SOKOGURU, BANDUNG- Para pelaku startup (perusahaan rintisan) penting memahami tantangan nyata di lapangan, yang sering kali tidak sesuai dengan narasi ideal yang berkembang di ekosistem startup.
Selain itu, ketajaman juga sangat penting dalam pengambilan keputusan serta pendekatan yang sederhana namun efisien dalam eksekusi bisnis.
Demikian disampaikan Buntoro dari Mega Andalan Kalasan Group, dalam simposium From Prototype to Production, di Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat.
“Perlu banyak keberuntungan untuk bisa sukses di industri,” ujarnya.
Lebih lanjut, Buntoro menyontohkan pengalamannya di awal membangun usaha. “Doing simple using spreadsheet,” tuturnya.
Ia menjelaskan bagaimana melakukan analisis data harian secara manual untuk memahami pola dan kebutuhan pasar sebelum menggunakan sistem digital yang lebih kompleks.
Content and Design Manager Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi (DKST) ITB, Cytra Ria Atmanegara, kepada Sokoguru, Senin, 28 April 2025 mengatakan, acara tersebut digelar Selasa, 22 April lalu.
ITB Innovation Park menjadi tuan rumah bagi simposium From Prototype to Production, sebuah forum yang membahas dinamika transisi dari purwarupa menuju produk yang siap diproduksi secara massal dan dikomersialisasikan.
Kegiatan itu diselenggarakan oleh Sindikat Pusat Antar Universitas (PAU) bekerja sama dengan Direktorat DKST ITB, dengan menghadirkan sejumlah praktisi berpengalaman yang telah terlibat langsung dalam pengembangan inovasi teknologi di sektor industri.
“Selain Pak Buntoro, hadir pula sebagai pembicara Gustaff H. Iskandar dari Common Room. Sesi diskusi dipandu oleh Budi Rahardjo, akademisi dan tokoh teknologi yang juga merupakan inisiator Sindikat PAU,” ujarnya.
Lebih lanjut, Cytra mengatakan, dalam diskusi tersebut dibahas pula pendekatan sistemik dalam inovasi yang dimulai dari proses identifikasi kebutuhan, pemanfaatan data dan keilmuan, hingga pelaksanaan yang mempertimbangkan konteks sosial serta berdasar pada empati terhadap pengguna khususnya masyarakat. “Hal yang menarik dari acara ini bukan hanya insight teknis, tapi juga sikap dan semangat yang ditularkan dalam pengembangan bisnis berbasis socio-technopreneur,” ujarnya.
Kegiatan yang diikuti oleh sejumlah startup, kalangan industri, akademisi itu berlangsung sepanjang hari dan diakhiri dengan sesi jejaring informal serta pameran mini yang menampilkan berbagai produk hasil karya anggota Sindikat PAU dan mitra-mitranya.
Baca juga: Hadiri Dies Natalies ke-66 ITB, Walikota Farhan Sebut ITB Tempat Bertanya dan Konsultasi
Sesi makan siang menjadi ruang diskusi tambahan di mana peserta mendalami tantangan teknis maupun strategi kolaborasi lintas sektor.
Forum itu menjadi pengingat bahwa inovasi bukan sekadar tentang ide besar, tetapi tentang keberanian untuk memulai, konsistensi dalam eksekusi, dan kemampuan untuk belajar dari proses.
Dalam konteks tersebut, Sindikat PAU hadir sebagai ekosistem pembelajaran kolektif, tempat di mana gagasan diuji melalui praktik dan dipersiapkan untuk memberi kontribusi nyata di masyarakat.
Sindikat PAU merupakan jaringan informal yang dibentuk atas dasar semangat kolaborasi lintas bidang: teknologi, akademisi, industri, dan komunitas.
Nama PAU mengacu pada Pusat Antar Universitas, sebuah gedung di ITB yang sejak lama menjadi ruang kolaboratif untuk penelitian lintas-disiplin. “Kini, Sindikat PAU berperan sebagai penggerak berbagai forum diskusi, inisiatif kreatif, serta eksperimen sosial-teknologi yang bertujuan menjembatani riset akademik dengan penerapannya di dunia nyata,” pungkas Cytra. (SG-1)