Soko Kreatif

Melalui Santri Digitalpreneur, Para Santri Diharap Bisa Ciptakan Lapangan Kerja

Pelatihan ini menggarisbawahi bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga pusat pengembangan ekonomi kreatif. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
21 September 2024
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menghadiri acara pelatihan Santri Digitalpreneur Indonesia 2024  di Pondok Pesantren Mabadi’ul Ihsan, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (20/9). (Ist/Kemenparekrfa) 

BANYUWANGI menjadi saksi lahirnya generasi santri masa kini yang siap terjun ke dunia digital, berkat program ‘Santri Digitalpreneur Indonesia 2024’. 

 

Program ini tidak hanya menjadi sarana pelatihan bagi para santri untuk memahami industri digital, tetapi juga menyiapkan mereka sebagai pionir yang mampu menciptakan lapangan kerja melalui dakwah dan konten digital yang inspiratif.

 

Pada Jumat (20/9), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, secara resmi menutup rangkaian pelatihan Santri Digitalpreneur Indonesia yang berlangsung di Pondok Pesantren Mabadi’ul Ihsan, Banyuwangi, Jawa Timur. 

 

Baca juga: Santri Tangerang Dapat Bekal Keterampilan Digital Melalui Program Santri Digitalpreneur

 

Program unggulan Kemenparekraf yang telah berlangsung sejak 2020 ini dirancang untuk mempersiapkan santri dan generasi muda menghadapi tantangan industri digital yang kian pesat.

 

"Kami sangat berbahagia bisa menghadirkan program yang memberikan pelatihan santri dengan kemampuan digitalpreneur," ungkap Menparekraf Sandiaga. 

 

Ia menegaskan bahwa program ini bukan hanya untuk meningkatkan pengetahuan, tetapi juga mendorong santri agar mampu menciptakan peluang usaha di era digital.

 

Bukan sekadar belajar membuat konten yang menarik, para santri diajak untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana konten tersebut bisa menjadi alat dakwah yang positif. 

 

Dengan konten yang menghibur, edukatif, dan inspiratif, santri kini diharapkan mampu menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai melalui platform digital. 

 

Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Ajak Santri Jadi Pionir Ekonomi Kreatif Indonesia

 

"Santri dengan kemampuan digitalpreneur bisa menciptakan lapangan kerja tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga bagi orang lain," kata Sandiaga.

 

Pelatihan ini menggarisbawahi bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga pusat pengembangan ekonomi kreatif. 

 

Dengan 5 juta santri di seluruh Indonesia, menurut Menparekraf, ada potensi besar yang harus dimaksimalkan. 

 

"Dari total 5 juta santri, sekitar 20 persen sudah merasakan dampak program ini," ujar Sanndiaga.

 

Menghadapi era digitalisasi yang semakin tak terhindarkan, Sandiaga juga mengingatkan bahwa santri harus siap mengisi ruang digital dengan konten yang bermakna. 

 

Menurut data dari We Are Social, warganet Indonesia menghabiskan rata-rata 7 jam 38 menit per hari di internet, dengan 3 jam 11 menit di antaranya di media sosial. 

 

"Ini adalah peluang besar sekaligus tantangan. Karenanya, kita harus konsisten membangun kekuatan di platform digital dengan konten-konten positif," tegas Sandiaga.

 

Baca juga: Cetak Wirausaha Muda, Baznas Gelar Boothcamp Santripreneur Sektor Agrobisnis

 

Sandiaga turut berbagi tips sukses membuat konten digital melalui konsep yang ia sebut sebagai POST: ‘Plan’, yakni perencanaan konten yang jelas dan terarah.

 

Kedua ‘Optimize’, mengoptimalkan konten sesuai platform yang digunakan. Ketiga ‘Share’, membagikan konten ke komunitas yang tepat; dan keempat, ‘Track’, memantau kinerja konten untuk evaluasi ke depannya. 

 

"Saatnya kalian membuktikan bahwa santri tidak hanya berjihad di jalan ilmu, tapi juga menjadi digitalpreneur yang menciptakan lapangan kerja baru," tambah Sandiaga.

 

Sambutan positif juga datang dari Abdullah Azwar Anas, Pembina Yayasan Pondok Pesantren Mabadi'ul Ihsan sekaligus Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (Men=PAN RB). 

 

Menurut Azwar, digitalisasi dan entrepreneurship adalah kunci bagi santri untuk lebih percaya diri dan memanfaatkan peluang di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. 

 

“Santri perlu diadaptasi secara digital, agar dapat turut mempromosikan potensi ekonomi kreatif di Indonesia. Ini akan memberikan dampak positif bagi kepercayaan diri mereka," jelasnya.

 

Turut hadir dalam penutupan program ini adalah sejumlah tokoh penting, seperti Pengasuh Pondok Pesantren Mabadi'ul Ihsan Hj. Siti Aisyah Musayyidi, KH. Masykur Wardhi, Ketua Yayasan KH. Syukron Makmum Hidayat, Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah, dan Super Mentor Santri Digitalpreneur Banyuwangi Ajie Pangestu. 

 

Program ini menandai langkah maju bagi pesantren di Indonesia, yang semakin relevan dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. 

 

Banyuwangi, dengan kekayaan budaya dan potensinya, menjadi saksi bahwa santri bisa menjadi agen perubahan di dunia digital, membawa dampak nyata bagi perekonomian kreatif lokal dan nasional.

 

Dengan semangat dakwah digital dan entrepreneurship, para santri kini tak hanya belajar untuk diri sendiri, tetapi juga memberi kontribusi besar bagi masyarakat. 

 

Mereka siap menghadapi dunia yang semakin terhubung, dengan membawa pesan-pesan positif yang menginspirasi. (SG-2)