DALAM rangka menyongsong 500 tahun Jakarta, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi menggelar kegiatan napak tilas bertajuk JeJAKi Jakarta pada Selasa (31/12).
Bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta Marullah Matali dan jajaran pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), rombongan mengunjungi sejumlah situs bersejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang ibu kota.
Menelusuri Titik Nol Jakarta
Napak tilas dimulai di House of Tugu, bangunan bersejarah dari abad ke-17 yang dulunya milik seorang saudagar Tionghoa.
Baca juga: Jakarta Selatan Siapkan Tiga Lokasi Seru untuk Rayakan Malam Tahun Baru
Dikenal sebagai titik nol Jakarta, lokasi ini menjadi simbol awal perjalanan sejarah kota.
Pj Gubernur Teguh Setyabudi mengunjungi sejumlah tetap bersejarah di Ibukota Jakarta. (Dok.Pemprov DKI Jakarta)
Teguh, yang mengenakan pakaian adat Betawi berupa baju pangsi merah maroon dengan sarung hijau dan peci, menyampaikan pentingnya mengenang masa lalu Jakarta untuk memahami perkembangannya.
Baca juga: Transjakarta Sesuaikan Rute Sambut Malam Tahun Baru 2025
“JeJAKi Jakarta ini adalah cara kita napak tilas sejarah kota. Kita mulai dari House of Tugu, bangunan peninggalan tahun 1740, yang menjadi salah satu ikon sejarah Jakarta,” ujar Teguh.
Menyusuri Jejak Perdagangan dan Peradilan
Perjalanan dilanjutkan ke Jembatan Kota Intan, saksi bisu perdagangan internasional pada masa lampau, serta lokasi ditemukannya Prasasti Padrao.
Teguh dan rombongan kemudian mengunjungi Museum Sejarah Jakarta, yang memamerkan koleksi unggulan dan replika Prasasti Padrao.
Tak kalah menarik, kunjungan berlanjut ke Museum Keramik, yang dulunya merupakan Mahkamah Tingkat Tinggi Militer.
Di setiap lokasi, tour guide memberikan penjelasan yang menggugah tentang kisah-kisah bersejarah yang melekat pada bangunan-bangunan tersebut.
Sejarah Transportasi Jakarta
Napak tilas ini juga mengungkap transformasi sistem transportasi Jakarta.
Di Stasiun Beos atau Jakarta Kota, rombongan menyaksikan perjalanan transportasi ibu kota dari masa ke masa.
Sebagai penutup, mereka mengunjungi Museum MRT, tempat koleksi temuan arkeologis dari pembangunan jalur MRT dipamerkan.
Baca juga: Dishub DKI Jakarta Siapkan Rekayasa Lalu Lintas untuk Malam Tahun Baru 2025
“Stasiun Beos dan Museum MRT menjadi simbol bagaimana Jakarta bergerak dari tradisi ke modernisasi, menunjukkan kemajuan transportasi yang menghubungkan masa lalu dan masa depan,” kata Teguh.
Meningkatkan Cinta pada Jakarta
Kegiatan ini ditutup dengan perjalanan menggunakan bus Transjakarta menuju Balai Kota.
Teguh mengapresiasi napak tilas ini sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang sejarah kota, sekaligus menumbuhkan cinta dan kebanggaan terhadap Jakarta.
“Semoga kegiatan ini memperkuat rasa cinta kita pada Jakarta, sekaligus menjadi momentum untuk menyongsong 500 tahun kota ini dengan harapan dan cita-cita besar,” ungkapnya.
Sekda Marullah Matali menambahkan, napak tilas ini memberikan wawasan berharga tentang sejarah Jakarta.
Ia berharap masyarakat dapat lebih memahami dan mencintai ibu kota mereka.
“Kegiatan ini sangat mengesankan dan edukatif. Semoga kita semua dapat menjadikan sejarah Jakarta sebagai inspirasi untuk membangun kota yang lebih baik,” tandasnya.
Dengan semangat yang terinspirasi dari masa lalu, Jakarta kini siap melangkah menuju masa depan yang gemilang, menyongsong lima abad perjalanannya. (SG-2)