SOKOGURU - Pernahkah kamu merasa ingin menikmati sesuatu yang pedas, gurih, dan lembut di waktu hujan?
Saat angin dingin berembus, tak ada yang lebih menggoda selain semangkuk Sundubu Jjigae—sup tahu pedas khas Korea yang mampu menghangatkan tubuh dan menenangkan hati.
Dari aromanya saja, sudah terasa nuansa rumah yang hangat di negeri ginseng.
Kisahnya dimulai di dapur yang sederhana. Kamu menyalakan kompor, menyiapkan wajan lebar, dan menuangkan sedikit minyak sayur.
Begitu minyak mulai panas, taburkan bubuk cabai Korea. Suara desisnya seolah membangunkan aroma pedas yang menggoda, memenuhi udara dengan sensasi hangat yang khas.
Di sinilah keajaiban pertama terjadi—warna merah cabai mulai melambai di permukaan minyak, tanda permulaan rasa yang kaya.
Lalu, masukkan daging sapi cincang. Daging itu mulai berubah warna, melepaskan aroma gurih yang membuat perut langsung berbicara.
Dengan spatula di tangan, kamu mengaduknya perlahan—seperti sedang menciptakan harmoni antara rasa pedas dan gurih.
Tambahkan doenjang, pasta kedelai asin khas Korea, yang menjadi rahasia kelezatan di balik setiap suapan Sundubu Jjigae.
Setelah campuran itu matang, tuangkan segelas air dan biarkan mendidih perlahan.
Asap panas mulai menari di udara, membawa wangi yang semakin menggoda.
Sedikit garam dan lada ditaburkan, bukan untuk mendominasi rasa, tapi sekadar menyempurnakannya—seperti bumbu kecil dalam cerita besar.
Tiba saatnya menambahkan bintang utama: tahu lembut ala Korea. Potongannya perlahan masuk ke dalam sup mendidih, tenggelam dengan lembut di antara gelembung air panas.
Dalam satu hingga dua menit, tahu itu menyerap semua rasa—pedas, gurih, dan asin—menjadi satu harmoni lembut yang siap disantap.
Ketika api dimatikan, satu butir telur dipecahkan ke dalam sup. Gerakan kecil dengan sendok membuat kuning telurnya menyebar, memberi warna keemasan yang menambah daya tarik visual dan rasa yang lebih creamy.
Di saat itulah aroma khas Sundubu Jjigae semakin terasa—hangat, menggoda, dan menenangkan.
Akhirnya, taburkan biji wijen dan daun bawang segar di atasnya. Sentuhan terakhir ini bukan hanya hiasan, tapi juga simbol keseimbangan rasa dan tampilan.
Sup tahu pedas khas Korea itu kini tampak sempurna—merah menyala dengan taburan hijau dan putih yang menggoda mata.
Dan ketika sendok pertama menyentuh bibir, kamu tahu—ini bukan sekadar makanan.
Ini adalah pelukan hangat dari dapur, cerita tentang keseimbangan antara kelembutan tahu dan semangat cabai, tentang rasa yang membuatmu ingin menutup mata dan tersenyum di setiap suapan. (*)