BERBAGAI isu strategis terkait masa depan industri gula di kawasan ASEAN menjadi pokok bahasan dalam The 6 th Meeting of ASEAN Sugar Alliance (ASA) 2024 di Indonesia, pada 24-25 Juni 2024.
Sejumlah pelaku industri pergulaan dari delapan negara Asia Tenggara hadir pada acara yang dihelat oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) (Persero) atau Holding BUMN Pangan ID FOOD bersama Asosiasi Gula Indonesia (AGI).
Negara-negara yang mengirim delegasinya yakni Indonesia sebagai negara tuan rumah, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippines, Thailand, Vietnam, dan Australia.
Baca juga: ID FOOD Terus Tingkatkan Akses Perempuan Petani dan UMKM di Sektor Pangan
“ID FOOD menyuarakan urgensi swasembada serta pentingnya upscaling produksi gula melalui penerapan teknologi dan digitalisasi di seluruh tahapan rantai pasok,” ujar Direktur Utama ID FOOD Sis Apik Wijayanto melalui keterangannya di Jakarta, seperti dikutip situs resmi BUMN, Rabu (26/6).
ID FOOD, lanjutnya, memiliki konsen tinggi terhadap sektor pergulaan. Pasalnya, industri gula merupakan lini bisnis terbesar perseroan, di mana pada 2023, lini bisnis gula berkontribusi 37% terhadap keseluruhan pendapatan ID FOOD Group.
“Entitas bisnis ID FOOD sendiri mengelola tujuh pabrik di Jawa Barat dan Jawa Timur, dengan lahan yang garapan sebanyak 55 ribu hektare (ha) baik lahan berstatus hak guna usaha (HGU) maupun kemitraan, serta berkontribusi sekitar 270 ribu ton gula setiap tahun," imbuh Sis Apik.
Baca juga: Produksi Gula dari Merauke Sebagai Proyek Strategis Nasional dalam Mengurangi Beban Impor
Tahun ini, sambungnya, ID FOOD menargetkan produksi gula di angka 296 ribu ton, atau tumbuh 13% dibandingkan pencapaian 2023,” paparnya.
Selain penting bagi keberlanjutan bisnis perseroan, pertumbuhan industri gula juga penting untuk pemenuhan kebutuhan permintaan gula nasional dan regional.
“Gula juga merupakan komoditas pangan strategis yang penting dengan tingkat konsumsi terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Angka produksi gula di Indonesia baru dapat memenuhi 66,7% jumlah kebutuhan konsumsi gula dalam negeri,” ujarnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, kata Sis Apik, maka upaya mewujudkan swasembada gula perlu terus didorong dan disuarakan, terutama di negara-negara regional yang masih mengalami ketergantungan pasokan gula sangat tinggi.
Menurutnya, pemerintah Indonesia sendiri saat ini semakin serius untuk terwujudnya swasembada gula. Hal itu ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023, tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
Untuk mendorong swasembada gula, Sis Apik mengaku ID FOOD siap melakukan kolaborasi melalui kerja sama pengembangan, pendistribusian, dan investasi dengan para pelaku usaha pergulaan ASEAN.
“Saat ini ID FOOD telah melakukan musim giling di seluruh pabrik gula yang kami miliki. Dan kami sangat terbuka bagi seluruh pelaku industri gula yang hadir dalam forum ASA untuk mengunjungi pabrik gula kami. Sekaligus membuka kesempatan selebar lebarnya untuk berkolaborasi dan berinvestasi,” tuturnya.
Ia berharap, dengan kolaborasi lintas regional yang baik, ASEAN memiliki ketahanan pangan yang kuat khususnya untuk komoditas gula.
Lebih dari itu, diharapkan negara-negara ASEAN dapat tumbuh dan berkontribusi sebagai pemasok utama kebutuhan gula dunia.
Perkuat implementasi ESG
Turut hadir di forum ASA, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA), Arief Prasetyo Adi, mengajak pelaku usaha gula se-Asia Tenggara untuk semakin memperkuat implementasi prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).
"Kondisi dunia sekarang ini penuh tantangan. Untuk itu, adanya forum ASEAN Sugar Alliance pada hari ini dapat menjadi wadah dalam berbagi pengetahuan, bertukar pandangan, dan berkolaborasi mengenai isu dan kondisi terkini."
"Mengingat ini merupakan kesempatan berharga untuk bertukar pengetahuan guna mengembangkan kebijakan, inovasi, dan teknologi," terang Arief.
Dalam forum tersebut Asosiasi Gula Indonesia (AGI) juga turut memaparkan mengenai statistik dan tantangan industri gula Indonesia, diantaranya soal infrastruktur pabrik gula, hilirisasi, integrasi industri gula, energi, dan bioethanol, serta pertumbuhan areal Perkebunan tebu, serta riset dan inovasi yang harus terus ditingkatkan.
Pertemuan dihadiri oleh perwakilan pemerintahan dan pelaku industri gula dari 8 negara, seperti Indonesia sebagai negara tuan rumah, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippines, Thailand, Vietnam, dan Australia. (SG-1)