Ekonomi

RI Ajak Uni Eropa Tingkatkan Kemitraan yang Setara dan Saling Menguntungkan

Indonesia - Uni Eropa (EU) dapat mempererat kerja sama multilateral mengatasi tantangan global, seperti isu Palestina, krisis iklim, dan reformasi institusi multilateral.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
24 April 2024
Dok. Kemenlu

SAAT berdialog dengan para perwakilan Council of the European Union’s Working Party on Asia-Oceania (Coasi) Dewan Eropa, Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury menekankan peran strategis Indonesia serta potensi kolaborasi dengan Uni Eropa dalam mengarungi fragmentasi ekonomi, slowbalisation dan ketidakpastiannya. 

 

“Indonesia tidak akan menjadi proxy berbagai kekuatan di kawasan dan terbuka mendorong berbagai kemitraan berdasarkan prinsip adil, setara dan saling menguntungkan,” ujarnya, saat perwakilan Coasi berkunjung ke Indonesia Senin (22/4), seperti dikutip kemlu.go.id, Selasa (23/4).

 

Delegasi didampingi Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN.

 

Baca juga: Dialog RI-Uni Eropa, Menkeu: Perkuat Kolaborasi dan Kerja Sama Multilateral

 

Indonesia dan UE, lanjut  Pahala,  telah memiliki modalitas kuat sebagai mitra karena kesamaan prinsip atas multilateralisme juga sama-sama berkomitmen dalam mitigasi iklim. 

 

Untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045, Indonesia terus melakukan reformasi struktural melalui transformasi ekonomi yang bertumpu pada prioritas memperkuat ketahanan dalam negeri, diversifikasi mitra dan bentuk kerja sama, meningkatkan nilai tambah produksi melalui hilirisasi industri serta menjadi bagian penting dari rantai pasok global.

 

Wamenlu mengatakan sejak berlaku Partnership Cooperation Agreement (PCA) tahun 2014, UE menjadi mitra dagang terbesar ke-5 bagi Indonesia, sebaliknya Indonesia masih menempati urutan ke-31 bagi UE. 

 

Baca juga: Menlu Retno: Inovasi Digital Kawasan Penting untuk Dorong Percepatan Pancapaian SDGs

 

“Investasi UE di Indonesia meski menujukkan tren positif, namun relatif baru sekitar 4,6% dari total FDI di Indonesia, padahal RI-UE masing-masing memiliki kekuatan pasar yang kompetitif yaitu 277 juta populasi Indonesia dan UE lebih dari 448 juta orang,” jelasnya.

 

Lebih lanjut, Wamenlu menegaskan kemitraan RI-UE still left much to be desired baik dari aspek geopolitik maupun geoekonomi. Pahala mengusulkan kolaborasi yang inovatif untuk upgrade kemitraan dalam rantai pasok global melalui potensi kerja sama yaitu:

 

Pertama,  sustainability and green transition melalui pengembangan ekosistem EV battery, percepatan infrastruktur energi terbarukan, pengembangan pasar karbon (carbon capture utilization and storage).

 

Kedua,  digital economy and hi-technology manufacturing melalui pengembangan infrastruktur dan ekosistem berupa industri semi-konduktor, konektivitas, data centre.

 

Ketiga,  utilisasi pembiayaan inovatif pada Indonesia-EU Investment Attraction Plan yang mencakup sektor kesehatan transportasi dan logistik, pertanian dan perikanan.

 

Untuk itu, keduanya perlu bersikap konstruktif hadapi irritants demi peningkatan kualitas kemitraan misalnya memfinalisasi perundingan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dan berbagai sengketa di World Trade Organization (WTO). 

 

“Indonesia-EU dapat mempererat kerja sama multilateral mengatasi tantangan global, seperti isu Palestina, krisis iklim, dan reformasi institusi multilateral. Dalam hal ini, Indonesia menyambut dukungan UE atas aksesi RI ke Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Dubes UE untuk Indonesia Denis Chaibi sangat mengapresiasi paparan Wamenlu mengenai lanskap isu-isu strategis prioritas Indonesia. Kunjungan COASI diharapkan membawa pesan penting Indonesia yaitu aspek saling melengkapi antara kedua ekonomi yang dapat dicapai melalui I-EU CEPA, prinsip penghormatan rules-based international order, menyambut rencana aksesi Indonesia ke OECD, kemitraan dalam rantai pasok global  RI dan UE.

 

Delegasi Coasi merupakan pejabat working level yang mewakili masing-masing negara anggota dari kelompok kerja bidang Asia-Oceania Committee of Permanent Representatives of the Member States (Coreper). (SG-1)