Ekonomi

DPR RI: Pabrik Tepung Singkong Bisa Bantu Entaskan Kemiskinan di Bangka

Kunjungan ini menyoroti pentingnya diversifikasi pangan dan potensi singkong dalam mendukung ketahanan pangan serta pengentasan kemiskinan di Indonesia.

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
27 Mei 2024
Wakil Ketua DPR RI Rachmad Gobel, saat mengunjungi pabrik pembuatan tepung singkong atau tapioka di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, (Ist/DPR RI) 

WAKIL Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmad Gobel, melakukan kunjungan ke pabrik pembuatan tepung singkong (tapioka) di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.

 

Kunjungan ini menyoroti pentingnya diversifikasi pangan dan potensi singkong dalam mendukung ketahanan pangan serta pengentasan kemiskinan di Indonesia.

 

Dalam keterangan tertulis kepada situs DPR RI, baru-baru ini, Gobel menekankan bahwa pengembangan bahan pangan seperti singkong dan tepung singkong memiliki dampak besar terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan, serta membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

Baca juga: Indonesia dan Brasil Berbagi Pengalaman dalam Pengentasan Kemiskinan

 

"Pertanian dan industri pangan bukan saja penting bagi ketahanan dan kedaulatan pangan, tapi juga sangat signifikan dalam membuka lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan serta membangun kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

 

Gobel, yang telah lama peduli terhadap isu pertanian dan ekonomi berbasis budaya, menyatakan bahwa kunjungan ke pabrik tapioka merek Gunung Pelawan, produksi PT Langit Bumi Lestari, adalah bagian dari komitmennya.

 

Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 6.000 ton per bulan dan mempekerjakan sekitar 60 orang, serta membina 1.500 petani dengan lahan seluas 2.000 hektare.

 

Krisis Pangan Global dan Tantangan bagi Indonesia

 

Gobel juga mengingatkan tentang ancaman krisis pangan global yang disebabkan oleh peningkatan populasi, perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan konflik geopolitik.

 

"Kita mengaku negara agraris, tapi berasnya impor dalam jumlah yang relatif besar," ujarnya, mengkritik ketergantungan Indonesia pada impor pangan. 

 

Baca juga: Diresmikan Pabrik Minyak Makan Merah Pertama di Indonesia

 

Ia membandingkan Indonesia dengan India dan China yang mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri meski memiliki populasi yang jauh lebih besar.

 

"Padahal iklim kita lebih ramah, tanahnya subur, lahannya luas, dan jumlah penduduknya jauh lebih sedikit," kata Gobel.

 

Gobel juga menegaskan perlunya Indonesia berbenah dalam produksi pangan dan mencari alternatif sumber pangan seperti singkong.

 

Singkong memiliki indeks glikemik lebih rendah dibandingkan dengan beras dan gandum, menjadikannya pilihan yang lebih sehat.

 

Gobel menyoroti bahwa banyak orang tidak menyadari pentingnya tepung singkong dan modifikasinya dalam berbagai produk makanan, serta potensinya sebagai bahan kertas, plastik organik, dan wadah ramah lingkungan.

 

"Selain untuk ketahanan pangan nasional, singkong juga bisa menjadi penghasil devisa," ujarnya.

 

Prinsip Zero Waste dan Daur Ulang Limbah

 

Fitrianto, pemilik pabrik PT Langit Bumi Lestari, menjelaskan bahwa pabriknya menerapkan konsep industri hijau dengan prinsip zero waste, swasembada energi, dan daur ulang air limbah.

 

Limbah cair diolah menjadi biogas yang menghasilkan 1 megawatt listrik untuk pabrik, sementara limbah padat digunakan sebagai pakan sapi di peternakan yang berada di belakang pabrik.

 

Baca juga: UNESCO Tetapkan Arsip Pabrik Indarung 1 sebagai Warisan Memori Asia Pasifik

 

Selain itu, lahan pabrik ditanami indigofera untuk pakan sapi, menjadikan kawasan ini hijau dan mendukung pertumbuhan sapi yang lebih cepat dan gemuk.

 

Meski kunjungan ini menunjukkan potensi besar singkong dalam perekonomian Indonesia, kritik penting untuk menilai keberlanjutan dan implementasi jangka panjang dari inisiatif ini.

 

Pemerintah perlu memastikan bahwa ekosistem pertanian yang mendukung singkong tersedia, termasuk penyediaan pupuk, pendanaan, dan pasar yang terjamin.

 

"Yang penting dibangun ekosistemnya sehingga pupuk tersedia, lahan tersedia, pendanaan tersedia, dan penyerapannya terjamin. Insya Allah ini bisa menjadi solusi banyak hal," ujar Gobel.

 

Pemerintah juga harus lebih proaktif dalam mengurangi ketergantungan pada impor pangan dengan mendukung produksi lokal dan inovasi di sektor pertanian.

 

Langkah konkret dan kebijakan yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan bahwa diversifikasi pangan seperti singkong benar-benar menjadi solusi bagi ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.

 

Kunjungan Rachmad Gobel ke pabrik tepung singkong di Bangka Belitung menyoroti pentingnya diversifikasi pangan dan peran vital singkong dalam perekonomian Indonesia.

 

Namun, untuk mencapai keberhasilan jangka panjang, diperlukan komitmen kuat dari pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertanian berkelanjutan dan mandiri. (SG-2)