 29 Oktober—1 November 2025.

Baca juga: Mendag Busan Lanjut Dampingi Presiden Prabowo di Pertemuan Para Pemimpin Ekonomi APEC di Gyeongju

“Kita perlu mengatasi tantangan seperti ketimpangan akses, kesenjangan infrastruktur, dan kebutuhan tata kelola data yang baik. Kita juga perlu memperkuat kerja sama dan konektivitas serta memastikan tidak ada Ekonomi yang tertinggal,” ujarnya, dalam keterangan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jumat, 31 Oktober. 

Upaya untuk menjembatani kesenjangan pembangunan, sambung Mendag Busan, harus tetap menjadi prioritas bersama investasi pada infrastruktur digital, pembangunan kapasitas, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi global yang berangsur pulih tetap dihadapkan pada tantangan seperti ketegangan geopolitik, perubahan iklim, serta fragmentasi rantai pasok. 

Baca juga: Wamendag Roro: APEC Tegaskan Komitmen Reformasi Struktural untuk Pertumbuhan Inklusif dan Berkelanjutan

Meskipun begitu, tantangan dalam pertumbuhan ekonomi juga membawa peluang transformasi yang dapat dimanfaatkan semua Ekonomi APEC.

“Kita dapat memanfaatkan momentum ini untuk berinvestasi pada industri hilir, memperkuat ekonomi hijau, serta memanfaatkan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI). Pendekatan APEC terhadap AI harus bersifat inklusif dan hati-hati dengan mempertimbangkan perbedaan kondisi serta tingkat kesiapan Ekonomi APEC,” imbuhnya.

Lebih lanjut, pada sesi Kedua Pertemuan Tingkat Menteri APEC mengambil tema Connect itu, Mendag Busan juga menyampaikan sikap Indonesia terkait risiko kian meningkatnya fragmentasi rantai pasok yang mengubah tatanan perdagangan global. 

Baca juga: Misi Dagang Indonesia di APEC: Dapat Dukungan Chile, Sasar Akses Pasar Lebih Luas

Ia mengatakan, Indonesia konsisten mendukung peran Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai pilar utama perdagangan multilateral yang berbasis pada aturan (rules-based). 

Indonesia pun mendukung berbagai upaya kolektif untuk memulihkan sistem penyelesaian sengketa dengan cara menggerakkan kembali badan banding WTO. 

“Kredibilitas WTO bertumpu pada pemeliharaan dialog yang terbuka, kepastian aturan, dan kepercayaan antaranggota. Konsensus tetaplah menjadi elemen penting bagi legitimasi dan inklusivitas WTO,” katanya. 

Sementara itu, inisiatif plurilateral yang terbuka dan inklusif, tambah Busan, harus bersifat melengkapi multilateralisme, bukan menggantikannya.

Untuk itu, Mendag Busan menyampaikan, Indonesia mendukung peran kepemimpinan APEC dalam memperkuat multilateralisme. Indonesia juga siap bekerja sama dengan APEC untuk mewujudkan kerja sama multilateral yang seimbang dan substantif melalui Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke- 14 WTO di Kamerun pada 2026 mendatang.

“Indonesia juga mendorong agar pembahasan yang telah dimulai sejak KTM ke-13 terus dilanjutkan, termasuk di bidang pertanian, subsidi perikanan, niaga elektronik (e-commerce), dan reformasi WTO,” pungkasnya.

Sesi Kedua Pertemuan Tingkat Menteri APEC mendiskusikan prioritas kebijakan APEC untuk memperkuat ketahanan rantai pasok dan memanfaatkan teknologi baru seperti AI yang mendukung fasilitasi perdagangan. 

Sesi itu juga membahas peran Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan APEC dalam menghadapi fragmentasi rantai pasok global.

Sesi pertama dihadiri Menlu RI Sugiono

Sebelum berlangsung sesi kedua, Menteri Luar Negeri Korea, Duta Besar Cho Hyun dan Menteri Perdagangan Korea Han-Koo Yeo membuka Pertemuan Tingkat Menteri APEC, dilanjutkan dengan sesi pertama yang mengusung tema Innovate and Prosper. 

Pada sesi pertama, hadir Menteri Luar Negeri RI Sugiono yang mendiskusikan langkah APEC dalam memanfaatkan peluang, mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus mengatasi tantangan regional bersama para menteri APEC lainnya. 

Upaya itu ditempuh melalui kerja sama digital yang mencakup pemanfaatan AI, serta dinamika demografi dan industri kreatif.

Total perdagangan Indonesia dengan APEC pada 2024 mencapai USD380,04 miliar. 

Ekspor Indonesia ke APEC tercatat sebesar USD195,01 miliar, sedangkan impor Indonesia dari APEC sebesar USD185,04 miliar. Indonesia mencatatkan surplus terhadap APEC sebesar USD9,97 miliar.

Produk-produk unggulan ekspor Indonesia ke kawasan APEC, antara lain, besi dan baja, mesin kelistrikan, minyak nabati dan hewani, nikel dan turunannya, dan kendaraan. Di sisi lain, mayoritas impor Indonesia dari kawasan APEC mencakup mesin dan peralatan mekanis, mesin kelistrikan, plastik, besi dan baja, serta kendaraan. (SG-1)