PERCEPATAN Cetak Sawah Rakyat (CSR) di Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi suatu keharusan. Untuk itu perkuat koordinasi terutama dalam mempermudah pencapaian target swasembada pangan.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan hal itu seusai memimpin rapat koordinasi CSR di Banjarbaru, Kalsel, dalam rilis Kementan Selasa (5/11).
Ia juga mengajak masyarakat di Kalsel untuk bersama-sama mensukseskan program CSR sebagai upaya bersama menjalankan visi Presiden Prabowo dalam mewujudkan swasembada pangan secara cepat dan singkat.
Baca juga: Cetak Sawah Penting untuk Ketahanan Pangan di Tengah Pertumbuhan Penduduk
“Terkait hal itu ada tiga prinsip yang harus dipegang. Pertama, make good deed atau menjalankan visi. Kedua, make actions atau segeralah bergerak dan beraksi dan prinsip ketiga, be persistent atau konsisten dan tahan banting dalam berusaha,” jelasnya.
Apalagi, sambungnya, pertanian adalah garda terdepan yang menggerakan roda ekonomi hingga menyumbang GDP lebih dari Rp1.300 triliun. Pertanian juga terbukti mampu menjadi penggerak sektor lainnya seperti industri, perdagangan dan jasa hingga 30.000 triliun.
“Dan kalau kita melihat data luasan lahan di Kalsel potensi disini sangatlah besar. Karena itu saya optimis keberhasilan CSR mampu menyumbang ketersediaan volume beras yang siginifikan di dalam negeri, dan bahkan berpeluang untuk diekspor ke luar negeri,” imbuh Amran.
Baca juga: Peneliti Padi Arkansas Sebut Program Cetak Sawah Langkah Rasional untuk Swasembada
Mentan Amran bersyukur sampai saat ini banyak petani milenial yang bergabung dalam program cetak sawah dan juga pertanian modern di Kalsel. Hal ini karena pemerintah terus melakukan intervensi teknologi mekanisasi sebagai transformasi pertanian tradisional ke modern.
“pemerintah telah menyesuaikan dengan minat petani milenial, yaitu bertani tapi tidak kotor. Dan yang lebih penting bertani mampu menghasilkan keuntungan 2-3 kali lipat,” katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, saat ini ada ribuan petani milenial yang telah mendaftarkan diri untuk mengikuti program pertanian modern. Mereka rata-rata berasal dari kampus dan organisasi kepemudaan. Dari hitungan sementara, pendapatan bersih dari pertanian modern itu mencapai kurang lebih Rp20 juta per orang.
Baca juga: Kementan Percepat Optimalisasi Lahan dan Perluasan Areal Tanam di Kalimantan Tengah
“Pertanian modern mampu menekan biaya produksi hingga 50% yang diperoleh dari efisiensi tenaga kerja karena kita menggunakan peralatan dan mesin modern, seperti traktor untuk olah tanah, transplanter untuk tanam bibit, drone untuk pupuk dan obat hama, dan combine harvester untuk panen sehingga potensi pendapatan masing-masing petani milenial mencapai 10-20 juta per bulan,” jelasnya.
Target 500.000 ha
Sebelumnya, dalam Rapat Koordinasi Program Cetak Sawah Rakyat pada di Banjarbaru, Kalsel, Mentan Amran menyebutkan, target cetak sawah Provinsi Kalimantan Selatan seluas 500.000 hektare (ha).
Menurutnya, potensi lahan di Kalsel dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia.
“Hari ini kita sudah petakan untuk lahan cetak sawah 500 ribu ha. Ini kalau bisa direalisasikan menjadi kekuatan pangan kita,” katanya.
Mentan Amran menjelaskan target 500.000 ha tersebut akan dikejar secara bertahap. Untuk tahap I, pihaknya akan mulai cetak sawah seluas 152.291 ha pada lahan yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tanah Laut, dan Kabupaten Tapin. Kemudian akan dilanjutkan untuk daerah lainnya di Kalsel.
“Tolong kita seriusi, ini nanti total ada 500.000 ha. Aku mau cek satu-satu nanti. Kalau produksinya 2-3 kali, ini bisa mengangkat produksi beras kita,” ucapnya.
Mentan Amran mengatakan bahwa cetak sawah akan digarap dengan pemanfaatan teknologi, mulai dari pengolahan lahan, penanaman, hingga pemanenan dan pascapanen.
Untuk itu, Kementan menggandeng beberapa perusahaan untuk berkomitmen mendukung percepatan cetak sawah dengan penyediaan alat dan mesin pertanian.
“Ada 14 perusahaan komitmen untuk menyiapkan alat untuk cetak sawah, totalnya sekitar 2.000 alat. Jadi, kita lakukan percepatan bahkan kami minta kepada Dirjen PSP, kontraknya diselesaikan 1-2 hari ke depan, maksimal 3 hari,” jelas Mentan Amran.
Selain itu, Mentan Amran juga menekankan peran generasi muda untuk andil dalam program cetak sawah melalui Brigade Pangan yang dikawal Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP).
“Kita ada Brigade di mana 200 hektare dikelola 15 orang, mereka diberi alat teknologi. Kita ingin petani milenial terlibat,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Mentan Amran mengatakan bahwa kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi kunci untuk bersama menjalankan cetak sawah guna mewujudkan swasembada pangan.
Sebab itu, pada kegiatan Rakor dilakukan penandatanganan oleh Kementan, Pemerintah Provinsi Kalsel, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota di lingkup Kalsel, Kodam, Kepolisian Daerah, Kejaksaan Tinggi, dan Pupuk Indonesia. (SG-1)