DI tengah rimbunnya Hutan Kota Babakan Siliwangi, Kota Bandung, tersimpan sebuah jejak tradisi yang tak terduga: arena adu domba.
Kini, yang tersisa hanya pamidangan (arena) klasik yang berdiri di antara pepohonan, menyimpan kisah tentang kegemaran lokal yang pernah berjaya.
Pamidangan adu domba ini, dengan bangunan kayu sederhana, dulu menjadi pusat aktivitas tradisi ketangkasan adu domba.
Baca juga: Pemkot Bandung Bertekad Kembalikan 'Kota Kembang' Jadi Ikon Pariwisata Nasional
Sebagaimana dilansir situs Pemkot Bandung, Selasa (4/6), terdapat empat bangunan kayu mengitari lapangan persegi panjang, tempat domba-domba beradu.
Bangunan untuk penonton dan pemilik domba dibuat dari tiang kayu dolken, dengan atap dari asbes dan seng.
Tempat duduk pengunjung dibuat menyerupai tribun, memanjang dengan posisi bertingkat, sementara bangunan lainnya lebih mirip podium dengan lantai datar.
Di luar arena, patok-patok besi masih terlihat ditancapkan ke tanah. Patok ini dulunya digunakan untuk mengikat domba-domba adu, yang sudah dihias dan menunggu giliran untuk masuk ke arena.
Kehadiran arena ini memberikan suasana khas dan kental dengan tradisi lokal.
Baca juga: Pesona Klasik Jalan Braga: Menjelajah Sejarah dan Kuliner di Jantung Bandung
Ketika masih aktif, pamidangan ini rutin menggelar kesenian ketangkasan domba setiap minggu pertama awal bulan di lapangan Babakan Siliwangi.
Peserta datang dari berbagai daerah di Indonesia, dengan domba adu umumnya didatangkan dari Garut, sebuah daerah yang terkenal dengan domba aduan unggulannya.
Sedikitnya 500 ekor domba adu akan dikonteskan dalam berbagai kelas yang telah dibuat.
Meskipun tradisi ini mampu menyedot perhatian kalangan peternak domba adu dari Bandung hingga Garut, ada pertanyaan kritis yang perlu diajukan:
Praktik Perlindungan Hewan
Apa dampak dari praktik ini terhadap kesejahteraan hewan? Apakah tradisi ini bisa beradaptasi dengan tuntutan zaman yang semakin mengedepankan perlindungan hewan?
Dan bagaimana pemerintah setempat dan komunitas dapat melestarikan budaya ini tanpa mengorbankan nilai-nilai kesejahteraan hewan?
Baca juga: Kini Teras Cikapundung Kota Bandung Mirip Destinasi Wisata di Seoul
Arena adu domba di Hutan Kota Babakan Siliwangi adalah bagian dari sejarah lokal yang memikat.
Namun, penting untuk merenungkan bagaimana tradisi ini dapat berlanjut dengan cara yang lebih etis dan berkelanjutan, menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan perlindungan hewan. (SG-2)