SEBANYAK 187 kapal perikanan asal Pantai Utara (Pantura) dilibatkan dalam menjadikan Kota Tual dan Kepulauan Aru di Maluku sebagai lokasi modeling penangkapan ikan terukur (PIT).
“Pelaksanaan modeling PIT menerapkan prinsip-prinsip penangkapan ikan berkelanjutan dan ekosistem bisnis perikanan hulu hilir,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono di Kota Tual, seperti dikutip situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Senin (3/6).
Menurutnya, KKP sudah menyiapkan berbagai infrastruktur untuk mendukung modeling, mulai dari sistem pengawasan pergerakan kapal berbasis satelit, aplikasi e-PIT, penguatan sumber daya manusia (SDM), hingga ekosistem industri hilir perikanan.
Baca juga: Pacu Hilirisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Perbanyak Modeling Rumput Laut
"Ini (PIT) belum 100% dijalankan, tapi ini kita mulai dengan baik. Supaya ini nanti harapan saya ekonomi akan tumbuh, dan syukur-syukur bisa naik terus," imbuh Trenggono.
Ada 187 kapal yang menjadi bagian dalam pelaksanaan modeling PIT di Tual dan Kepulauan Aru itu akan beroperasi di perairan laut Arafura, laut Aru dan laut Timor bagian Timor yang menjadi area Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 718.
Ratusan kapal perikanan asal Pantura bertonase besar tersebut selanjutnya akan berangkat dan mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan perikanan yang telah ditetapkan KKP, sehingga tidak lagi kembali ke Pulau Jawa.
Baca juga:Dongkrak Produktivitas, KKP Gencar Kembangkan Modeling Lima Komoditas Unggulan
Untuk pelaksanaan modeling PIT di Tual, kegiatan perikanan akan dipusatkan di Pelabuhan Perikanan (PP) Tual dan PPN Tual sebagai penyangga kegiatan administrasi perizinan kapal perikanan. Sedangkan di Kepulauan Aru akan dipusatkan di PP Benjina.
"Harapannya di sini bisa 5-6 kali pertumbuhannya. Karena produktivitasnya ada di sini, lalu dikembangkannya di sini, pengolahannya di sini, tenaga kerjanya juga bisa diambil dari sini, sehingga nanti multiplier effect-nya besar sekali. Itu harapannya. Jadi saat ini kita dalam proses pengujian," pungkas Trenggono.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Dijen Perikanan Tangkap TB Haeru Rahayu, menambahkan, implementasi modeling bertujuan menghubungkan sektor hulu (penangkapan) dengan hilir (pengolahan dan pemasaran).
Baca juga: KKP Siap Resmikan Modeling Budi Daya Nila Salin di Karawang Jawa Barat
Kemudian mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi dan efisiensi penangkapan ikan, menjaga mutu ikan hasil tangkapan dan memperkuat hilirisasi produk, memberikan mutliplier effect untuk ekonomi lokal.
Penerapan modeling PIT, sambungnya, diproyeksikan menambah produksi tangkapan dengan estimasi mencapai 4.578 ton per bulannya, dengan nilai transaksi sebesar Rp48,4 miliar, penyerapan tenaga kerja yang diutamakan untuk masyarakat lokal.
Tidak hanya itu, peningkatan aktivitas perikanan akan memperluas kesempatan ekspor langsung hasil perikanan dari Maluku. "Selain itu juga sudah terjalin kerjasama dengan nelayan kecil sehingga hasil tangkapannya juga terserap," ungkap TB Haeru.
Implementasi modeling PIT di Tual dan Kepulauan Aru diperkirakan akan berlangsung satu tahun, disertai monitoring dan evaluasi setiap bulannya. (SG-1)