SURPLUS neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar USD0,87 miliar. Surplus tersebut terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 2,63 miliar dan defisit perdagangan migas USD 1,76 miliar.
Dengan prestasi itu menjadikan Indonesia mencatatkan surplus untuk 46 bulan berturut-turut.
Hal itu dikatakan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di Jakarta, Senin (18/3), seperti dilansir kemendag.go.id.
Surplus perdagangan Indonesia pada Februari tersebut, lanjutnya, disumbang oleh perdagangan dengan beberapa mitra dagang. Amerika Serikat (AS) menjadi penyumbang surplus terbesar dengan nilai USD1,25 miliar, diikuti India sebesar USD1,10 miliar dan Filipina sebesar USD0,63 miliar.
Baca juga: Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Berlanjut
“Sedangkan, negara penyumbang defisit perdagangan terbesar pada Februari 2024 adalah Tiongkok sebesar USD 1,97 miliar, Singapura sebesar USD0,82 miliar, dan Thailand sebesar USD0,42 miliar,” jelas Mendag.
“Surplus perdagangan Indonesia yang berlanjut pada Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar ini terutama bersumber dari surplus perdagangan nonmigas. Neraca perdagangan nonmigas di Februari 2024 mencatat surplus sebesar USD 2,63 miliar seiring dengan tetap kuatnya ekspor nonmigas yang mencapai USD 18,09 miliar,” imbuh Zulkifli.
Secara kumulatif, lanjutnya, neraca perdagangan pada periode Januari–Februari 2024 mencapai surplus sebesar USD 2,87 miliar. Angka surplus ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai surplus pada periode Januari–Februari 2023 yang mencapai USD 9,28 miliar. Surplus perdagangan Januari–Februari 2024 sendiri terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 5,93 miliar dan defisit migas sebesar USD 3,06 miliar.
“Neraca perdagangan Indonesia dengan AS pada Januari–Februari 2024 surplus sebesar USD 2,20 miliar. Surplus dengan AS tersebut didorong tren peningkatan ekspor rata-rata sebesar 9,90% per tahun selama 2019–2023. Bahkan, di tengah penurunan ekspor Indonesia ke dunia selama periode Januari–Februari 2024 sebesar 8,81% (YoY), ekspor Indonesia ke AS tumbuh 6,08 pada Januari– Februari 2024 (YoY),” tambah Mendag.
Lebih lanjut, Zulkipli menjelaskan, ekspor sektor pertambangan dan pertanian meningkat di Februari 2024 dan nilai ekspor Indonesia mencapai USD19,31 miliar. Nilai tersebut turun 5,79% dibanding ekspor Januari 2024 (MoM) dan turun 9,45% dari bulan yang sama tahun lalu (YoY).
Ekspor nonmigas dan migas juga turun masing-masing sebesar 5,27% dan 12,93 persen (MoM). Di tengah penurunan ekspor nonmigas pada Februari 2024, sektor pertambangan dan sektor pertanian menjadi sektor-sektor yang ekspornya meningkat dengan kenaikan ekspor masing-masing sebesar 9,66% dan 5,37% (MoM).
Di sisi lain, pelemahan kinerja nilai ekspor nonmigas Indonesia pada Februari 2024 terjadi pada ekspor sektor industri pengolahan yang turun sebesar 9,22% (MoM).
“Penurunan tersebut terutama disebabkan turunnya sejumlah ekspor komoditas seperti besi dan baja sebesar 27,08%; lemak dan minyak hewan/nabati 22,44%; dan logam mulia, perhiasan/permata 20,32%.
Beberapa faktor yang memengaruhi penurunan kinerja ekspor tersebut antara lain libur Imlek, Pemilihan Umum, dan fluktuasi harga komoditas internasional. Sementara itu, Harga Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional naik 1,42% pada Februari 2024, sedangkan harga bijih besi justru turun 8,42% dan emas turun 0,46% (MoM).
Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang turun terdalam pada Februari 2024 antara lain besi dan baja (HS 72) dengan penurunan sebesar 27,08 persen; ikan dan udang (HS 03) 22,63%; lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) 22,44%; logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) 20,32%; serta tembakau dan rokok (HS 24) 15,31% (MoM).
Sementara itu, terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang masih meningkat cukup signifikan, di antaranya bijih, terak, dan abu logam (HS 26) yang naik 34,01%; kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) 17,76%; berbagai makanan olahan (HS 21) 10,67%; kendaraan dan bagiannya (HS 87) 9,59%; dan bahan kimia anorganik (HS 28) 9,00% (MoM).
Mendag Zulkifli Hasan mengungkapkan, Tiongkok, AS, dan India menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Februari 2024 sebesar USD 7,69 miliar dengan kontribusi sebesar 42,53% terhadap ekspor nonmigas nasional.
Kontraksi ekspor
Beberapa negara mitra dagang dengan kontraksi ekspor nonmigas Indonesia terdalam antara lain Singapura yang turun 30,04%, Pakistan 29,32%, Italia 26,87 persen, Mesir 23,65 persen, dan Belanda 20,18% (MoM).
Sementara itu, negara tujuan ekspor nonmigas dengan peningkatan tertinggi pada Februari 2024 antara lain Jerman yang naik 38,67%diikuti Turki 36,31%, Prancis 21,24%, Inggris 16,06%, dan Australia 15,58% (MoM).
Ditinjau dari kawasannya, kontraksi ekspor nonmigas terdalam terjadi ke Karibia yang turun 49,48%, Afrika Barat 37,51%, Afrika Timur 23,97 %, Afrika Selatan 20,14%, dan Eropa Selatan 17,72% (MoM). Di sisi lain, beberapa kawasan tujuan ekspor justru menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, antara lain Eropa Utara yang naik 28,38%, Australia 15,58%, Asia Barat 7,22%, dan Amerika Utara 5,63% (MoM)
Impor Turun pada Februari 2024 Nilai impor Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar USD 18,44 miliar, turun 0,29% dibanding Januari 2024 (MoM), namun naik 15,84% dari Februari 2023 (YoY).
Penurunan kinerja impor di Februari 2024 disebabkan turunnya impor nonmigas sebesar 2,12% (MoM) dan naiknya impor migas sebesar 10,42% (MoM). Berdasarkan golongan penggunaan barang, penurunan impor pada Februari 2024 dipicu turunnya impor bahan baku/penolong sebesar 1,28% (MoM). Sementara itu, impor barang konsumsi naik 5,05% dan barang modal naik 0,44 persen (MoM).
Beberapa produk impor barang konsumsi yang meningkat pada Februari 2024 di antaranya monitor, mesin pendingin udara (AC), beras, mobil listrik, dan senjata. Peningkatan impor barang konsumsi pada Februari 2024, khususnya komoditas beras, bertujuan untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga dalam negeri menjelang Ramadan dan Idulfitri.
Sedangkan, beberapa barang modal dengan kenaikan impor signifikan antara lain laptop, kapal pengangkut barang dan penumpang, mesin pembangkit Listrik, generator sinyal, dan automatic regulating or controlling instruments and apparatus. (SG-1)