Satu dekade Mochamad Indra Yusuf bergulat dalam dunia persepatuan di Indonesia. Dibikin dengan tangan terampil terlatih secara turun temurun dari pengrajin sepatu Cibaduyut. Mengisi ceruk peluang pasar sepatu boots di Asia Tenggara.
Rahim sentra sepatu Cibaduyut terus melahirkan talenta kreatifitas dunia persepatuan Indonesia. Salah satunya Koku Footware yang diarsiteki oleh Mochamad Indra Yusuf yang mengembangkan khusus sepatu kulit boots.
Warga asli Cibaduyut ini mengamati ada banyak potensi yang kuat di daerahnya. Namun tak berkembang karena kurang memahami manajemen, inovasi, dan selera pasar yang terus berkembang. Padahal, secara tehnik produksi, Cibaduyut memiliki kemampuan mumpuni.
“Sejak tahun 80’an Cibaduyut terkenal karena kualitas sepatu standar ekspornya,” ujar Mochamad Indra Yusuf. Berangkat dari riset, pengamatan para pengrajin, serta dampak sosial ekonomi, Mochamad Indra Yusuf tergerak terjun dalam dunia sepatu ini. Lahirlah Koku Footware untuk merespon risetnya.
“Dari empat karyawan kini ada 26 karyawan,” ujarnya bangga. Koku Fooware tak hanya kuat di pasar lokal tapi juga perlahan menembus pasar ekspor seperti Amerika Serikat, Jepang, dan kawasan ASEAN.
Ia menilai ceruk pasar ekspor lebih luas dan menguntungkan. Terlebih menghargai produk Indonesia yang sifatnya handmade. Ketelitian, kerapihan, dan cerita di balik produk menjadi nilai jual lebih.
“Sayangnya regenerasi yang menguasai keterampilan ini tak banyak. Itu-itu saja,” ujarnya.
Ia pun memutar otak untuk berinovasi dan tak ingin regenerasi pengrajin sepatu kulit mandeg dan tak berkembang. Berbagai pelatihan dan pendampingan tehnik-tehnik baik ia kembangkan di workshopnya. Tujuannya agar seluruh karyawannya mampu mengerjakan sepatu boots kualitas ekspor yang baik.
“Di situlah nilai jualnya dan penting melestarikan keterampilan di Cibaduyut,” ujarnya. Kini, tiap bulan ia mampu memproduksi sepatu hingga 300 pasang dengan berbagai inovasi desain dan bahan baku.
Koku Footware berdenyut dengan sepatu kulitnya dan mampu melewati badai pandemic Covid-19. Tak sedikit wirausaha yang ambruk dan bertahan dari gempuran pandemi ini. Namun beruntung, Koku Footware mampu bertahan dari pandemi ini.
“Dari awal produk saya sudah dijual lewat e-commerce. Ada ketakutan saat itu tapi ternyata masih aman,” ujarnya yang tahun lalu meraup omzet hingga Rp 1,5 miliar.
Ia mengaku pelaku UMKM harus menguasai digitalisasi untuk mengembangkan marketnya. Digitalisasi tak terelakan sebagai cara memasarkan produk sekaligus memperkuat branding UMKM itu sendiri.
“Saya sering sharing dengan rekan agar mereka mampu masuk ke pasar ekspor,” ujarnya.
Mochamad Indra Yusuf jebolan BRINCUBATOR 2023 dan berhasil menjadi pemenang pertama dari 25 peserta pilihan dari Rumah BUMN BRI Bandung.