Humaniora

Toyota Eco Youth ke-13 Galang Aksi Kolektif Generasi Muda untuk Masa Depan Bumi

Dalam peluncuran Toyota Eco Youth ke-13 yang bertajuk "Aksi Jaga Bumi" ini dihadiri oleh dua ratusan lebih peserta baik secara luring maupun daring.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
01 Mei 2024
Peluncuran Toyota Eco Youth ke-13 yang digelar oleh Toyota dan didukung National Geographic Indonesia di Museum Seni Rupa & Keramik, Jakarta, Selasa (30/4) siang. 

PERUBAHAN iklim kini bukan sekadar desas-desus isu belaka. Kita merasakan suhu yang semakin panas, iklim yang sulit ditebak dan itu dirasakan oleh kawan-kawan kita yang bertani atau melaut.

 

"Tentu dengan gelaran Toyota Eco Youth ke-13, kami menyediakan wadah untuk generasi muda bersatu untuk masa depan yang lebih baik." kata Director of Administration Planning & Legal Office PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Yandi Pardomuan.

.

Pernyataan Yandi Pardomuan disampaikan saat membuka peluncuran Toyota Eco Youth ke-13 yang digelar oleh Toyota dan didukung National Geographic Indonesia ini berlangsung di Museum Seni Rupa & Keramik, Jakarta, Selasa (30/4) siang. 

 

Baca juga: Tingkatkan Kunjungan Wisatawan, Ekowisata Mangrove Pangkal Babu, Jambi, Perlu Dibenahi

 

“Dan karena itu saya juga bersyukur bahwa di paris agreement setiap negara sudah berkomitmen untuk menjaga bumi untuk melestarikannya. Karena kita sadar bumi ini cuman satu dan kita mau berkelanjutan,” imbuhnya. 

 

Sangat dibutuhkan kontribusi dari semua orang, menurut Yandi, untuk mempertahankan bumi ini. Bukan hanya pemerintah, banyak perusahaan dan ekonom yang sadar akan pentingnya menjaga bumi ini. Terutama untuk keberlanjutan ekonomi dan kesehatan kita. 

 

Dalam peluncuran Toyota Eco Youth ke-13 yang bertajuk "Aksi Jaga Bumi" ini dihadiri oleh dua ratusan lebih peserta baik secara luring maupun daring.

 

Kegiatan Toyota Eco Youth ke-13 menghadirkan enam narasumber, di antaranya Director of Finance Administration & Logistics Support PT Toyota Astra Motor Nini Chandrasa, Director of Administration Planning & Legal Office PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Yandi Pardomuan.

 

Baca juga: Investor SUN dan Wamenkeu Bahas Isu Perubahan Iklim dalam Kunjungan Kerja di Eropa

 

Selain itu, hadir pula Editor In Chief National Geoghrapic Didi Kaspi Kasim, Environment Activist Daffa Urrofi, Swietania Puspa Lestari, dan Zidane Nur Adha pembahasan berlangsung menarik, pasalnya isu perubahan iklim ini diharapkan menjadi dasar gerakan-gerakan anak muda untuk bumi yang lebih baik. 

 

Dengan adanya partisipasi dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pemuda dan penggiat lingkungan, forum ini menjadi representasi dari usaha kolektif.

 

Salah satu sorotan utama adalah pengumuman tentang "Toyota Eco Youth", sebuah program yang telah berlangsung selama hampir dua dekade, fokus pada penggerak perubahan lingkungan melalui aksi dan advokasi.

 

Program ini diharapkan menjadi katalis untuk lebih banyak lagi aksi serupa yang dapat membawa perubahan nyata

 

Semua untuk alam

 

Dalam kesempatan yang sama, Swientania Puspa Lestari, seorang aktivis lingkungan mempresentasikan kerja yang dia lakukan atas dasar kesadaran untuk berdampak pada lingkungan. 

 

Sekilas, bagi yang belum kenal, awalnya saya mendirikan organisasi Divers Clean Action. Sebuah komunitas yang didirikan pada 2015. Waktu itu tingkat 3 kuliah, umur saya sekitar 19 atau 20 tahun," kata Swientania.

 

"Dua tahun berjalan organisasi itu berkembang menjadi yayasan yang berfokus pada program konservasi pesisir dan laut. Sekaran ini saya sudah memiliki belasan karyawan untuk menjalankan yayasan tersebut,” imbuhnya. 

 

Baca juga: Perlu Aksi Nyata Atasi Dampak Perubahan Iklim, jangan Cuma Lewat Seminar

 

Dengan modal nekat karena punya persinggungan langsung dengan pesisir dan laut dalam kehidupannya. Swientania berusaha mengulik masalah pesisir dan laut dengan berdiskusi dengan teman dan dosen. 

