Humaniora

Coaching JabArt Competition: Mentor Tekankan Riset Dulu Baru Desain

Bima Nuri memaparkan diversifikasi antara menciptakan desain, maskot dan ilustrasi berbeda. Terdapat aspek komunikasi yang mesti jadi roh dari maskot atau ilustrasi yang diciptakan.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
26 April 2024
Dok. Sokoguru/Fajar Ramadan

UNTUK memberi wadah kreativitas para desainer dalam menciptakan maskot dan ilustrasi gaya hidup (lifestyle) Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Smiling West Java, dan Kreasi Jabar menyelenggarakan JabArt Competition. 

 

Sebanyak 65 peserta mengikuti coaching JabArt Competition yang diselenggarakan secara daring, Kamis (25/4). 

 

Coaching  tersebut menjadi rangkaian kegiatan pertama dari helatan JabArt Competition. Hadir sebagai narasumber sekaligus mentor para peserta, yakni Founder dan Creative Director Wanara Studio, Bima Nurin.

 

Baca juga: Coaching Clinic JabArt Drawing Competition Beri Peserta Wawasan dan Pengalaman

 

Adapun  coaching dimaksudkan sebagai pembekalan utama bagi para peserta untuk berlomba menciptakan maskot dan ilustrasi lifestyle terbaik bagi Jawa Barat. 

 

Acara dipandu oleh Valda, dalam pembukaannya, ia menjelaskan bahwa helatan JabArt Competition ini merupakan upaya untuk mewadahi para kreator untuk menuangkan kreativitasnya dalam menciptakan maskot dan ilustrasi lifestyle provinsi Jawa Barat.

 

“Nantinya, karya yang jadi juara maskot dan ilustrasi lifestyle provinsi Jawa Barat ini akan ditampilkan sebagai sarana promosi pariwisata baik di tingkat Provinsi, Nasional, dan Internasional,” ujarnya. 

 

Baca juga: JabArt GoTrade Latih Pelaku Ekonomi Kreatif Jabar Tembus Pasar Global

 

Setelah riset terbitlah desain

Bima Nuri memaparkan diversifikasi antara menciptakan desain, maskot dan ilustrasi berbeda. Terdapat aspek komunikasi yang mesti jadi roh dari maskot atau ilustrasi yang diciptakan. 

 

“Visual menjadi hal terpenting. Ketika kita membuat sebuah maskot ia harus bisa berbicara dengan gambar. Begitupun ilustrasi lifestyle, harus selalu ada maksud dari tiap ikon yang ditampilkan, sehingga pesan yang dimaksudkan dimengerti oleh orang banyak,” jelasnya. 

 

Bima mencontohkan proses ketika dirinya mendapatkan kesempatan menciptakan maskot dari sebuah acara pengenalan kampus bertajuk Jati Fest. Dalam prosesnya, hal pertama yang dia lakukan adalah riset. 

 

Saat itu, Bima mendapatkan beberapa referensi grafis yang telah ada. Seperti ikon-ikon yang berasal dari artefak budaya mengenai musik, tari, kuliner, dan sebagainya. Ikon tersebut akhirnya dipilah-pilah  untuk tampil sebagai desain keseluruhan berdasarkan pada identitas acara yang dikonsepkan. 

 

“Satu dari beragam cara yang sering saya gunakan ialah mindmapping. Misalnya kita bicara Jawa Barat, hal apa saja sih yang saling bertautan dan terkait dengan provinsi ini. Maskot dan Ilustrasi erat kaitannya dengan branding, maka diperlukan upaya untuk memperdalam identitas sesuatu yang menjadi bahan, khususnya Provinsi Jawa Barat,” tuturnya secara detil.

 

Bicara ikon, sambungnya, ketika dihadapkan pada konteks Jawa Barat,  kita dapat temukan referensi baik dalam bentuk ujaran khasnya, kuliner, alat musik, tarian, dan berbagai bentuk artefak budayanya. 

 

“Sari informasi tersebut, riset itu kita dalami. Karena konteksnya ini kompetisi, bisa saja arahnya pada selera dari juri yang akan menilai. Jadi dalam berkarya tetap kita harus sebebas-bebasnya mengaktualisasikan ide dengan baik tanpa ada batasan, namun tetap pada koridornya yakni sesuai tema yang diusung Kawani Jabar,” imbuh Bima. 

 

Tak hanya itu, ia  pun memaparkan desain lain yang pernah ia kerjakan ketika dipercaya untuk membuat ikon event racing mainan Tamiya di Kota Bandung. 

 

“Ikon yang saya pilih, Maung. Kota Bandung identik dengan maung, bahkan punya sejarah panjang juga dalam konteks sejarah. Dengan demikian, Maskotnya itu berbentuk macan dengan pakaian berwarna biru tentu dengan ikon-ikon yang menggambarkan racing yang dimaksud,” timpalnya. 

 

Maskot-maskot itu, lanjutnya, bicara tanpa ada kata-kata sedikitpun. Hanya bermodalkan ikon itu saja, siapapun bisa mengenal bahwa acara yang dengan maskot tersebut merupakan acara balapan tamiya. 

 

“Riset menjadi hal yang sangat penting dilakukan sebelum berkarya. Tak ada batasan, harus sedalam-dalamnya dilakukan. Sebab selain kita berkarya, ujungnya kita pun harus mampu memberikan keterangan terhadap apa yang telah kita buat,” uajarnya.

 

Nuri, berharap dengan coaching ini para peserta bisa berkreasi lebih jauh dalam pembuatan maskot dan ilustrasi lifesyle provinsi Jawa Barat. (Faj/SG-1)