Humaniora

Nenek Cik Lekat Umar: 'Terima Kasih, Haji Ramah Lansia Benar-Benar Saya Rasakan'

Nenek, Cik Lekat Umar, yang berusia 79 tahun mengaku sangat puas dan bahagia dengan layanan yang diterimanya selama di Madinah.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
02 Juni 2024
Nenek berusia 79 tahun itu adalah Cik Lekat Umar, seorang jemaah haji asal Embarkasi Palembang yang berdomisili di Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan. (Dok.Kemenag)

RAUT wajah nenek yang satu memancarkan senyuman sumringah saat melihat petugas haji menghampiri dan menanyakan kabarnya.

 

Ia pun duduk di dalam bus dan bersiap untuk berangkat dari hotel di Madinah menuju Bir Ali untuk Miqat, lalu ke Makkah.

 

Nenek berusia 79 tahun itu adalah Cik Lekat Umar, seorang jemaah haji asal Embarkasi Palembang yang berdomisili di Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan.

 

Baca jugaKisah Rohmat: Penjual Terasi dengan Modal Rp5.000 yang Menunaikan Ibadah Haji

 

“Nama nenek itu unik dan pastinya tidak ada duanya,” ungkap Cik Lekat Umar sambil tersenyum sambil sedikit bercanda.

 

"Sini nak, nenek kepengen ucapin terima kasih untuk semua petugas haji yang baik hati," ucapnya sebagaimana dikutip situs Kemenag, Sabtu (1/6). 

 

"Nanti sampaikan ke teman-temannya ya, nenek berterima kasih sekali, karena semua petugas melayani nenek yang lansia ini dengan baik sekali," ujar Cik Lekat.

 

"Ternyata haji ramah lansia itu benar-benar kami rasakan,” tambah sang nenek dengan mata berbinar.

 

Sangat Puas dengan Layanan Petugas Haji 

 

Cik Lekat Umar mengaku sangat puas dan bahagia dengan layanan yang diterimanya selama di Madinah.

 

Tidak hanya petugas haji, tetapi juga sesama jemaah dalam kloternya yang penuh perhatian dan peduli.

 

Ia kemudian bercerita bahwa impian untuk berhaji sudah ia simpan sejak lama.

 

Demi mewujudkan impian tersebut, dua belas tahun lalu ia memutuskan menjual separuh lahan kebunnya untuk membayar ongkos haji.

 

Baca juga: Ahmad Rois, Penjual Slondok dari Kulonprogo: Perjalanan Inspiratif Menuju Tanah Suci

 

"Separuhnya masih dikelola hingga sekarang dan hasilnya masih bisa nenek bagi ke anak," tuturnya.

 

Perjalanan menuju Tanah Suci ini tidaklah mudah bagi Cik Lekat. Dua tahun lalu, ia terkena syaraf kejepit yang membuatnya tidak bisa berjalan atau menggerakkan badan sama sekali.

 

"Saya berobat ke sana kemari, semua pengobatan saya coba," kenangnya.

 

"Sampai pernah ada yang bilang suruh makan rumput pun saya lakoni. Waktu itu saya semangat sembuh, karena ingin naik haji," kenang Cik Lekat.

 

Dengan tekad yang kuat dan doa yang tulus, akhirnya kesembuhan itu datang.

 

Setahun lalu, tanpa mengetahui obat apa yang mendatangkan kesembuhan, Cik Lekat bisa kembali berjalan dan bergerak seperti dulu.

 

Rasa syukur yang mendalam menyelimuti hatinya saat ia mengingat betapa berat perjuangannya untuk bisa menunaikan ibadah haji.

 

Baca juga: Saat Mendarat di Bandara Madinah, Arab Saudi, Bu Yayah Langsung Sujud Syukur

 

"Allah kasih kemudahan untuk beribadah salat berjamaah di Masjid Nabawi dan kemudahan menziarahi makam Rasulullah," tandasnya.

 

Kisah Cik Lekat Umar adalah bukti nyata bahwa dengan tekad yang kuat dan bantuan dari orang-orang di sekitar, impian yang tampak jauh sekalipun bisa tercapai.

 

Kebahagiaan dan rasa syukur terpancar dari setiap kata yang ia ucapkan, menggambarkan betapa besar arti perjalanan haji ini baginya.

 

Semoga kisah inspiratif ini bisa menjadi semangat bagi kita semua untuk tidak pernah menyerah dalam meraih impian, apapun rintangannya. (SG-2)