 

“Setelah saya mengerjakan semua itu selama kurang lebih delapan tahun. Ternyata kerja saya diapresiasi oleh tokoh nasional maupun internasional,” ujarnya bangga. 

 

Sejak kecil, Swientania telah terpapar dengan lingkungan laut dan masalah lingkungan, yang memotivasinya untuk mendirikan sebuah organisasi lingkungan laut dan memilih kuliah dengan jurusan teknik lingkungan.

 

Salah satu kerjanya yang diapresiasi global yakni mengidentifikasi masalah lingkungan yang kompleks seperti polusi sampah di pulau resort mahal dan akses yang sulit, yang dihadapi pulau Anambas, dengan sampah yang berasal dari tempat lain seperti Filipina.

 

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa aksinya yang sederhana mendapatkan pengakuan internasional. Ia berkesempatan mempresentasikan karyanya di depan ratusan pemimpin Asia Pasifik sebelum Presiden Obama berbicara, menunjukkan pentingnya pemuda dalam kepemimpinan.

 

Berkaca dari pengalaman bahwa masalah lingkungan adalah yang diciptakan manusianya sendiri. Perubahan perilaku penting, namun butuh waktu yang panjang. 

 

“Perubahan perilaku pasti akan butuh waktu yang lama harus estafet dari generasi ke generasi. Mulai dari bapak dan ibunya, ke anaknya yang generasi sekarang, dan seterusnya," kata Swientania.

 

"Jadi pasti masalah kompleks itu nggak bisa selesai dalam satu waktu, jadi jangan patah semangat, karena ya kalau ngeliat itu pasti banyak, kendalanya banyak akan ketemu, terbentur, terbentur, tapi sebenarnya kalau kita bergerak bersama-sama, pasti ada perubahan yang bisa kita lihat sama sama mungkin itu,” imbuhnya lagi. 

 

Era Anthropocene

 

Acara dilanjutkan dengan hiburan yang diisi oleh musisi dari Wakatobi, Raim Laode. Alunan lagu-lagu dengan diksi dan wacana yang kuat tentang cinta dan alam membuat para peserta ikut bernyanyi. 

 

Di penghujung penampilannya, ia berkelakar bahwa Wakatobi terkenal dengan pesisir dan lautannya. Apalagi soal indahnya terumbu karang di sana, sementara manusianya kalah pamor.

 

Baca juga: Program Catalytic Fund Bukti Indonesia Berkomitmen pada Aksi Perubahan Iklim

 

“Satu-satunya yang dikenal di sana adalah saya, spesies baru dari terumbu karang,” ujarnya seraya disambut tawa khidmat para peserta., 

 

Dalam sesi selanjutnya Editor in Chief National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim menyampaikan pentingnya kolaborasi dalam mencari solusi untuk masalah lingkungan.

 

Dalam presentasinya,  ia menekankan bahwa tantangan yang dihadapi dunia saat ini sangatlah besar, mengingat populasi manusia hampir mencapai 9 miliar orang. Perubahan iklim dan masalah kepadatan menjadi fokus utama, mengingat dampaknya yang semakin terasa.

 

"Kita berada dalam era antroposen, dimana setiap tindakan manusia memiliki dampak langsung terhadap lingkungan," ungkap Didi.

 

Helatan ini hadir sebagai platform bagi para peserta, khususnya pelajar SMA dan SMK, untuk menunjukkan inovasi mereka dalam bidang lingkungan.

 

Lebih dari satu tim dari tiap sekolah diperkenankan untuk mengirimkan proposal, dan kompetisi ini dijadwalkan berlangsung selama 8 hingga 9 bulan dengan berbagai tahapan seleksi.

 

Salah satu sesi menarik adalah diskusi mengenai 'content creation' dengan Raffi, seorang kreator digital, yang menekankan pentingnya menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. 

 

Raffi juga berbagi tips tentang bagaimana menciptakan konten yang menarik dan relatable, yang dapat memengaruhi perubahan perilaku dalam skala besar.

 

Toyota Eco Youth tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tapi juga sebagai wadah edukatif yang mendorong para pemuda untuk berinovasi dan beraksi demi keberlanjutan lingkungan.

 

Program ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak aksi nyata dan inovasi di masa depan, seiring dengan upaya berkelanjutan yang terus mendorong perubahan positif bagi lingkungan.

 

Pada penutupan acara, peserta diingatkan untuk terus mengambil bagian dalam inisiatif lingkungan dan memanfaatkan platform yang disediakan untuk membuat perubahan yang berarti. Toyota Eco Youth terbukti menjadi momentum penting dalam memperkuat peran serta pemuda dalam pelestarian lingkungan hidup. (SG-3/Mohamad Fajar Ramanda)