Kuliner

Mau Sertifikasi Produk Halal? Coba Kenali Istilah Positive List dan Bahan Kritis

Bahan-bahan yang masuk ke dalam positive list boleh digunakan langsung dalam proses produksi. Tetapi bahan yang termasuk ke dalam bahan kritis, boleh digunakan jika bahan tersebut sudah memiliki sertifikat halal.

By Sokoguru  | Rauf Muhammad  | Sokoguru.Id
06 April 2023
Ilustrasi Pusat Kajian Halal. Dok. Freepik

sokoguru.id – Dalam mengajukan sertifikasi produk halal, tentunya kita akan mengisi daftar bahan yang digunakan. Tetapi bahan baku yang beredar di masyarakat ini ada bahan yang sudah tidak diragukan kehalalannya, dan juga ada bahan kritis yang diragukan kehalalannya, dan harus bersertifikat halal.

Positive list, Bahan Baku yang Tidak Diragukan Kehalalannya

Apa itu positive list? Positive list  yang digunakan dalam istilah sertifikasi halal berasal dari istilah Halal Positive list of Materials. Positive list merupakan daftar bahan yang tidak kritis (non-critical materials) dari aspek kehalalan yang umumnya digunakan pada industri pengolahan.

Kebijakan penyusunan daftar tersebut, menurut Direktur Eksekutif LPPOM MUI, Ir. Muti Arintawati, M.Si, untuk memudahkan pelaku industri makanan dalam memilih bahan.

Biasanya, yang termasuk ke dalam daftar positive list adalah bahan baku yang berasal dari alam. Bahan tersebut bisa berupa tumbuhan dan bahan tambang yang tanpa melalui proses pengolahan.

Bahan yang masuk ke dalam positive list pun mesti dikategorikan tidak berisiko mengandung bahan yang diharamkan. Selain itu, bahan positive list harus tidak tergolong berbahaya dan tidak bersinggungan dengan bahan haram.

Contoh bahan positive list adalah buah-buahan, sayur-sayuran, air mineral, madu, susu segar, telur ayam, dan semua hewan laut.

Bahan Kritis, Bahan Baku yang Mengalami Pengolahan Lebih Lanjut

Berbeda dengan positive list yang sudah tidak diragukan kehalalannya, bahan kritis masih diragukan kehalalannya. Kehalalan bahan kritis diragukan karena adanya proses pengolahan tambahan yang mengubah struktur bahan positive list secara keseluruhan. Sehingga terdapat titik kritis yang harus diperhatikan kehalalannya.

Titik kritis dalam bahan hewani contohnya adalah pada saat penyembelihan. Apakah rumah pemotongan hewan yang memotong hewan tersebut sudah menyembelih hewan sesuai syariat Islam? Selain itu, dalam distribusi bahan juga perlu diperhatikan, apakah dicampurkan dengan daging non-halal atau tidak?

Sementara itu titik kritis dalam bahan nabati contohnya adalah pada saat proses pengolahan minyak goreng. Apakah proses pengolahan minyak goreng tersebut menggunakan alat yang produksi bersih dan terhindar dari najis? Apakah tidak ada penambahan bahan baku dalam proses pengolahan minyak goreng tersebut?

Contoh bahan kritis adalah daging ayam, daging sapi, bakso, minyak goreng, minuman kemasan, sarden kalengan, dan buah kalengan. Semua hasil alam yang mengalami proses tambahan biasanya termasuk dalam daftar bahan kritis, dan ditemukan titik kritis dalam produksinya.

Pemakaian Bahan Positive List dan Bahan Kritis

Bahan-bahan yang masuk ke dalam positive list boleh digunakan langsung dalam proses produksi. Tetapi bahan yang termasuk ke dalam bahan kritis, boleh digunakan jika bahan tersebut sudah memiliki sertifikat halal.

Bahan kritis yang sudah memiliki sertifikat halal sudah dipastikan halal untuk dikonsumsi. Sehingga para pelaku usaha harus jeli memilih bahan baku yang digunakan dalam proses produksi makanan atau minumannya.