KOMITE Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) II-2024 mengadakan rapat berkala yang dihadiri Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada akhir April lalu.
Hasil rapat tersebut menghasilkan 25 catatan, diantaranya komitmen untuk terus memperkuat koordinasi dan sinergi, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global serta gejolak geopolitik yang eskalatif, termasuk rambatannya pada perekonomian dan sektor keuangan domestik.
Demikian disampaikan Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Fadjar Majardi, dalam siaran pers yang dilansir bi.go.id, Jumat (3/5).
Baca juga: Bank Indonesia Sebut Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Semakin Buruk
“Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia pada triwulan I-2024 masih dalam kondisi terjaga, didukung oleh kondisi fiskal, moneter, dan sektor keuangan yang stabil,” tulisnya.
Namun, lanjut Fadjar, terdapat peningkatan ketidakpastian dan gejolak geopolitik global yang mendorong peningkatan tekanan di pasar keuangan global dan domestik.
“KSSK akan terus melakukan asesmen forward looking atas kinerja perekonomian dan sektor keuangan terkini seiring risiko ketidakpastian ekonomi global yang meningkat serta gejolak geopolitik dunia yang eskalatif, “ imbuhnya.
Baca juga: Ekonomi Global Belum Membaik, Perkonomian Indonesia Masih Bisa Tumbuh Lebih Baik di 2024
Hasil rapat berkala itu juga menunjukkan bahwa outlook pertumbuhan ekonomi global diprakirakan relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan.
“Dalam laporan terbaru World Economic Outlook April 2024, IMF memproyeksikan ekonomi global stagnan di level 3,2% yoy di tahun 2024,” ujar Fadjar.
Catatan berikutnya, di tengah dinamika ketidakpastian global, kinerja ekonomi Indonesia masih cukup resilien. Pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2024 diprakirakan tetap berada di atas 5,0% dan menguat dibandingkan triwulan IV tahun 2023.
“Ketahanan eksternal ekonomi nasional cukup stabil dengan kebijakan nilai tukar Bank Indonesia (BI) terus diarahkan untuk menjaga stabilitas rupiah. Pada akhir triwulan I 2024, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,89% ytd (per tanggal 28 Maret 2024), lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan mata uang beberapa negara emerging market lainnya seperti Baht Thailand (6,41% ytd) dan Ringgit Malaysia (2,97% ytd),” ujar Fadjar lagi.
Kemudian, sambungnya, inflasi juga terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%;. Kinerja APBN sampai dengan triwulan I tahun 2024 masih surplus, di tengah ketidakpastian perekonomian global yang masih eskalatif; Pemerintah terus mengoptimalkan peran APBN sebagai shock absorber untuk melindungi daya beli dan menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global yang eskalatif.
“BI terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global,” tambah Fadjar.
Dan sejalan dengan arah bauran kebijakan tersebut, katanya lagi, BI sudah menaikkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00%.
Sementara pihak OJK mengatakan di tengah meningkatnya ketidakpastian dan gejolak geopolitik global, OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga, kinerja industri perbankan Indonesia per Maret 2024 tetap terjaga stabil, dan Likuiditas perbankan pada Maret 2024 terjaga.
“KSSK akan kembali menyelenggarakan rapat berkala pada Juli 2024,” katanya. (SG-1)