Soko Inspirasi

Akar Centil: Perempuan Tangguh di Balik Sukses Bisnis Tanaman Hias

Dengan modal awal hanya Rp3 juta, Vewe merintis Akar Centil, sebuah bisnis tanaman hias. Nama "Akar Centil" terinspirasi dari kepribadian centil Vewe yang dikenal oleh teman-temannya, menjadi identitas unik dalam konsep pemasaran mereka.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
26 Juni 2024

KONSEP unik greenhouse Akar Centil memang memanjakan mata. Daun-daun tanaman hias yang eksotis di segala penjuru didesain senatural mungkin, membuat siapapun yang hadir di sini merasakan hati dan pikiran tenang. 

 

Akar Centil tak hanya menjadi ekosistem bagi tanaman hias untuk tumbuh secentil mungkin, akan tetapi ini pun bisa menjadi ruang interupsi bagi masyarakat Jakarta yang bosan berhadapan dengan tembok demi tembok. 

 

Yang tak kalah unik, kita akan disambut perempuan ayu yang berpakaian menarik dan stylish, menjelajah ruang sambil mendengar ia bercerita atau melihat ia merawat tanamannya. 

 

Ialah Fitri Wulandari, 30, owner Akar Centil yang telaten membudidayakan tanaman hias jenis Anthurium, Philodendrum, Monstera, Raphidhopora, Alocasia, Plathycerium.

 

Baca juga:Teten: Peluang Besar Menanti Pelaku UMKM Tanaman Hias

 

Memanfaatkan ruang kosong di rumahnya, Vewe, begitu ia akrab disapa, konsisten mengasah keterampilan barunya dalam budidaya tanaman hias. Kegembiraan terpancar dari wajahnya setiap kali melihat tanaman-tanamannya tumbuh, bertunas, bercabang, dan berwarna. 

 

Ngeliat bagaimana tanaman-tanaman hidup, bikin gua takjub. Oh ini tumbuhnya ke sini, warnanya jadi gini, itu terapi buat gua,” tutur Vewe saat diwawancarai Sokoguru, Sabtu  (22/6). 

 

Perjalanan hidup Vewe bak roller coaster yang meluncur dari atas ke bawah lantas naik lagi. Ia perempuan pengusaha bernyali tinggi, yang tak segan mencoba hal baru dalam berbisnis. Usaha pertamanya adalah salon yang sampai saat ini masih beroperasi. 

 

Pada 2021 ia mencoba bisnis baru di bidang beverage(minuman), membuka bar yogurt di jalan Palasari, Bandung. Awalnya, usaha yang didirikan itu cukup ramai pengunjung kala dilaunching, namun tak bertahan lama. 

 

Merasa cabang pertamanya gagal, ia mencoba peruntungan lagi dengan membuka dua cabang baru, namun akhirnya usahanya tetap gulung tikar. 

 

Tidak menyerah dengan kegagalan itu, bersamaan dengan aktivitasnya membudidayakan tanaman hias ia mulai melirik bisnis dari hobinya tersebut. Tekadnya, semata mewujudkan sisa mimpi masa kecil, yakni  menjadi seorang florist, meski bukan di bidang bunga, tapi prinsipnya sama. 

 

Berbekal pemahaman dari tantenya, ia pun mulai membudidayakan tanaman hias secara otodidak dengan mendirikan jenama Akar Centil pada November 2021.

 

Dengan modal awal hanya Rp3 juta, Vewe memulai Akar Centil, sebuah bisnis tanaman hias. Nama "Akar Centil" terinspirasi dari kepribadian centil Vewe yang dikenal oleh teman-temannya, menjadi identitas unik dalam konsep pemasaran mereka.


Konsep natural

 

 

Akar Centil hadir dengan dua greenhouse berkonsep natural yang terletak di Taman Anggrek Ragunan, Kavling 7 & 36, Ragunan, Jakarta. Produk yang ditawarkan, antar lain tanaman hias, furniture, landscape, dan penjing art. 

 

Dalam tiga bulan pertama menjajaki dunia bisnis tanaman hias, dengan mengandalkan penjualan offline dan live shopping melalui Shopee,  Vewe tak menyangka penghasilan Akar Centil lumayan menguntungkan. 

 

“Gak menyangka sih, waktu di tanaman yang jadi side job gua ini, tanaman yang harganya belasan juta aja gampang jualnya. Sejauh ini belom ada rugi, selalu ketutup. Kalau tanaman recehan perbulan bisa keluar 300-400 pot, kalau koleksian yang kisaran harganya puluhan juta bisa keluar tiga pot dalam sebulan,”  jelasnya. 

 

Baca juga: Pasar Satwa dan Tanaman Hias PASHTY Jadi Destinasi Wisata Saat Liburan di Yogya

 

Tak hanya itu, Greenhouse miliknya pun kerap menjadi sasaran para pecinta tanaman hias, salah satunya Menteri Sosial (Mensos)  Tri Rismaharini.

 

Dengan keberhasilan itu, Akar Centil tak hanya jadi tempat terapi bagi Vewe, melainkan menjadi pendapatan sampingan yang bercuan tinggi melalui moda usaha yang operasikan dengan empat karyawan itu. 

