BAGI masyarakat yang berasal dari Sumatra Utara, khususnya Tapanuli mungkin tidak asing lagi dengan bahan rempah (bumbu) andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) yang merupakan rempah khas Danau Toba.
Rempah ini memiliki rasa pedas, getir, panas, mentol, dan aroma harum seperti bau jeruk ini dapat diolah menjadi bumbu masak serta dapat pula dibuat ragam kuliner, seperti keripik, bandrek, pizza andaliman dan berbagai resep makanan-minuman lainnya.
Bentuknya mirip lada namun tidak dalam butiran-butir, tetapi rencengan seperti buah anggur. Itulah sebabnya kerap disebut juga grapepepper
Baca juga: BRI Raih Penghargaan Internasional: Best Private Bank - Indonesia 2024
Marandus Sirait adalah salah satu pelaku usaha rempah andaliman di Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba. Ia menjadi yang pertama kali membudidayakan andaliman di Lumban Julu. Inisiatifnya menginspirasi masyarakat sekitarnya turut serta membuat usaha yang sama.
Marandus memulai usaha andaliman pada 2017 dengan nama UMKM CV Andaliman Mangintir. Usahanya itu bergerak dalam budi daya dan menjual andaliman, baik yang masih segar maupun dalam kemasan, serta produk-produk turunannya.
Ia memasarkan produknya di dalam dan luar negeri. Marandus mengaku awal memulai usahanya dengan modal Rp50 juta. Modal tersebut dipakai untuk membeli bibit, alat-alat produksi, menyewa lahan untuk menanam, dan kebutuhan lainnya.
Baca juga: KUR BRI Bangkitkan Usaha Kayu Rotan Misriwati dari Krisis
Andaliman sendiri, kata Sirait, membutuhkan waktu 1 tahun untuk tumbuh. Masa panennya dimulai Maret hingga Juni. Selepas bulan tersebut, produksi andaliman akan terus berkurang.
“Saat stok andaliman sedang normal, harga eceran paling murah Rp15.000 per kilogram (kg). Namun, ketika stok sedang sedikit, harga andaliman bisa mencapai Rp250.000 sampai Rp300.000 per kg,” ujarnya seperti dikutip situs resmi BUMN, Selasa (11/6).
Ia pun dapat meraup omzetnya sekitar Rp20 juta tiap bulannya. Berkat keunikan dan kekhasan rempah tersebut, UMKM-nya juga pernah mengikuti pameran makanan di luar negeri, yakni di Swiss, Spanyol, dan Polandia.
Baca juga: BRI Pulihkan Ekosistem dengan Program BRI Menanam - Grow & Green
Bantuan BRI
Kendati usahanya berjalan mulus, namun pada 2020 ketika pandemi Covid-19, Marandus menghadapi sebuah tantangan.
“Saat pandemi Covid 19, tidak ada pasar sama sekali sementara tanaman kami lagi panen raya, jadinya banyak andaliman yang mati. Itulah masa anjloknya andaliman dan kelompok tani andaliman,” terangnya.
Peristiwa tersebut ternyata menjadi titik awal perkenalan sekaligus kerja sama usahanya dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Ketika masa sulit, BRI hadir membantu memberi modal usaha dan kebutuhan untuk produksi seperti angkong, alat pelindung diri (APD), serta bibit andaliman.
Demi mengangkat kembali citra andaliman yang terbenam saat masa pandemi, BRI pun mengajak kerja sama pengusaha andaliman untuk ikut dalam program Beli Kreatif Danau Toba 2021.
Selepas itu, BRI juga terus mengajak pengusaha andaliman untuk membuka stan jualan di ragam acara mereka di berbagai daerah agar produk andaliman semakin meluas namanya.
“BRI sangat membantu masyarakat. Karena usaha tanpa ada modal, ya repot juga apalagi di masa krisis seperti dahulu. Kami sangat tertolong banyak dalam usaha UMKM ini. Prosesnya juga tidak ribet,” sebutnya.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, mengatakan, pihaknya bersama pemerintah memiliki komitmen untuk mendorong para nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) naik kelas.
Ia mengungkapkan mayoritas KUR BRI disalurkan kepada sektor produksi, dengan proporsi mencapai 55,95%.
“Secara umum, strategi bisnis mikro BRI di tahun 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi," kata Supari.
BRI optimistis dapat memenuhi penyaluran KUR untuk tahun ini senilai Rp165 triliun pada September 2024. Hal tersebut dapat tercapai dengan adanya percepatan graduasi atau upaya untuk membuat nasabah eksisting naik kelas.
Di sisi lain, penyaluran KUR juga didorong dengan perluasan jangkauan penerima baru. (SG-1)