Keberadaan mangrove tidak hanya menjadi benteng bagi pesisir untuk menahan abrasi. Tapi juga punya kebermanfaatan yang banyak baik dari ekologi maupun secara ekonomi.

Salah satunya bisa dimanfaatkan untuk keperluan pembuatan pewarna alami yang berasal dari kulit mangrove. Seperti yang dilakukan di Desa Wisata Mangrove Pandasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. 

Keberadaan mangrove yang berada di Desa Kaliwlingi ini memang tengah mendorong wisata desa berbasis lingkungan. Keberadaan mangrove di pesisir utara Jawa ini menjadi magnet dalam menarik para wisatawan. Mulai menikmati alam, kuliner laut, hingga kerajinan yang dilakoni para pembatik ini.

Inovasi pewarna alami berbahan kulit mangrove ini dilakukan oleh Ranimpen, salah satu pengrajinnya untuk memasok kebutuhan oleh-oleh dari desa. 

Ia bersama kelompoknya membuat batik khusus menggunakan bahan pewarna alami dengan cara merebus kulit mangrove hingga mengeluarkan warna coklat. 

Tak hanya itu, warga juga memanfaatkan bahan baku alam lainnya misalnya dari pohon ketapang, nila, hingga berbagai jenis tumbuhan yang ada di sekitar kampung.

Proses pembuatan batik ini juga dilakukan secara tradisional dengan menggunakan canting sehingga bisa menghasilkan karakter motif yang unik dan khas. 

Batik mangrove ini juga tidak mengakibatkan bahaya bagi lingkungan karena berbahan baku alami dan tidak mencemari kualitas lingkungannya. 

Keberadaan batik mangrove dari Brebes ini pun mengisi kisah batik alami yang istimewa. Berbagai lembaran batik dari desa ini menampilkan motif alam seperti mangrove, ikan, bunga dan bisa menjadi salah satu koleksi wajib yang harus dimiliki. 

Di Hari Mangrove Sedunia yang jatuh tanggal 27 Juli ini, warga Brebes telah berkontribusi bagi kebaikan bumi semesta.