SokoLokal

Imam Baru Masjid Raya Baiturrahman, Sejarah yang Hidup Arsitektur, Tsunami, & Ulama Kharismatik Abu Paya Pasi

Tak bisa dilupakan. Masjid Raya Baiturrahman, ikon Aceh sejak 1612, selamat dari tsunami 2004. Kini Abu Paya Pasi resmi dikukuhkan sebagai Imam Besar 2025.

By Rizki Laelani  | Sokoguru.Id
23 Agustus 2025
<p>Dari sejarah Sultan, tsunami Aceh, hingga pengukuhan Abu Paya Pasi, kisah Masjid Raya Baiturrahman penuh makna. Simak cerita lengkapnya!</p>

Dari sejarah Sultan, tsunami Aceh, hingga pengukuhan Abu Paya Pasi, kisah Masjid Raya Baiturrahman penuh makna. Simak cerita lengkapnya!

SENJA baru saja turun di Banda Aceh, ketika cahaya jingga membias di lantai marmer putih yang berkilau. 

Di hadapan mata, Masjid Raya Baiturrahman berdiri megah dengan kubah hitam yang anggun, seakan menantang waktu dan bencana. 

Di pelataran luasnya, seorang lelaki duduk bersila, larut dalam keheningan, seolah menemukan ruang perjumpaan antara manusia dan Tuhannya.

Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah. Ia adalah saksi sejarah, penjaga peradaban, dan simbol keteguhan hati rakyat Aceh. 

Saat tsunami meluluhlantakkan daratan pada 2004, bangunan ini tetap berdiri kokoh, menjadi mercusuar harapan di tengah duka. 

Kini, selain sebagai pusat spiritual, Baiturrahman juga menjadi destinasi religi yang tak pernah sepi. 

Wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang, bukan hanya untuk berfoto, tetapi juga untuk merasakan atmosfer sakral yang tak tergantikan.

Bagi siapa pun yang berkunjung, Masjid Raya Baiturrahman adalah pengalaman yang lebih dari sekadar perjalanan. 

Ia adalah pertemuan dengan sejarah, seni arsitektur, dan ketenangan jiwa yang sulit ditemukan di tempat lain.

Saksi Bisu Tsunami 2004

Suara azan magrib berkumandang di langit Banda Aceh, menggema dari menara Masjid Raya Baiturrahman. 

Sekilas, masjid ini tampak seperti bangunan megah biasa. Namun di balik kemewahannya, tersimpan kisah haru yang tak akan pernah dilupakan dunia.

Pada 26 Desember 2004, gelombang raksasa tsunami setinggi lebih dari 30 meter meluluhlantakkan Banda Aceh dan sekitarnya. 

Ribuan rumah, gedung, bahkan nyawa manusia tersapu dalam sekejap. Namun, di tengah kehancuran itu, Masjid Raya Baiturrahman tetap kokoh berdiri.

Ketika air laut menerjang, masjid ini justru menjadi tempat berlindung. Ribuan warga yang selamat berlari ke dalam masjid, menjadikannya benteng terakhir dari amukan alam. 

Dinding tebal dan pondasi kuat mampu menahan guncangan gempa dahsyat berkekuatan 9,1 SR serta hantaman gelombang tsunami yang meratakan seisi kota.

Hingga kini, masyarakat Aceh percaya bahwa kekokohan Masjid Raya Baiturrahman adalah bukti nyata pertolongan Allah dan simbol keteguhan iman.

Ikon Kebangkitan Aceh

Pasca-tsunami, dunia internasional menyoroti masjid ini. Foto-foto udara memperlihatkan satu-satunya bangunan megah yang masih berdiri tegak di antara puing-puing kota.

Dari situlah, Masjid Raya Baiturrahman menjadi ikon kebangkitan Aceh.

Tak hanya direnovasi, pemerintah juga memperluas area masjid. Kini halaman luas dengan payung raksasa yang menyerupai Masjid Nabawi di Madinah menjadi daya tarik baru. 

Lantai marmer putih memantulkan keindahan cahaya, menambah kekhusyukan setiap ibadah dan kunjungan.

Lebih dari Sekadar Masjid

Masjid Raya Baiturrahman bukan hanya tempat sujud, melainkan juga museum hidup yang menyimpan memori kolektif tentang duka, doa, dan harapan. 

Wisatawan yang datang dari berbagai negara tak sekadar berfoto di pelatarannya, tetapi juga merenungi kisah tentang bagaimana sebuah rumah ibadah mampu memberi perlindungan saat bencana maha dahsyat melanda.

Bagi masyarakat Aceh, masjid ini adalah simbol kekuatan spiritual. Ia berdiri bukan hanya di atas pondasi arsitektur yang kokoh, melainkan juga di atas keyakinan bahwa setiap musibah selalu menghadirkan harapan baru. 

Imam Baru dan Pengalungan Kain Ridak


Langit Banda Aceh sore itu tampak teduh. Tampak jamaah memadati ruang utama masjid, bukan hanya untuk beribadah, melainkan juga menyaksikan sebuah momen yang akan tercatat dalam sejarah panjang rumah Allah yang megah ini.

Di hadapan jamaah yang khusyuk, Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, berdiri dengan suara yang tegas namun bergetar oleh haru. 

Mualem mengukuhkan ulama kharismatik Tgk. H. Muhammad Ali, atau yang akrab dikenal sebagai Abu Paya Pasi, sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh Tahun 2025.

Prosesi berlangsung penuh makna. Surat Keputusan pengangkatan diserahkan langsung oleh Gubernur, disertai pengalungan kain ridak—simbol penghormatan dan amanah besar. 

Masjid Raya Baiturrahman telah menjadi saksi banyak peristiwa, dari masa kejayaan Sultan Iskandar Muda, masa penjajahan Belanda, hingga menjadi benteng harapan ketika tsunami 2004 melanda. 

Kini, sejarah kembali menorehkan catatan baru: lahirnya kepemimpinan Abu Paya Pasi di masjid ikonik ini.

Bagi masyarakat Aceh, sosok Abu Paya Pasi bukan hanya ulama kharismatik, melainkan teladan. 

Kehadirannya sebagai Imam Besar diharapkan mampu memperkuat peran Masjid Raya Baiturrahman sebagai pusat ibadah, ilmu, dan syiar Islam. 

Sebuah amanah yang besar, namun juga menjadi cahaya bagi umat yang rindu akan bimbingan rohani di tengah zaman yang terus berubah. (*)