PEREMPUAN memainkan peran krusial dalam sektor pariwisata. Berdasarkan data tenaga kerja di sektor tersebut, sebanyak 54,22% adalah tenaga kerja perempuan.
Di balik peran yang signifikan, perempuan masih terbentur tantangan ketidaksetaraan gender. UN Tourism bahkan melaporkan perempuan menerima pendapatan 16% lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam sektor ini.
Demikian disampaikan, Sekretaris Kemenparekraf/Sekretaris Utama Baparekraf Ni Wayan Giri Adnyani saat membuka webinar series Women and Tourism bertajuk The Role of Women in Tourism, Senin (13/2).
Baca Juga: Perempuan Pelaku UMKM Diminta Optimalkan Teknologi Digital
Peran perempuan dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) dikupas tuntas secara mendalam dalam acara tersebut.
“Narasi perempuan di dunia pariwisata bukan sekadar mendobrak batasan, melainkan juga tentang ketahanan, kreativitas, dan visi,” jelas Andyani, seperti dilansir kemenparekraf.go.id.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa angka tenaga kerja tersebut sejalan dengan tren global, di mana perempuan mendominasi sektor pariwisata dengan 54% angkatan kerja, menurut Laporan Global tentang Perempuan dalam Pariwisata oleh UN Tourism.
Webinar yang dihadiri akademisi, pelaku industri dan mahasiswa ini, merupakan hasil kolaborasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), Griffith Institute of Tourism-Australia, dan Women Communication Network.
Turut hadir dalam webinar tersebut sejumlah pakar lintas negara, yakni Senior Lecturer of Tourism di Griffith Institute for Tourism Elaine C.L. Yang, Ketua Astindo Pauline Suharno, dan Pendiri Kelecung Eco Village Ni Putu Ayu Puspawardani.
Pergerakan sektor pariwisata Indonesia menuju pariwisata berkelanjutan dan inklusif, perempuan memainkan peran sentral. Proyek inovatif berbasis komunitas dan inisiatif ramah lingkungan banyak dimotori oleh perempuan, mencerminkan sektor pariwisata yang merangkul keberagaman dan mendorong pemberdayaan ekonomi.
Dr. Elaine C.L. Yang, Senior Lecturer of Tourism di Griffith Institute for Tourism, menyoroti pentingnya aspek keamanan bagi solo traveler perempuan, yang mencapai 70% dari total solo traveler.
Aspek ini meliputi keamanan akomodasi, destinasi, dan transportasi mengingat Indonesia memiliki peluang besar untuk menarik solo traveler perempuan.
“Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah membangun koneksi melalui storytelling autentik, seperti walking tour yang menampilkan kisah-kisah perempuan lokal, night-sky tour dengan cerita rakyat setempat, mempromosikan bisnis milik perempuan, dan memposisikan Indonesia sebagai pemimpin destinasi wisata inklusif gender di Asia Tenggara,” jelas Elaine.
Pauline Suharno berbagi pengalamannya memimpin tim yang mayoritas perempuan di ASTINDO, dan bagaimana setiap kegagalan menjadi batu loncatan menuju kesuksesan.
Ni Putu Ayu Puspawardani, di sisi lain, menceritakan bagaimana ia memimpin dan mengelola Kelecung Eco Village, dan bagaimana perempuan dapat menjadi game changer bagi keluarga dan komunitasnya melalui pariwisata.
Webinar ini diharapkan dapat mendorong upaya bersama dari seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif untuk mengatasi tantangan tersebut dan mewujudkan sektor pariwisata yang adil dan inklusif bagi semua.
Turut hadir dalam webinar tersebut Sekretaris Kemenparekraf/Baparekraf, Kepala Biro Komunikasi sekaligus Plt. Kepala Pusat Pengembangan SDM Parekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani. (SG-3)