Rosmery C Sihombing
USAHA Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia harus terus melakukan lompatan, jangan hanya bertahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Idealnya UMKM di tanah air juga menjadi pemasok industri besar, jadi supply chain, seperti halnya UMKM di negara maju.
Untuk itu, Indonesia perlu melahirkan lebih banyak entrepreneur dan mewujudkan ekonomi baru melalui pendekatan inkubasi berbasis inovasi dan teknologi untuk menghasilkan produk baru yang kompetitif.
Demikian disampaikan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki, pada acara Kick-Off bjbPreneur Future for Sustainabillity 2024, Gedung T-Tower Bank bjb Gatot Subroto, di Jakarta, Kamis (1/2).
“Sementara di kita UMKM itu berdiri sendiri-sendiri bahkan malah bersaing dengan industri. UMKM produksi kacang, Garuda Food juga bikin kacang. Ini yang berbeda. Nah 95% UMKM kita itu masih warung-warung yang sekadar untuk bertahan hidup, demi kebutuhan keluarga,” ujar MenkopUKM yang mengapresiasi Bank bjb, karena melakukan pendekatan inkubator menciptakan entrepreuner yang kompetitif dan produk baru.
“Saya selalu ingatkan jangan bikin keripik lagi entrepreuner kita. Bukan apa apa . kasihan dengan tukang keripik yg sudah ada. Begitu juga tukang bakso baru malah nambah persaingan sesama tukang bakso yg sudah ada. Karenanya saya juga minta bantuan ke asosiasi-asosiasi untuk menyadarkan anggota-anggotanya terkait hal ini,” tambah Teten yang baru kembali dari Belanda untuk studi banding UMKM berbasis teknologi dan inovasi.
Lebih lanjut, ia juga menyinggung industri besar di dalam negeri yang juga kurang inovasi di teknologi. Misalnya, ujarnya, usaha rokok ya dari awal sampai sekarang masih membuat rokok saja. Sebenarnya sama dengan para pelaku UMKM, mereka juga kurang mau berinovasi .
“Negara kita hampir 30 thn menjadi negara berpendapatan menengah. Kita gagal kalau tidak menciptakan lapangan kerja baru dan ekonomi baru yg berkualitas. Kalau tidak melompat kita gak mungkin maju apa lagi hanya menyediakan kerja di sektor mikro,” imbuh Teten.
Menurut MenkopUKM, Indonesia memiliki potensi menjadi negara maju dengan minimum pendapatan perkapita 13.000 dolar AS. Kalau tidak ada perubahan, tidak mungkin bisa mencapai pendapatan itu untuk menuju 2045. "Yang kita butuhkan adalah bagaimana kita ada lompatan untuk ke arah sana," kata Menteri Teten.
Lahir dari kampus
Oleh karena itu, MenkopUKM berharap muncul entrepreneur baru yang terdidik dari kampus. "Kita perlu pendekatan entrepreneur seperti ini, tidak bisa hanya pelatihan-pelatihan sepintas. Kita harus pilih telur yang bagus untuk dierami dan dibesarkan," kata Menteri Teten.
Dan untuk mengembangkan lembaga inkubator di kampus, MenkopUKM ingin agar hal ini ditekankan oleh kampus-kampus. "Survei kami menyebutkan 72% mahasiswa ingin menjadi entrepreneur. Ini sedang didiskusikan untuk dikembangkan bersama para rektor perguruan tinggi," ujarnya lagi.
Lebih dari itu, MenkopUKM menekankan investasi asing harus bermitra dengan UMKM. Perusahaan besar mencari startup yang bisa bekerja sama dengan mereka, bukan mengambil alih yang kecil.
Di KemenKopUKM, sambungnya, ada yang namanya Entrepreneur Hub, yang akan bekerja sama dengan Korsel, Jepang, dan Belanda. "Ada 500 startup yang docking di kami, kita inkubasi untuk lebih ke hulu agribisnis dan aquaculture.
“Sekali lagi saya menegaskan kita harus menciptakan entrepreuner baru. Kita baru ada entrpreuner 3,47% dari 64,2 juta UMKM kita, bandingkan dengan Malaysia di atas 4,5%, Singapura 8,5%. Negara maju rata-rata 12% entrepruner nya. Nah negara2 seperti Korsel, Hong kong dan Taiwan itu mereka mulai menjadi macan Asia dan penghasilan nya bagus rata-rata entrepreunernya 4%,” tutur Teten.
Untuk itu Menkop mendorong agar Indonesia terus menciptakan produk baru, ekonomi baru dan entrepreuner baru.
“Jepang Korea saya pernah berkunjung ke sana, mereka sudah targetkan untuk menciptakan inovasi baru dan teknologi baru. Mereka sdh nggak garap anyaman lagi dan makanan lagi. Karena sudah dianggap bisa. Mereka lakukan inkubasi lalu inovasi lalu lahirlah produk baru. Kita perlu ekonomi baru , klo tidak kita berkerumum sendiri dan bergerombol saling mematikan sendiri,” tegasnya.
Terkait digitalisasi, MenkopUKM mengatakan akan terus mendorong upaya UMKM go digital. "Jangan, mereka hanya jualan saja. Hanya payment saja, tidak menggunakan IoT di hulu. Jadi, tidak melahirkan ekonomi baru," kata Menteri Teten.
Lebih dari itu, Menteri Teten juga terus mendorong digital ekonomi agar tidak dikuasai platform global. "Digital ekonomi kita harapkan tidak hanya berjualan di e-commerce, tapi juga meningkatkan penggunaan aplikasi digital untuk mengagresi usaha kecil," ucap MenkopUKM.
Inilah yang harus kita bangun bersama dan diinkubasi dan ada inovasi teknologi. Kita sendiri sedang mempelajari ekosistem membangun startup di Korsel, Jepang dan terakhir ke Belanda.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Komersial dan UMKM Bank BJB Nancy Adistyasari menyatakan, strategi Bank BJB dalam mengembangkan UMKM sejalan dengan KemenkopUKM, dimana fokusnya pada upaya menumbuhkan UMKM di sektor agribisnis dan aquaculture.
"Selain itu, kami menerapkan pola kemitraan, dan saat ini sudah ada 80 offtaker di bidang agribisnis. Sehingga, ini tentu sejalan dengan strategi yang sudah dijalankan KemenkopUKM," kata Nancy. (SG-1)