Ekonomi

Pendapatan Turun 28 Persen, Sinergi BUMN Farmasi Dituding Gagal

Berdasarkan laporan keuangan unaudited tahun 2023, yang dipaparkan oleh Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Shadiq Akasya, pendapatan konsolidasi holding ini mengalami penurunan signifikan. 

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
20 Juni 2024
Kinerja dan pendapatan Holding BUMN Farmasi mengalani penurunan signifikan dan mendapat kritik dari anggota DPR. (Ist/PT Kimia Farma)

KINERJA Holding BUMN Farmasi berada di bawah tekanan berat dan mendapat sorotan dari Anggota Komisi VI DPR RI.

 

Berdasarkan laporan keuangan unaudited tahun 2023, yang dipaparkan oleh Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Shadiq Akasya, pendapatan konsolidasi holding ini mengalami penurunan signifikan. 

 

Kondisi ini semakin diperparah dengan kinerja buruk dua anggotanya, PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk.

 

Baca juga: Ketua DPD RI Apresiasi BUMN Tingkatkan Porsi TKDN Berbasis UKM Binaan

 

Penurunan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai efektivitas sinergi antar tiga BUMN Farmasi. 

 

Anggota Komisi VI DPR RI, Amin AK, mengkritik keras kurangnya kerja sama yang seharusnya meningkatkan efisiensi dan kinerja.

 

"Apakah tidak ada sinergi? Apa tidak tercipta chemistry? Bungkusnya saja holding tapi masih jalan sendiri-sendiri,” tegas Amin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Holding BUMN Farmasi di Gedung Nusantara I, Senayan.Jakarta, Rabu (19/6)


 

“Malah mungkin bahkan satu ke utara satu ke selatan, satu ke timur satu ke barat. Tidak ada sinergi di dalamnya, apakah seperti itu? Tentu ini harus kita kritik," ujar Amin sebagaimana dikutip situs resmi DPR RI.

 

Baca juga: Disuntik PMN, BUMN Pariwisata dan Aviasi Harus Tambah Keuntungan untuk Negara


Momentum Pandemi yang Terbuang

 

Amin menyoroti bahwa masa pandemi Covid-19 seharusnya menjadi momentum emas bagi industri farmasi. 

 

Tingginya permintaan obat-obatan seharusnya mendongkrak kinerja dan laba perusahaan farmasi. Ironisnya, Holding BUMN Farmasi justru mengalami penurunan drastis.

 

"(Saat pandemi covid) untuk BUMN Farma mestinya ini musim panen raya pak, ada permintaan berbagai macam produk khususnya yang terkait dengan covid,” ucap Amin. 

 

“Mestinya kinerjanya meningkat pesat, labanya meningkat pesat. Tapi yang terjadi kok malah menurun drastis ini di luar apa yang terjadi dengan fraud itu," lanjut politikus Fraksi PKS ini.

 

Angka yang Membicarakan Krisis

 

Berdasarkan laporan keuangan yang masih unaudited, pendapatan holding BUMN Farmasi pada 2023 turun menjadi Rp15,2 triliun jika dibandingkan dengan Rp21,2 triliun pada tahun 2022, atau sekitar 28%. 

 

Lebih parahnya lagi, rugi bersih tercatat mencapai Rp2,2 triliun, berbanding terbalik dengan profit tahun sebelumnya yang sebesar Rp490 miliar.

 

Baca juga: BUMN PT ASDP Bangun Destinasi Wisata Baru 'Bakauheni Harbour City' di Lampung

 

Rugi terbesar datang dari Kimia Farma dengan kerugian Rp1,8 triliun dan Indofarma (INAF) sebesar Rp605 miliar.

 

Sementara itu, Bio Farma masih mampu mencatatkan laba bersih positif sebesar Rp304 miliar.

 

Turunnya kinerja ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang efektivitas pembentukan holding.

 

 Alih-alih meningkatkan efisiensi dan kinerja, sinergi antar anggota holding tampaknya gagal total. Kritikan keras dari DPR ini menuntut jawaban dan tindakan nyata dari pihak terkait.

 

Dengan kondisi ini, mampukah Holding BUMN Farmasi bangkit dari keterpurukan? 

 

Ataukah ini menjadi tanda bahwa sinergi antar BUMN hanya sebatas teori tanpa implementasi yang nyata? 

 

Masyarakat kini menunggu tindakan konkret, bukan janji kosong, untuk menyelamatkan industri farmasi nasional. (SG-2)