SOKOGURU, ACEH – Pasar rakyat bukan hanya tempat jual beli, tetapi juga ruang hidup yang merekatkan masyarakat.
Di sinilah pedagang kecil, UMKM, dan pembeli saling bertemu dalam interaksi hangat yang khas. Namun, pasar rakyat tengah dihadapi oleh sejumlah tantangan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejak tahun 2020 jumlah pengunjung pasar rakyat menurun 15-20% setiap tahunnya, sementara banyak fasilitasnya membutuhkan peningkatan kualitas.
Baca Juga:

Untuk menjawab tantangan tersebut, Festival Pasar Rakyat (FPR) 2025 hadir dengan membawa program PASAR SEJAHTERA (Sehat–Hijau–Bersih–Terawat), sebuah rangkaian kegiatan pemberdayaan, edukasi, kesehatan, kesenian, dan budaya yang mendorong pasar menjadi ruang publik yang kreatif sekaligus nyaman.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) ini diinisiasi Adira Finance Syariah bersama Danamon Syariah dan Zurich Syariah.
Pestanya buat pedagang pasar ini akan digelar di berbagai kota di Pulau Sumatra, yaitu Banda Aceh, Bukittinggi, Bengkulu, dengan puncak acara di Medan.
Baca Juga:

FPR 2025 menghadirkan upaya revitalisasi yang menyentuh banyak sisi kehidupan pasar.
Fasilitas umum seperti toilet dan mushola diperbaiki agar lebih bersih dan nyaman digunakan oleh pedagang maupun pengunjung pasar.
Tempat sampah pilah dan dustbin disediakan untuk mendukung pengelolaan lingkungan pasar yang lebih bersih.
Sementara itu, penambahan fasilitas pendukung, sentuhan kreatif berupa mural, hingga penanaman pohon dilakukan untuk menghadirkan suasana pasar yang lebih asri dan menarik.
Di sisi pemberdayaan, pedagang didukung melalui asistensi sertifikasi halal, sejalan dengan program pemerintah sesuai UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH).
Baca Juga:
Langkah ini tidak hanya membantu pedagang memenuhi regulasi, tetapi juga meningkatkan kepercayaan konsumen agar produk mereka mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
Pedagang pasar juga dibekali literasi keuangan syariah dan literasi digitalisasi pasar, membantu pedagang mengelola usaha dengan lebih baik sekaligus menyesuaikan diri dengan pola belanja modern, salah satunya dengan penggunaan QRIS.
Dengan kombinasi perbaikan fasilitas dan peningkatan kapasitas, pasar diharapkan semakin bersih, sehat, dan nyaman, sekaligus menumbuhkan semangat baru bagi pedagang maupun pengunjung.

Di sisi sosial, festival ini menghidupkan interaksi antar warga lewat lomba hafidz Qur’an, nasyid, mewarnai, peragaan busana muslim daur ulang hingga masak khas pasar rakyat.
Layanan kesehatan gratis pun tersedia bagi pedagang dan pengunjung, sementara pentas seni budaya daerah menjadikan pasar sebagai panggung tradisi Nusantara sekaligus destinasi wisata.
Dengan semangat ini, FPR 2025 diharapkan mampu mengembalikan pasar rakyat sebagai pilihan utama masyarakat sekaligus menjadikannya simbol ekonomi kerakyatan yang terus relevan di tengah perkembangan zaman. (*)