Ekonomi

Di Tiap Jalan Tol Hutama Karya Terapkan Infrastruktur Berkelanjutan

Cara Hutama Karya mewujudkan infrastruktur tol berkelanjutan melalui penanaman pohon, penggunaan smart lamp, pengembangan ruang hijau terbuka, serta pendampingan tenant UMKM di rest area.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
07 Agustus 2024
Hutama Karya komitmen terapkan infrastruktur berkelanjutan di setiap penugasan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sesuai prinsip ESG. (Dok. Hutama Karya)

UNTUK memastikan  pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dari awal hingga akhir,  PT Hutama Karya  (Persero) berkomitmen menerapkan konsep infrastruktur berkelanjutan  dalam setiap penugasan jalan tol trans Sumatra (JTTS) .

 

Sebab itu, Hutama Karya selalu memulai pembangunan jalan tol dengan melakukan kajian lingkungan yang mendalam demi mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi, atau yang dikenal sebagai Environmental, Social, and Governance (ESG).

 

Demikian disampaikan Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim,  dalam rilis BUMN, Rabu (7/8).

 

Kajian tersebut, lanjutnya, mencakup berbagai dampak lingkungan yang mungkin terjadi selama proses pembangunan, seperti kehilangan biodiversitas, kerusakan ekosistem, dan emisi karbon. Selain itu, kajian juga bertujuan untuk menekan dampak negatif dari konstruksi dan operasional jalan tol.

 

“Untuk meminimalkan dampak tersebut, kami aktif berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan organisasi non-pemerintah (NGO) atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) di daerah yang terdampak,” imbuh  Adjib.

 

Baca juga: Hutama Karya Peduli Lestarikan Sasirangan Lewat Pemberdayaan Perempuan dan Difabel

 

Lebih lanjut, ia mengatakan, dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan, mitigasi juga telah dilaksanakan di dalam desain jalan tol.

 

“Kita pilih trase jalan tol dengan dampak  paling minimum. Koridor satwa dirancang agar mengurangi fragmentasi habitat serta dilengkapi utilitas penunjang. Sementara untuk kawasan hutan, Hutama Karya juga aktif berkoordinasi dengan KLHK untuk rehabilitasinya,” ujar Adjib lagi.

 

Tenant UMKM di rest area

Secara spesifik, pemenuhan kewajiban pelepasan kawasan hutan dilakukan Hutama Karya sesuai dengan aturan yang berlaku.

 

Baca juga: Hutama Karya Terapkan Diskon 20% di Jalan Tol Trans Sumatra pada 17-19 April 2024

 

Salah satunya yang berhubungan dengan rehabilitasi kawasan hutan dengan pemenuhan kewajiban Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR).

 

Lebih lanjut, Adjib menjelaskan implementasi infrastruktur berkelanjutan akan terus dilaksanakan termasuk pada pembangunan JTTS Tahap II, salah satunya yang akan menghubungkan antara Jambi dan Riau.

 

Tanggung jawab dari sisi lingkungan untuk pembangunan jalan tol ini adalah dengan melakukan mitigasi secara komprehensif.

 

Hal itu tertuang dalam kajian lingkungan antara lain pengelolaan kualitas tanah dan air, pengendalian polusi udara dan kebisingan, pelestarian keanekaragaman hayati, hingga pengelolaan limbah yang dihasilkan seperti limbah cair dan bahan berbahaya atau beracun (B3).

 

Kajian lingkungan itu, lanjut Adjib,  rutin dilakukan monitoring serta evaluasi secara berkala berdasarkan rekomendasi dokumen lingkungan pada fase pembangunan dan pengoperasian jalan tol.

 

"Sehingga atas kajian tersebut Hutama Karya memastikan tidak akan membabat ratusan hektare kawasan hutan untuk pembangunan koridor JTTS ini,” tegasnya.

 

Sementara itu, dari sisi jalan tol yang telah beroperasi, cara Hutama Karya mewujudkan infrastruktur tol berkelanjutan berlandaskan aspek ESG adalah melalui penanaman pohon di sepanjang jalan tol.

Kemudian penggunaan smart lamp, pengembangan ruang hijau terbuka di rest area, penyediaan underpass perlintasan satwa, program bantuan sosial kepada masyarakat sekitar jalan tol, hingga penyediaan lahan serta pendampingan tenant UMKM di rest area.

 

“Sejak 2021 hingga sekarang, sudah tertanam lebih dari 160 ribu pohon di ruas-ruas tol Hutama Karya, baik di JTTS  maupun jalan tol di Pulau Jawa yakni Tol JORR Seksi S (JORR-S) dan Akses Tanjung Priok (ATP)," kata Adjib.

 

Adapun jenis pohon yang ditanam mulai dari trembesi, mangga, ketapang, bambu Jepang, pucuk merah, mahoni, tabebuya, bougenville, flamboyan dan lainnya.

"Selain untuk mewujudkan jalan tol yang hijau dan asri, pohon-pohon ini juga menambah estika Jalan Tol Hutama Karya,” katanya.

 

Adjib menambahkan, selain mewujudkan ruang hijau terbuka, Hutama Karya juga melengkapi Rest Area Tol Pekanbaru - Bangkinang dengan Masjid ramah lingkungan yang memanfaatkan ventilasi alami tanpa pendingin ruangan.

 

“Kami juga mengimplementasikan pengelolaan sampah dengan metode maggot atau lalat tentara di Rest Area KM 215 dan KM 277 Tol Terbanggi Besar – Kayu Agung.”

 

Jalan tol Hutama Karya juga dilengkapi dengan 10 underpass perlintasan hewan dan penanaman pakan sesuai dengan jenis hewan di sekitar jalan tol agar hewan sekitar tidak merasa habitatnya terganggu dan masih dapat melintas dengan bebas tanpa mengganggu lalu lintas jalan tol. 10 underpass tersebut terletak di Tol Pekanbaru - Dumai dan Sigli - Banda Aceh.

 

“Kami juga mengedepankan penerapan energi terbarukan, di jalan tol melalui pemasangan smart lamp yang lebih ramah lingkungan dibanding lampu konvensional, dengan total 3.704 buah baik di JTTS hingga di Tol ATP,” tutup Adjib. (SG-1)