UNTUK mencegah dan mengurangi Susut dan Sisa Pangan (SSP) menuju target pengurangan hingga 75% di tahun 2045, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) melalui Direktorat Kewaspadaan Pangan dan Gizi terus menggencarkan program Gerakan Selamatkan Pangan (GSP).
Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Bapanas/NFA, Nita Yulianis, mengatakan, pihaknya terus menggencarkan program Penyelamatan Pangan terutama pada Generasi Muda (Gen Z) dengan memberi pemahaman urgensi penyelamatan pangan dalam rangka mencegah dan mengurangi SSP yang telah menjadi isu global.
"Sebagai Generasi Muda, perlu menjadi agent of change untuk perubahan perilaku pemborosan pangan. Gen Z harus berperan aktif dalam menyosialisasi/kampanye Stop Boros Pangan melalui beragam platform media digital seperti Youtube, Instagram, Tiktok," ujarnya pada Stadium General dan Kuliah Praktisi dengan tema Gerakan Penyelamatan Pangan bagi Generasi Muda, di Politeknik Negeri Lampung, Sabtu (9/11).
Baca juga: Bapanas/NFA Luncurkan Program Pilot Penyelamatan Pangan di Provinsi Bali
Selain itu, sambung Nita, perlu pendekatan khusus kepada Generasi Muda yang lebih melek digital untuk berinovasi dan menyebarluaskan informasi terkait Penyelamatan Pangan guna mencegah dan mengurangi SSP.
Lebih lanjut, Nita juga mendorong agar civitas akademika dapat berperan serta aktif dalam pengelolaan dan penyaluran pangan berlebih.
"Sosialisasi oleh civitas akademisi bisa melalui penyusunan aneka kreasi menu, teknologi pengolahan maupun berkolaborasi dengan bank pangan" imbuhnya dalam keterangan resmi yang diterima Senin (11/11).
Baca juga: Peringati IDAFLW 2024, Bapanas/NFA Terus Membumikan Gerakan Stop Boros Pangan
Pada kesempatan itu, Direktur Politeknik Negeri Lampung yang dalam hal ini diwakili oleh Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan, Agung Adi Candra menyampaikan, hingga saat ini hanya 10% Gen Z yang berkecimpung di bidang pertanian, sebanyak 70% merupakan masyarakat berusia diatas 45 tahun.
"Salah satu cara Polinela untuk bisa menggencarkan pertanian di kalangan generasi muda yaitu dengan memasukkan materi pertanian di bidang yang disukai oleh Gen Z," ucapnya.
Narasumber lain pada pertemuan ini yaitu Ketua DPP Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Pehiptani) Lampung, Sutono juga mengungkapkan, ketahanan pangan juga dapat dilakukan dengan diversifikasi pangan melalui pengembangan pangan lokal untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras dan gandum.
Baca juga: Bapanas Ajak Siswa di Jateng Berperan Aktif Sosialisasikan Gerakan Selamatkan Pangan
"Perhiptani mendorong untuk menerapkan kembali pemanfaatan sumberdaya lokal yang terintegrasi untuk memantapkan kedaulatan dan kemandirian pangan" katanya.
Ketua Pengelola Pascasarjana Magister Terapan Ketahanan Pangan Politeknik Negeri Lampung, Rakhmawati, berharap, dengan adanya pertemuan ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan generasi muda khususnya dalam penyelamatan pangan.
Ketahanan pangan tidak lepas dari ketersediaan, aksesibilitas, pemanfataan dan keberlanjutan. (SG-1)