BAGI penggemar kuliner Indonesia yang berdomisili di San Francisco, Amerika Serikat, kini boleh memanjakan lidah dengan mencicipi aneka masakan dan jajanan khas Nusantara di restoran NUSA.
Mengambil lokasi di Emeryville, San Francisco Bay Area, restoran NUSA merupakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) rintisan diaspora Indonesia.
“Dengan bangga, kami secara resmi membuka restoran Indonesia di Emeryville, San Francisco Bay Area. Selamat kepada Ibu Jennifer Huang atas pembukaan bisnis makanan dan aneka kue bersama NUSA, semoga senantiasa sukses dan menjadi makanan favorit bagi masyarakat lokal,” ujar Konjen RI San Francisco, Prasetyo Hadi, pada Grand Opening NUSA di Pasar Publik Emeryville, Rabu (15/5), seperti dirilis kemlu.go.id, Jumat (17/5).
Baca juga: Produk UMKM Kuliner Indonesia Bisa Tembus Pasar Inggris Raya melalui Halal Expo
Pada peresmian restoran tersebut hadir pula Walikota Emeryville, Courtney Welch yang melakukan pemotongan pita bersama Prasetyo, serta sejumlah mitra bisnis kuliner.
“Makanan Indonesia dikenal memiliki kualitas rasa yang baik, lezat, dan khas”, ujar Walikota Courtney. Pihaknya menyampaikan pula ucapan selamat kepada NUSA sekaligus berharap semoga bisnis kulinernya terus berkembang dan semakin diminati berbagai kalangan masyarakat Emeryville dan California.
Kiprah NUSA dalam bisnis kuliner sudah tidak asing lagi. Sejak pertama kali merintis bisnisnya pada 2013, Jennifer meluncurkan 1000 Layer Bakery atau lapis legit, sebuah bisnis makanan rumahan yang fokus pada jasa katering bagi para pekerja profesional di perusahaan-perusahaan teknologi seperti Apple, Google, dan Dropbox di Silicon Valley.
Baca juga: Tiga Kuliner Khas dari Pulau Bawean yang Dicari Para Wisatawan
Usaha kecil kuliner tersebut kemudian berubah menjadi NUSA pada sekitar 2020 di pasar khusus La Cocina, San Francisco yang menjual aneka kue dan jajanan khas Indonesia.
Suasana keceriaan saat peresmian NUSA terlihat pula dari para pengunjung yang menikmati masakan khas yang dijual seperti lemper, aneka sate, soto ayam, ayam suwir, karedok, tahu dan tempe bacem, dan ragam jus buah, serta aneka jajanan khas pasar seperti lapis legit, kue lapis, bolu pandan, ketan sarikaya, nastar, hingga lemper.
Keberadaan NUSA tersebut dinilai menambah kisah sukses usaha makanan rintisan diaspora yang akan turut mempromosikan cita rasa khas Indonesia di luar negeri.
Baca juga: Angklung KBRI Manila Meriahkan Festival Kuliner di Universitas Adamson Filipina
“NUSA tentu saja menambah daftar restoran Indonesia di wilayah Pantai Barat Utara AS, dan KJRI San Francisco tentu saja terus mendorong semakin banyak lagi UMKM kuliner Indonesia yang manfaatnya bisa langsung dirasakan tidak saja oleh masyarakat Indonesia tetapi juga warga lokal AS.”, tambah Prasetyo.
Sementara itu, Dion Lim, jurnalis senior dan seorang anchor ABC7 – salah satu media besar di wilayah Pantai Barat AS, terlihat antusias hadir sejak awal dalam Grand Opening NUSA.
“Sekaligus mengucapkan selamat kepada NUSA dan seluruh diaspora Indonesia yang secara konsisten mendukung UMKM kuliner Asia di San Francisco Bay Area.”, katanya.
Bagi Dion Lim, jajanan NUSA tidak hanya memiliki cita rasa tinggi tetapi berbagai menu makanannya juga dikemas cantik dan dihidangkan dengan rapi dan indah dilihat, sehingga membuat konsumen semakin tertarik dengan masakan Indonesia.
Acara pembukaan NUSA tersebut rupanya juga diliput oleh beberapa media lokal AS lainnya, seperti San Francisco Chronicle dan Public Market Emeryville.
Upaya gastrodiplomasi
Dengan beroperasinya warung makanan NUSA di San Francisco bay Area, maka akan semakin meningkatkan upaya gastrodiplomasi yang kini terus digaungkan Pemerintah Indonesia.
Konsul Penerangan Sosial Budaya KJRI San Francisco, Mahmudin Nur Al-Gozaly, menekankan, makanan merupakan bagian dari identitas sebuah bangsa sehingga bisnis kuliner lebih dari sekedar tujuan bisnis, yakni dapat meningkatkan citra positif sekaligus mendukung diplomasi ekonomi Indonesia.
Praktik diplomasi dengan makanan sebagai instrumen utamanya, lanjutnya, telah semakin populer di banyak negara, tidak hanya Indonesia.
“Untuk itu, keberadaan usaha kuliner sebagai bagian dari identitas kultural nasional perlu terus didorong, didukung, dan dipromosikan, sehingga akan bersaing untuk menarik minat komunitas global merasakan cita rasa otentik makanan khas Indonesia yang kaya akan rempah-rempah dan itu sebagai pintu masuk ketertarikan dunia luar kepada wisata nasional,” imbuh Mahmudin. (SG-1)