SOKOGURU, ACEH — Hiruk pikuk pasar tradisional yang dulu menjadi denyut nadi kehidupan warga kini mulai meredup.
Perubahan pola belanja masyarakat ke ranah digital membuat kios-kios seakan kehilangan roh, omzet menurun, dan kesejahteraan pedagang pun ikut terdampak.
Namun, semangat kebersamaan dan gotong royong warga Banda Aceh kini hadir sebagai harapan baru.
Revitalisasi pasar yang sedang digalakkan bukan sekadar soal fisik bangunan, melainkan juga upaya menghidupkan kembali ikatan emosional antara warga dan pasar sebagai ruang sosial.
“Di pasar bukan hanya ada transaksi, tetapi juga pelajaran hidup. Ada sapa hangat, ada nilai kebersamaan," kata Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal saat menjamu sokoguru.id di ruang tamu Pendopo Wali Kota Aceh pada Kamis, 14 Agustus 2025.
"Kalau semuanya pindah ke online, hambar rasanya,” ujar Illiza Sa’aduddin Djamal di tengah kesibukannya.
Program ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk kolaborasi lintas sektor di Aceh.
Illiza Sa’aduddin Djamal meyakini gerakan mencintai pasar akan memberi multi-dampak, menambah pengunjung, menggerakkan ekonomi kecil, hingga menghadirkan wajah pasar yang lebih ramah dan nyaman.
“Kami bersyukur, ketika butuh dukungan, Allah hadirkan jalan melalui kolaborasi. Ini gayung bersambut," jelasnya.
"Kalau pasar tidak dijaga, ia akan hilang pelan-pelan. Padahal pasar adalah tradisi yang harus dipertahankan,” ungkapnya.
Bagi warga Banda Aceh, upaya ini bukan sekadar proyek revitalisasi. Ini adalah gerakan kemandirian.
“Sejak dilantik, saya selalu mendapat dukungan warga. Bersama-sama, kita ingin pasar kembali menjadi ruang hidup yang memberi manfaat. Kami hanya bisa bersyukur atas rahmat Allah dan kerja sama warga,” tuturnya penuh rasa syukur.
Kini, harapan itu menguat, pasar Banda Aceh bukan hanya tempat jual beli, tetapi juga simbol kemandirian warga yang bangkit dari tantangan zaman. (*)