FESYEN lokal sebagai identitas pribadi didorong berkembang sehingga turut berkontribusi terhadap ekonomi kreatif. Desainer lokal harus lebih berinovasi dan kreatif untuk menciptakan nilai ekonomi lebih tinggi dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat setempat.
“Kita bisa buat fashion show lokal dan para penenun yang membuat pakaian turut jadi model dari apa yang telah mereka buat,” ujar Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Wamenekraf/Wakabekraf), Irene Umar, saat menerima kunjungan IKAT Indonesia di Ruang Rapat Lantai 10, Gedung Menara Merdeka, Jakarta, Senin (20/1).
Dalam pertemuan bersama tim IKAT Indonesia tersebut, Wamenekraf membahas proyeksi seperti apa baju kantor atau seragam yang bisa dipadu-padankan dan membuka inspirasi model pakaian untuk berbagai aktivitas, termasuk bekerja.
Baca juga: Dorong UMKM Mendunia, Dekranasda Jabar Gaungkan Pesona Tenun Majalaya
“Kami ingin melihat dominasi pemilihan warna-warna dan bahan yang nyaman dipakai saat seharian bekerja. Seragam harus bisa menumbuhkan pride bagi para pekerja, khususnya mereka yang berprofesi sebagai ASN. Saat ini, kami juga telah kerja sama dengan beberapa jenama lokal untuk pengembangan kolaborasi ke depan,” imbuh Irene.
Dok. Kemenekraf/Bekraf
Menurutnya, baju kerja dalam lingkungan kantor pemerintah juga harus menunjukkan identitas setiap kedeputian. Ada momen-momen penting atau acara formal yang harus diperhatikan buat para pekerja yang bertugas di lapangan seperti fotografer, dan videografer.
Dalam kesempatan tersebut Wamenekraf juga memperkenalkan program inkubasi bagi para penenun di Toba, Sumatra Utara yang menggunakan bahan dasar perwarna alam.
“Kita harus lebih mendorong kreativitas dan inovasi desainer lokal untuk menciptakan nilai ekonomi lebih tinggi dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat setempat. Kita bisa buat fashion show lokal dan para penenun yang membuat pakaiannya turut jadi model dari apa yang telah dibuatnya,” kata Irene lagi.
Baca juga: Tenun Cilacap Berpadu dengan Teknik Sashiko Unjuk Gigi di Inacraft on October 2024
Sementara itu, pendiri IKAT Indonesia, Didiet Maulana, mengatakan, IKAT Indonesia selalu punya ciri khas atau identitas untuk menjadi inspirator tema koleksi pakaian dengan desain lokal. Utamanya, menggunakan wastra tradisional Indonesia seperti tenun ikat, lurik, batik, songket, dan sebagainya.
Saat ini, IKAT Indonesia juga memiliki platform untuk belajar soft skills terkait wirausaha dan pengembangan diri dalam konsep Jadi Gini Belajar Bersama (JGBB) dengan target milenial dan Gen Z.
“Kita punya satu misi yang sama yaitu agar para pelaku ekonomi kreatif di Indonesia bisa semakin naik kelas sehingga tidak hanya teknik fesyen yang bisa sharing, tetapi juga how to sell atau bagaimana desainer menjangkau calon-calon pembeli di Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: Berpartisipasi di New York Fashion Week, Kemenekraf Siap Dukung Desainer Fesyen Indonesia
Ia berharaap dalam pertemuan bersama wamenekraf Irene tidak hanya sebatas presentasi karya, tetapi juga bisa merintis dan mewadahi talenta-talenta muda khususnya bidang fesyen untuk terus berkembang.
Dalam pertemuan itu, turut mendampingi Irene, Sekretaris Utama Kemenekraf, Dessy Ruhati dan Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain, Yuke Sri Rahayu. (SG-1)