SOKOGURU - Pagi itu, aroma bawang merah dan bawang putih yang ditumis mulai memenuhi dapur kecilku.
Suara desis minyak panas menyapa telinga, seolah mengajak untuk segera menyiapkan semur daging yang sejak tadi menari-nari di benak.
Ada sesuatu yang menenangkan dari memasak semur—perpaduan antara kesabaran, cinta, dan cita rasa yang perlahan mengikat semua kehangatan rumah dalam satu panci.
Aku menatap potongan daging sapi yang baru saja selesai dicuci. Setiap potongannya kuberi jeda waktu di udara terbuka, supaya nanti ketika bersentuhan dengan bumbu halus, ia bisa menyerap semua rempah dengan sempurna.
Tak lupa kentang dan wortel kupotong rapi, masing-masing punya peran sendiri: kentang memberi tekstur lembut, wortel menambahkan manis alami yang akan menyeimbangkan gurihnya daging.
Sementara bumbu halus—bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, dan sedikit pala—kubuat dengan hati-hati.
Aku tahu, di sinilah kunci aroma semur yang sesungguhnya. Setelah ditumis, aku masukkan lengkuas, serai, daun salam, dan daun jeruk.
Harum rempah langsung menguar, membawa kenangan masa kecil saat ibu memasak menu yang sama setiap Lebaran.
Kini giliran daging yang turun ke wajan. Bunyi “cesss” dari minyak panas membuatku tersenyum puas.
Warna daging perlahan berubah kecokelatan, menandakan ia siap diberi air untuk direbus perlahan hingga empuk.
Proses ini tak bisa diburu-buru—karena semur adalah masakan yang mengajarkan sabar. Selama 45 menit, aku biarkan kuahnya menari lembut di atas api kecil.
Saat kuangkat tutup panci, wangi daging yang empuk bercampur kecap manis langsung menyeruak.
Aku menambahkan kentang dan wortel, membiarkannya berenang sebentar hingga setengah matang.
Lalu datang giliran bumbu pelengkap: garam, gula merah, merica, dan kaldu bubuk—semuanya kuaduk hingga rasa menemukan keseimbangannya sendiri.
Pelan-pelan kuah mulai mengental, menyatu dengan daging dan sayur yang kini berkilau oleh kecap.
Di tahap terakhir, aku menambahkan potongan tomat dan daun bawang. Warna semur berubah semakin hidup—gelap, manis, dan menggoda.
Sekilas aku merasa seperti sedang melukis rasa dengan kuah kecap di atas kanvas dapurku sendiri.
Ketika semur akhirnya matang, aku menaburkan bawang goreng di atasnya. Uap panasnya mengepul perlahan, membawa rasa haru dan rindu pada masakan rumah.
Satu sendok pertama membawaku pada kenangan: kehangatan keluarga, meja makan sederhana, dan tawa yang tak pernah hilang.
Semur daging bukan sekadar hidangan. Ia adalah cerita tentang kesabaran, kasih, dan kenangan yang direbus bersama waktu.
Setiap suapan adalah pelukan—hangat, manis, dan tak tergantikan.
Bahan-bahan
-500 gr daging sapi, potong dadu.
- 2 buah kentang, potong dadu.
-2 buah wortel, potong serong atau dadu.
- 1 buah tomat, potong-potong.
- 1/2 buah bawang bombay, iris tipis.
- 2 batang daun bawang, potong-potong.
- 5-8 sdm kecap manis, sesuai selera.
- 1 sdm saus tiram (opsional).
- Secukupnya garam, gula merah, merica bubuk, dan kaldu bubuk.
Secukupnya air.
- Secukupnya minyak goreng untuk menumis.
Bumbu halus
- 4-6 siung bawang merah.
- 2-4 siung bawang putih.
- 1-3 buah kemiri, sangrai.
- 1 ruas jahe.
- 1/2 sdt pala bubuk.
Bahan bumbu cemplung
- 1 ruas lengkuas, geprek.
- 1 batang serai, geprek.
- 2 lembar daun salam.
- 2 lembar daun jeruk (opsional).
Cara membuat
- Tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan bumbu cemplung (lengkuas, serai, daun salam, dan daun jeruk), lalu aduk sampai layu.
- Masukkan daging sapi, aduk hingga berubah warna.
- Tuangkan air secukupnya. Masak daging dengan api kecil sampai empuk selama kurang lebih 45 menit.
- Setelah daging empuk, masukkan kentang dan wortel. Masak hingga sayuran setengah matang.
- Tambahkan kecap manis, garam, gula merah, merica bubuk, dan kaldu bubuk. Aduk rata dan cicipi rasanya.
- Masak hingga semua bahan matang dan bumbu meresap sempurna. Jika kuah terlalu banyak, masak terus sampai sedikit menyusut.
- Sesaat sebelum diangkat, masukkan potongan tomat dan daun bawang. Aduk sebentar hingga layu.
- Sajikan semur daging kentang wortel selagi hangat, dengan taburan bawang goreng di atasnya. (*)