Mikrografis

Mencicipi Sejarah Kolak

Kolak mulai dikonsumsi dan dimaknai sebagai media dakwah pada masa Kerajaan Demak hingga Mataram Islam.

sokoguru.id – Kolak pisang adalah salah satu hidangan takjil paling populer untuk berbuka puasa. Di Indonesia sendiri, ditemukan banyak variasi kolak, mulai dari kolak pisang, kolak ubi, kolak singkong, hingga kolak biji salak.

Menurut penelusuran sejarah, kolak ternyata sudah mulai dimakan sejak zaman kerajaan Islam di Tanah Jawa. Kolak mulai dikonsumsi dan dimaknai sebagai media dakwah pada masa Kerajaan Demak hingga Mataram Islam.

Bahan-bahan yang digunakan dalam kolak pisang mempunyai maknanya tersendiri. Pisang kepok yang terdapat dalam kolak dimaknai sebagai simbol “kapok”, maknanya manusia mesti kapok dalam berbuat dosa.

Sementara itu santan atau sering disebut “santen” dimaknai sebagai simbol “pangapunten”. Maknanya, manusia mesti meminta maaf dan memohon ampun kepada Tuhan.

Nama kolak diambil dari kata “khala”, yang memiliki arti “kosong”. Harapannya, manusia mengingat kembali untuk segera mengosongkan dosa. Selain itu, nama kolak pun diambil dari kata “khaliq” yang berarti “pencipta”. Maknanya, manusia harus selalu mengingat Sang Pencipta.

Sejarah Kolak berawal dari Masa Jawa Kuno

Menurut Dwi Cahyono, dosen Sejarah Universitas Negeri Malang, sejarah kolak sebenarnya berasal dari Jawa Kuno. Penambahan makna yang terjadi terhadap kolak merupakan salah satu upaya dakwah pada masa Jawa Kuno.

Dwi menjelaskan bahwa Kolak berasal dari “Kilang”, minuman dari masa Jawa Kuno (902 M). Kilang merupakan sebutan masyarakat Jawa Kuno untuk nira kelapa atau aren yang terus menerus dipanaskan. Lama kelamaan, nira tersebut akan mengental dan bisa dijadikan gula merah.

Karena memiliki tradisi mengonsumsi Kilang, masyarakat pada masa itu mulai membuat inovasi baru. Kilang yang sudah matang ditambahi santan serta potongan ubi dan pisang. Sehingga kolak merupakan tradisi dari kilang tersebut.

Dalam padanan bahasa Jawa Kuno sendiri terdapat kata “Kula” yang mendekati bunyi “Kolak”. Kula memiliki arti kumpulan atau sekumpulan. Hal tersebut yang kemudian diadaptasi menjadi Kolak, karena melihat Kolak yang berisi kumpulan bahan masakan seperti kilang, santan, serta potongan pisang dan ubi.