SOKOGURU, BUKITTINGGI - Aktivitas seorang pedagang kuliner kaki lima yang menjual aneka gorengan seafood, seperti udang goreng dan kepiting “crab crispy”, di sebuah gerobak sederhana.
Yuni (35) perempuan berhijab kuning yang sedang melayani pembeli dengan ramah, menyiapkan pesanan di atas meja dagangannya.
Gerobak jualan terlihat ditata dengan payung besar berwarna oranye sebagai pelindung, serta lampu terang yang menjadi penerangan utama di malam hari.
Di bagian depan gerobak, terdapat spanduk besar dengan tulisan “CRAB CRISPY” lengkap dengan gambar menu seperti udang goreng, cumi bakar, dan keripik kentang.
Di hadapan pedagang, tampak dua orang pembeli pria sedang berinteraksi dan memilih makanan, menunjukkan suasana transaksi yang hangat dan akrab.
Di sisi kanan, terdapat sebuah gerobak lain yang penuh dengan dagangan kacang rebus, memperlihatkan keramaian khas usaha kecil di kawasan Jam Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Baca Juga:
Tempat usaha Yuni tepat di depan bangunan mal dengan restoran modern dan sebuah ATM bank di bagian bawah, menegaskan kontras antara usaha kuliner kecil kaki lima dengan bisnis modern.
Sangat terlihat jelas semangat UMKM mikro di sektor kuliner, di mana pedagang goreng udang dan seafood crispy menjadi bagian penting dari denyut nadi ekonomi rakyat di perkotaan, serta mencerminkan interaksi sosial yang sederhana namun penuh makna.
Meski dagangannya cukup ramai pembeli setiap malam, pedagang goreng udang dan crab crispy ini masih menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan usahanya.
Selama ini, ia hanya mengandalkan modal seadanya yang terkumpul dari tabungan harian.
Setiap keuntungan diputar kembali untuk membeli bahan baku seperti udang, cumi, minyak goreng, dan bumbu, tanpa ada ruang untuk memperluas usaha atau membeli peralatan yang lebih memadai.
“Kalau ada tambahan modal, saya ingin beli etalase baru dan alat penggorengan lebih besar. Jadi bisa melayani lebih banyak pembeli dan jualan lebih cepat,” ungkapnya dengan senyum penuh harap.
Sayangnya, usaha kecil seperti yang ia jalankan ini seringkali belum tersentuh bantuan modal dari lembaga keuangan.
Proses pengajuan pinjaman ke bank dianggap rumit, syarat administrasi sulit dipenuhi, dan bunga pinjaman yang tinggi menjadi beban tersendiri bagi pedagang kecil.
Namun, harapan itu tetap ada. Ia membayangkan adanya program permodalan dengan proses yang mudah, cepat, dan bunga yang terjangkau, sehingga pedagang kecil seperti dirinya bisa bernafas lebih lega.
Dukungan modal yang tepat bukan hanya untuk memperbesar usahanya, tetapi juga membuka peluang lapangan kerja baru bagi orang-orang di sekitarnya.
“Kalau ada jalan keluar untuk permodalan, usaha kecil kayak kami pasti bisa berkembang lebih cepat. Bisa tambah karyawan, bisa punya cabang, dan rezekinya bisa lebih luas manfaatnya,” katanya penuh optimisme.
Kisah ini menjadi potret nyata bagaimana usaha mikro di sektor kuliner berjuang keras untuk bertahan dan tumbuh, sekaligus menegaskan betapa pentingnya akses permodalan yang inklusif bagi pelaku UMKM.
Diakui atau tidak, UMKM masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan akses permodalan, minimnya literasi digital, hingga keterbatasan dalam mengembangkan daya saing produk di pasar global.
Melihat tantangan tersebut, PT Bank SMBC Indonesia Tbk (SMBC Indonesia) menghadirkan Program Daya, sebuah program pembinaan yang bertujuan untuk mendukung keberlanjutan UMKM melalui pelatihan, pendampingan, dan akses terhadap solusi keuangan.
Program Daya Berkelanjutan
Dikutuip sokoguru.id dari laman daya.id, Program Daya merupakan inisiatif yang terintegrasi dalam model bisnis SMBC Indonesia.
Program ini berfokus pada peningkatan kapasitas UMKM melalui edukasi kewirausahaan, peningkatan literasi keuangan, serta pelatihan dalam pemanfaatan teknologi digital.
Dengan cara ini, UMKM diharapkan mampu meningkatkan efisiensi usaha, memperluas pasar, dan lebih siap bersaing di era global.
Lebih dari sekadar pelatihan, Program Daya juga menjadi jembatan bagi UMKM untuk mendapatkan akses pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Hal ini penting, karena salah satu kendala terbesar UMKM adalah keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha.
Pinjaman Angsuran Berjangka (PAB) sebagai Solusi Modal Usaha
Untuk mendukung pertumbuhan usaha nasabah, SMBC Indonesia menyediakan produk Pinjaman Angsuran Berjangka (PAB).
Produk ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan investasi maupun modal kerja jangka menengah hingga panjang.
Beberapa manfaat yang ditawarkan melalui PAB antara lain:
- Membiayai pembelian barang modal seperti tanah, bangunan, kendaraan usaha, dan mesin produksi.
- Mendukung refinancing atas pembelian barang modal (capex).
- Menyediakan pembiayaan modal kerja permanen, termasuk perluasan atau peremajaan kapasitas usaha.
- Dengan jangka waktu pembiayaan hingga 84 bulan, serta fleksibilitas dalam penarikan dan pengembalian dana, PAB menjadi solusi keuangan yang tepat bagi UMKM untuk memperkuat fondasi usaha dan meningkatkan daya saingnya.
Dampak Nyata bagi Perekonomian Nasional
Melalui Program Daya dan dukungan produk seperti Pinjaman Angsuran Berjangka (PAB), SMBC Indonesia berkomitmen untuk menciptakan dampak nyata bagi UMKM.
Dengan UMKM yang lebih berdaya, roda perekonomian nasional akan semakin kuat, lapangan kerja baru akan tercipta, dan daya saing Indonesia di pasar global akan meningkat.
Sebagai lembaga keuangan yang peduli terhadap pemberdayaan masyarakat, PT Bank SMBC Indonesia Tbk tidak hanya menyediakan layanan perbankan, tetapi juga menjadi mitra strategis bagi UMKM dalam meraih hidup yang lebih bermakna. (*)