DI tengah ancaman ketahanan pangan yang semakin meningkat, inovasi di sektor pertanian menjadi kunci untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.
Desa Cimenyan, yang terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi masyarakat dan teknologi pertanian mampu membawa perubahan signifikan dalam menjaga ketersediaan pangan lokal.
Salah satu program yang sedang berjalan di desa ini adalah Integrated Backyard Farming dan pengembangan hidroponik yang lebih efisien dipelopori oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca juga: Panen Hidroponik di RPTRA Tanah Abang 3, Contoh Sukses Urban Farming di Tengah Jakarta
Solusi Pertanian di Pekarangan Rumah
Program yang dipimpin oleh Dr. Agus S. Ekomadyo dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur ITB, bersama Ramadhani Eka Putra, Ph.D. dari SITH ITB, dan Dini Agumsari, M.R.K. dari Universitas Lampung ini memperkenalkan konsep Integrated Backyard Farming.
Integrated Backyard Farming adalah sistem pertanian terintegrasi yang memanfaatkan pekarangan rumah untuk budidaya tanaman pangan.
Dengan metode ini, keluarga di Desa Cimenyan diajak untuk secara aktif berpartisipasi dalam produksi pangan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan rumah tangga, tetapi juga menjadi langkah untuk menguatkan ketahanan pangan desa.
Tak hanya bertumpu pada lahan pekarangan, program ini juga mengusung inovasi hidroponik yang dikenal sebagai metode pertanian tanpa tanah.
Sistem hidroponik yang dikembangkan tidak hanya lebih efisien dalam penggunaan air, tetapi juga dibuat lebih tahan lama dan terjangkau.
Baca juga: Pj Bupati Bekasi Dukung Urban Farming Bawang Merah untuk Ketahanan Pangan Daerah
"Kami ingin memastikan bahwa infrastruktur hidroponik yang digunakan mampu bertahan menghadapi tantangan cuaca dan tetap ramah anggaran bagi masyarakat," jelas Dr. Agus S. Ekomadyo.
Kolaborasi yang Mendorong Perubahan
Program ini lahir dari kolaborasi antara beberapa pihak, termasuk Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Khairina.
Selain itu, keterlibatan Dewi Risna Komalasari dan Teuku Farid dari KWT Khairina turut memberikan kontribusi signifikan dalam kesuksesan program ini.
Kedua mitra ini bekerja bahu-membahu untuk mendorong ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui pemberdayaan komunitas, khususnya kaum perempuan.
Terinspirasi oleh Yayasan Odesa yang telah lama bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, inisiatif ini menggunakan pendekatan kolaboratif yang melibatkan akademisi, lembaga sosial, dan masyarakat lokal.
"Kami melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk bersama-sama mencapai tujuan ketahanan pangan," ungkap Dr. Agus S. Ekomadyo.
Peran KWT Khairina sangat penting dalam program ini. Di bawah bimbingan kelompok wanita tani tersebut, kaum perempuan didorong untuk memanfaatkan pekarangan rumah mereka secara produktif.
Selain itu, dengan dukungan infrastruktur hidroponik yang lebih tahan lama, mereka mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian mereka.
Menghadapi Tantangan dengan Inovasi
Tentu saja, program ini tidak terlepas dari berbagai tantangan.
Salah satu masalah utama adalah pengelolaan kolaborasi antara mitra yang berbeda dan kondisi infrastruktur hidroponik yang saat ini masih rentan terhadap cuaca ekstrem.
Baca juga: Pemilihan Duta Urban Farming 2024 Turut Dukung Ketahanan Pangan di DKI Jakarta
"Infrastruktur yang ada sering kali rusak akibat angin kencang, yang pada akhirnya mempengaruhi hasil panen," ujar Dr. Agus S. Ekomadyo.
Untuk mengatasi kendala ini, tim dari ITB merancang fasilitas hidroponik yang lebih kuat dan tahan lama, namun tetap terjangkau bagi masyarakat setempat.
Solusi ini bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas tanaman, tetapi juga untuk memastikan bahwa masyarakat Cimenyan memiliki akses yang stabil terhadap pangan melalui metode pertanian yang inovatif.
Kontribusi terhadap Tujuan SDGs
Lebih dari sekadar meningkatkan ketahanan pangan, program ini juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Dengan memaksimalkan pemanfaatan pekarangan rumah dan melibatkan perempuan sebagai pemimpin dalam inisiatif pertanian, program ini berkontribusi pada upaya keberlanjutan di berbagai aspek, termasuk sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Keberlanjutan program ini dijamin dengan keterlibatan para peneliti dan mitra lokal dalam struktur organisasi.
"Kami berupaya memaksimalkan pemanfaatan sumber daya lokal, baik dalam hal fasilitas maupun tenaga kerja, agar dampaknya dapat dirasakan dalam jangka panjang," tutup Dr. Agus S. Ekomadyo.
Dengan inovasi pertanian seperti Integrated Backyard Farming dan hidroponik di Cimenyan, harapan akan masa depan ketahanan pangan yang lebih tangguh menjadi semakin nyata.
Inisiatif ini menunjukkan bahwa dengan kolaborasi yang kuat dan komitmen pada inovasi berkelanjutan, masalah pangan dapat diatasi dengan cara yang memberdayakan masyarakat dan mendukung kesejahteraan jangka panjang. (SG-2)