KIPRAH Mondragon Corporation sebagai pusat dari gerakan koperasi di belahan dunia telah lama menginspirasi berbagai koperasi di setiap belahan negeri untuk mengadopsi pola bisnis mereka sebagai koperasi pekerja.
Di sana, orang-orang berperan sebagai pekerja-pemilik setiap perusahaan. Di sana tidak ada kasta, demokrasi dan keadilan nilai yang dijunjung tinggi. Mereka maju bersama dan saling membantu satu sama lain. Mondragon memang surganya para pekerja, sangat menginspirasi.
Inspirasi itu tidak sekadar menjadi wacana ketika sampai di telinga Alliyyah Sarastita Rusdinar. Perempuan asal Bandung itu kini menjadi Managing Director The New Factory (TNF), sebuah koperasi pekerja yang didirikan sebagai ruang alternatif bagi para pekerja di industri tekstil yang terkena gelombang PHK pada masa pandemi covid-19 lalu.
Baca juga: Mondragon Corporation: Kisah Sukses Koperasi Internasional yang Menginspirasi
The New Factory (TNF) didirikan pada awal 2023, meskipun usianya masih muda, koperasi ini sudah memberikan dampak besar dalam mengubah paradigma tentang bisnis dan keberlanjutan.
TNF adalah milik kolektif, orang-orang di sana pemilik sekaligus pekerja. Koperasi ini digerakkan oleh delapan orang dengan keahlian dan peran berbeda. Disatukan oleh visi untuk membangun korporasi besar di bidang teknologi pengolahan limbah yang perusahaannya dimiliki bersama oleh pekerja.
Tak hanya itu, mereka pun dengan bangga menyampaikan ke publik melalui caption A Co-operative experiment for a new fashion economy sebagai koperasi yang mengusung keberlanjutan dalam bisnisnya.
Baca juga: Kemenkop UKM Terjunkan Pendamping untuk Tingkatkan Kinerja Koperasi Modern
TNF tak hanya andil dalam urusan limbah, kehadirannya pun bentuk empati pada nasib pekerja garmen dan tekstil dibalik mode-mode menakjubkan yang kita pakai hari ini.
Sebagai sebuah koperasi yang baru, menghasilkan Rp1 miliar dalam waktu satu tahun semenjak didirikan, adalah bukti bahwa koperasi pekerja ini bukan tong kosong yang nyaring bunyinya, TNF telah memulai perjalanan seribu mil dengan tujuan yang pasti.
"Yang penting adalah hasil. TNF menyelesaikan masalah pekerja, memberikan pekerjaan yang layak, dan menjaga lingkungan. Ini adalah revolusi ekonomi di tengah persoalan limbah tekstil," kisah perempuan yang akrab disapa Alia pada Sokoguru, Kamis (12/7).
Mengulik harapan pascaPHK
Saat pandemi covid-19 puncak kemalangan pun terjadi. Sebanyak 80% pekerja garmen dan tekstil di Jawa Barat terkena pemutusan hak kerja (PHK). Pasalnya banyak perusahaan yang lay-off akibat bencana itu. Bahkan banyak industri garmen di Jawa Barat kalang kabut dan bertumbangan hingga saat ini. Artinya banyak juga pekerja yang harus merelakan hak kerjanya.
Saat masa pandemi itu sekumpulan orang yang notabene tergabung dalam serikat buruh Forum Pekerja Garmen dan Tekstil di Bandung harus memutar haluan roda perjuangan mereka sebagai buruh.
Dari yang mulanya memperjuangkan keadilan upah dan jam kerja, di hadapan bencana itu, Alia bersama kawan-kawan buruh justru membuka jalan untuk memikirkan koperasi pekerja sebagai alternatif. Saat itu ia menjadi konsultan di serikat tersebut
“Waktu itu momennya pas. Banyak teman-teman yang kehilangan pekerjaan tapi semuanya sadar kalau kita punya skill jahit dan pengalaman di industri ini. Kenapa nggak kita kumpulin semua modal ini dan bikin usaha bareng? Kita belajar dari Mondragon,” kenangnya.
Dari sanalah obrolan tentang Mondragon Corporation dimulai. Selama 1,5 tahun mereka yang tergabung di TNF membahas habis koperasi pekerja percontohan paling wahid di dunia itu, konglomerasi koperasi itu telah sukses selama hampir tujuh puluh tahun.
"Mondragon itu contoh utama kita. Kita belajar dari mereka tentang bagaimana membangun koperasi pekerja yang sukses dan berkelanjutan," tambah Alia.
Di Ruko No. 42, Plaza Rajawali, Ciroyom, Bandung, Jawa Barat TNF menjalani aktivitasnya. Pada lantai pertama ruko berukuran 4,5 x 7 meter itu, Didah terlihat sedang membuka jahitan dari limbah produk salah satu perusahaan yang menjadi mitra TNF. Ada berkarung-karung limbah kain yang sedang ia kerjakan dalam proyek tersebut.
Sementara lantai dua difungsikan sebagai tempat produksi, terdapat Iwan, staf produksi lain, sedang menggunting limbah sesuai pola yang dibuatnya sambil diperhatikan Ranti yang bertugas sebagai kepala produksi.
Di lantai 3, dipakai khusus untuk Iebel desainer milik TNF sebagai otak dari desain produk TNF untuk meng-upcycling limbah yang mereka terima.
Lantai tesebut juga dapat menjumpai banyak barang jadi yang direka sedemikian menarik seperti baju, tas, pouch, dan lainnya yang sangat bernilai.
Di TNF, kita dapat melihat bagaimana koperasi memiliki pola kerja yang rapih dan memiliki moda bisnis menghasilkan. Tak hanya itu, TNF dibangun dengan prinsip-prinsip demokrasi ekonomi.
