KARAWANG, sebuah kota dan kabupaten di Jawa Barat yang kini menjadi pusat industri dan perdagangan, ternyata memiliki sejarah yang panjang dan kaya.
Jika kita menengok ke belakang, jauh sebelum hiruk-pikuk kehidupan modern, daerah ini telah menjadi saksi bisu dari berbagai perubahan kekuasaan dan sistem pemerintahan sejak masa Kerajaan Tarumanegara hingga terbentuknya Kabupaten Karawang.
Dari Kerajaan ke Kerajaan: Perjalanan Panjang Karawang
Sejak abad ke-4 Masehi, Kerajaan Tarumanegara (357-618 M) telah mengukir jejaknya di tanah Jawa Barat.
Baca juga: Hari Koperasi Nasional Ke-77 Jabar di Karawang, Momentum Pengembangan Ekonomi Rakyat
Setelahnya, Kerajaan Sunda mengambil alih, berkembang dari abad ke-8 hingga akhir abad ke-16 M.
Pada tahun 671 M, Kerajaan Galuh memisahkan diri dari Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, menambah dinamika politik di wilayah ini.
Tak hanya itu, pada abad ke-15 hingga abad ke-19, Kesultanan Banten dan Cirebon juga memegang kendali, menambah kekayaan sejarah yang ada.
Namun, satu hal yang tak berubah, adalah Karawang selalu memainkan peran penting sebagai jalur transportasi yang menghubungkan kerajaan-kerajaan besar, seperti Kerajaan Padjadjaran di Bogor dengan Kerajaan Galuh Pakuan di Ciamis.
Hal ini menjadikan Karawang sebagai daerah strategis sejak dahulu.
Kedatangan Islam dan Syiar Syeikh Quro
Seiring berjalannya waktu, sekitar abad ke-15, agama Islam mulai menyebar di Karawang.
Pembawa ajaran Islam pertama di wilayah Karawang adalah seorang ulama besar, Syeikh Hasanudin bin Yusuf Idofi atau yang lebih dikenal sebagai Syeikh Quro.
Selain dikenal sebagai sosok yang berilmu tinggi, beliau juga seorang hafidz Al-Qur'an dengan suara yang merdu.
Ajaran yang disebarkan oleh Syeikh Quro kemudian diteruskan oleh Wali Sanga, para wali yang dikenal sebagai penyebar Islam di Nusantara.
Pada masa ini, Karawang masih berupa hutan belantara yang dikelilingi rawa-rawa, yang juga menjadi asal nama Karawang. Dalam bahasa Sunda, "karawaan" berarti tempat yang berawa-rawa.
Baca juga: Untuk Kedua Kalinya, Pemprov Jawa Barat akan Rayakan Puncak Hari Koperasi di Karawang
Nama ini diperkuat dengan banyaknya tempat di Karawang yang diawali dengan kata "rawa," seperti Rawagede, Rawamerta, dan lainnya.
Peran Penting dalam Perjalanan Sejarah
Keberadaan Karawang tidak hanya penting bagi kerajaan-kerajaan lokal, namun juga tercatat dalam sejarah bangsa Portugis.
Dalam catatan tahun 1512 dan 1552, "Caravan" disebut sebagai pelabuhan penting dari Kerajaan Padjadjaran, yang merujuk pada lokasi Karawang di sekitar Sungai Citarum.
Saat itu, masyarakat yang melewati jalur rawan seperti hutan dan rawa-rawa akan bepergian secara berkelompok atau berkaravan.
Dari sinilah nama "Caravan" atau Karawang berasal, karena wilayah ini merupakan jalur penting bagi para pedagang dan pelancong di masa itu.
Masa Kejayaan dan Dinamika Politik
Ketika Kerajaan Padjadjaran runtuh pada tahun 1579 M, wilayah Karawang jatuh di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang yang didirikan pada tahun 1580 M oleh Prabu Geusan Ulun.
Kerajaan ini kemudian berada di bawah pengaruh Mataram pada tahun 1620 M. Karawang pun ikut menjadi wilayah penting bagi Mataram, terutama dalam menghadapi VOC di Batavia.
Baca juga: Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang Diharap Berdampak Positif untuk Masyarakat
Pada tahun 1624, Mataram mengirim pasukan besar ke Karawang, termasuk 1.000 prajurit yang dipimpin oleh Wiraperbangsa, dengan misi membebaskan Karawang dari pengaruh Kesultanan Banten.
Wiraperbangsa kemudian dianugerahi jabatan Wedana atau Bupati Karawang dengan gelar Adipati Kertabumi III.
Setelah Wiraperbangsa wafat, putranya Raden Singaperbangsa mengambil alih jabatan Bupati dengan gelar Adipati Kertabumi IV.
Di bawah kepemimpinannya, Karawang terus berperan penting dalam menyediakan logistik bagi pasukan Mataram yang bersiap menyerang VOC di Batavia.
Hari Jadi Karawang: Sebuah Penetapan Bersejarah
Penetapan Hari Jadi Karawang bermula dari penelitian panjang yang melibatkan berbagai sumber sejarah.
Piagam Plat Kuning Kandang Sapi Gede menjadi salah satu bukti tertulis yang menyebutkan bahwa wilayah Karawang berada di bawah pengawasan Mataram, dengan peran penting dalam menjaga persediaan pangan untuk perang.
Setelah penelitian dan pengkajian yang mendalam, tanggal 14 September 1633 Masehi ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Karawang, bertepatan dengan 10 Rabiul Awal 1043 Hijriah atau 10 Mulud 1555 tahun Jawa/Saka.
Penetapan ini menjadi pengingat bagi masyarakat Karawang akan sejarah panjang dan peran penting daerah ini dalam perjalanan Nusantara.
Dari hutan belantara yang dikelilingi rawa hingga menjadi pusat logistik kerajaan, Karawang terus berkembang dan bertransformasi.
Kisah ini adalah warisan yang memperkaya identitas kota ini, menjadikan Karawang bukan hanya sebagai pusat industri modern, tetapi juga sebagai daerah dengan sejarah yang panjang dan penuh makna. (SG-2)