 

Melawan tabu

 

Bermain tanaman berarti siap kotor-kotoran. Apalagi itu dikerjakan oleh perempuan yang tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta. Aktivitas itu kerap dianggap tabu di kalangan masyarakat di sana. 

 

Namun, Vewe punya pandangan berbeda, justeru kehadirannya untuk melawan tabu itu sendiri. Bila ditilik dari akun instagramnya @akarcentil_, yang muncul adalah fotograf Vewe dengan pakaian stylish sambil memegang tanaman hias yang menawan. 

 

“Brandingnya gua dari awal di live shopee udah blak-blakan jadi diri gua sendiri, brandingnya cewe, cantik, maen tanaman, tapi gak pake, dan vulgar juga, dari situ gua mikir apa yang bisa dijadiin ciri khas, akhirnya pake sepatu boots,” jelasnya lagi.

 

Dengan konsep usaha tersebut, perjalanan Vewe cukup unik. Ia hampir dipermasalahkan lewat jalur hukum karena penampilannya. Ia dicap jual tampang “doang” tanpa memikirkan kualitas. Kritik dan stigma itu ia jawab dengan perkembangan Akar Centil yang melambung.

 

Baca juga: Floriculture Indonesia Internasional Expo, Ajang Berkumpul Pecinta Tanaman Hias

 

Jerih payah Vewe berbuah manis dengan terlibatnya Akar Centil di berbagai event berskala lokal, nasional, dan internasional. 

 

“Orang-orang banyak liatin gua di live shopee, dan banyak juga yang beli berkali-kali, (artinya) gua punya kualitas,” imbuhnya. 
Tantangan yang dihadapi Vewe ternyata tak hanya itu. Mulai dari dipandang sebelah mata hingga  harus berkompetisi secara sehat dengan para pengusaha tanaman hias yang lebih senior. Vewe menekankan bahwa niat baik akan memiliki jalannya sendiri.

 

“Bismillah aja, jangan lu serakah dan egois ketika menjalankan bisnis. Kalau niatnya baik, gaji karyawan bisa ketutup dan banyak berkahnya buat orang-orang,” timpalnya. 
 

Internasional

 

Terdapat tiga event internasional yang melibatkan Akar Centil, di antaranya dua kali mengikuti Floriculture Indonesia International Expo dalam dua tahun terakhir dan pada 14 Juni lalu di Bangkok International Excotic Plants 5. 

 

Dengan keterlibatannya  di ajang tersebut,  Vewe mengaku tidak berharap penjualannya lebih. Namun, peningkatan ekposure dari produknya serta bertambahnya jejaring jadi sesuatu yang paling berharga dan tak dapat dibeli dengan uang semata. 


Gua aja yang jadi cowoknya

 

 

Sebagai seorang perempuan, perempuan kelahiran 1994 ini menempatkan diri sebagai seorang tangguh yang tak kenal lelah. Ia berpandangan bahwa perempuan bisa ditempatkan dimana saja. Menjadi perempuan yang mandiri adalah prinsip yang dipegang teguh agar mampu menempuh perjalanan hidup tanpa bergantung dengan orang. 

 

Pengalaman pahit di masa kecil karena masalah ekonomi, membuat Vewe tumbuh menjadi perempuan pengusaha yang enggan merasakan masa kelam itu. 

 

“Semua yang gua bangun udah gua memakan banyak air mata dan waktu. Pengalaman bikin gua mampu kerja efektif, ada proses panjang. Jatuh bangun udah berkali-kali, cuman dimana kalau jatoh jangan jadi terpuruk. Yourgood, karena jalannya ya gak bisa disitu ,akhirnya tutup juga,” kisahnya.

 

Vewe sempat menjadi mahasiswa di London School of Public Relation fakultas Ilmu Komunikasi pada 2010, namun perjalanannya di dunia pendidikan tinggi tersebut harus terhenti karena tidak sesuai dengan kata hatinya. 

 

Ia pun memilih mengikuti kursus make up artist di Martha Tilaar serta melanjutkan keterampilan make up and hairdo di Cosmoprof Singapore yang kemudian membuatnya mendirikan salon sebagai sumber penghasilan utamanya. 

 

Berbagai pengalaman itu jadi pelajaran berharga bagi Vewe. Meskipun begitu, ia masih memiliki mimpi-mimpi besar yang dititipkan pada jenamanya Akar Centil. Ia masih harus bertarung dengan diri sendiri untuk dapat lebih total dalam menjalankan bisnis dan berdampak bagi masyarakat. 

 

Kini, Vewe tidak hanya melihat Akar Centil sebagai bisnis, tetapi juga sebagai medium untuk mendukung petani dan pedagang kecil. Ia berharap bisa konsisten dalam ekspor dan pengembangan landscaping, serta membantu masyarakat kecil meningkatkan penjualan mereka.

 

“Yang lagi gua kejar bisa ekspor, pengen konsisten kirim barang ke luar, landscaping gua juga bisa jalan. Gua pengen bantuin pedagang dan petani kecil biar jalan penjualannya. Gua gak masalah hasilnya kecil buat gua, kalau udah niatnya bantu irang, hasilnya juga bisa lain, bismillah aja,”pungkas Vewe. (Fajar Ramadan/ SG-1)