Semua pekerja memiliki suara yang sama dalam pengambilan keputusan dengan sistem one man one vote. Struktur ini memastikan bahwa tidak ada satu pun pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar dari yang lain.
"Kita mendefinisikan sendiri jam kerja, upah, dan target perusahaan. Semua transparan dan disusun bareng-bareng," imbuh Alia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, TNF juga berkomitmen untuk menjadi solusi bagi masalah limbah di industri fesyen. Mereka tidak hanya mengumpulkan limbah dari perusahaan garmen, tetapi juga mengolahnya menjadi produk yang berguna seperti totebag, tas laptop, dan souvenir.
"Kita kerja sama dengan fesyen brand untuk menutup siklus limbah mereka. Misalnya, limbah dari produksi baju kita olah jadi packaging atau merchandise," jelasnya lagi.
Untuk koperasi yang hanya dikelola oleh delapan orang, TNF telah mampu menghasilkan omset cukup fantastis. Untuk itu Alia dan anggota koperasi lainnya bersepakat untuk memperbesar skala TNF.
“Semua profit itu diputerin lagi ke modal untuk membesarkan usaha," ungkap perempuan lulusan Magister Comparative Politics di The London School of Economics and Political Science itu.
.
Menutup siklus limbah
"End goals-nya TNF sebenarnya adalah bisa menutup siklus limbah. Kita pengen bisa lebih banyak menyerap limbah lagi dan mengeksplorasi lebih banyak cara untuk ngolah limbah itu. Enggak cuma yang sederhana prosesnya tapi juga yang advanced manufacturing," jelas Alia.
Di sisi lain, Ranti menambahkan,dengan semangat itu, TNF melakukan kerja sama dengan berbagai jenama fesyen lokal untuk mewujudkan aktivitas yang ditujukan untuk mengurangi sampah limbah garmen atau tekstil yang terbuang dengan sia-sia.
"Kita kerja sama dengan fashion brand yang peduli soal limbah mereka, juga dengan perusahaan yang butuh produk merchandise berbasis limbah. Jadi, tidak ada bahan baru yang dikorbankan," jelas Ranti.
Kolaborasi yang dibangun TNF tidak hanya terbatas pada mitra lokal. Aktivitas mereka juga terdengar oleh telinga organisasi internasional seperti Democracy at Work, yang imbasnya memberikan hibah untuk membantu mengembangkan model koperasi mereka.
"Organisasi ini suka dengan visi kita untuk ngeskalain kepemilikan bersama di sektor manufaktur. Jadi, mereka suntikin dana hibah untuk bereksperimen," tambah Alia.
Dalam menjalankan misinya, TNF juga memperhatikan teknologi yang mereka gunakan. Mereka ingin memastikan bahwa alat produksi itu merupakan milik pekerjanya.
"Kita ingin menjadi pabrik pengolah limbah yang prosesnya canggih dan menggunakan teknologi yang dimiliki oleh pekerjanya. Belum ada pabrik yang seperti ini di Indonesia, dan itulah yang menjadi goals kita," tambahnya/
.
Membangun Masa Depan Lebih Baik
Melihat ke depan, TNF memiliki visi besar untuk masa depan mereka. Mereka ingin menjadi model bagi koperasi pekerja lainnya di Indonesia dan membuktikan bahwa model bisnis ini bisa sukses dan berkelanjutan.
"Kita ingin lebih banyak lagi lahir koperasi-koperasi pekerja lain seperti TNF sehingga demokrasi ekonomi bisa nyata terwujud di Indonesia," imbuh Ranti.
Alia juga berharap bahwa TNF bisa terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. "Kita ingin menjadi pabrik pengolah limbah yang skalanya medium kebesar, dengan proses pengolahan yang diverse dan canggih. Menggunakan teknologi yang dimiliki sama pekerjanya, dan fully dimiliki sama pekerjanya," kata Alliyyah.
Dengan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan pekerja, TNF membuktikan bahwa koperasi pekerja bisa menjadi solusi bagi masalah ketimpangan ekonomi dan limbah industri di Indonesia. Mereka adalah bukti bahwa model bisnis yang berkelanjutan dan inklusif bisa sukses dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Kehadiran TNF tentu harus menjadi bagian penting dari peta perjalanan perkoperasian Indonesia yang masih memegang teguh prinsip-prinsip kuno yang membuatnya sering diabaikan.
"Banyak yang masih berpikir koperasi itu hanya simpan pinjam. Padahal, koperasi pekerja bisa menjawab permasalahan ketimpangan ekonomi. Tapi di Indonesia, kita belum punya banyak contoh sukses yang bisa ditunjukkan ke orang-orang," kata Alia.
Selain itu, TNF tertantang untuk mengubah persepsi masyarakat tentang koperasi. Banyak yang masih menganggap koperasi sebagai model bisnis yang ketinggalan zaman dan tidak relevan dengan kebutuhan zaman sekarang.
"Kalau koperasi tidak bisa menjawab kebutuhan zaman sekarang, tentu saja orang akan tidak tertarik. Tapi koperasi pekerja seperti TNF bisa menunjukkan bahwa kita bisa menjawab permasalahan ketimpangan ekonomi dan lingkungan," jelasnya.
Salah satu kunci sukses TNF adalah keberhasilan mereka dalam menunjukkan hasil nyata.
"Orang-orang ikutan TNF bukan karena semangat gerakan ekonomi, tapi karena TNF menyelesaikan masalah mereka. Masalahnya adalah tidak punya pekerjaan atau pekerjaan yang tidak membayar layak. TNF datang menjawab masalah itu," tutup Alia. (Fajar Ramadan/SG-1)