DUNIA bisnis selalu berubah dan berkembang dan menghadirkan tantangan baru bagi para pelaku usaha. Dalam ranah ini, penting untuk memahami perbedaan antara sekadar berdagang dan menjadi seorang entrepreneur yang mampu membangun bisnis dengan visi jangka panjang.
“Pertama-tama, mari kita pahami perbedaan mendasar antara berdagang dan menjadi seorang entrepreneur. Berdagang, dalam konsepnya cenderung bersifat transaksional,” ujar ICF Master Certified Coach dan Executive Business Coach dari Vise Grow, Al Falaq Arsendatama, dalam webinar coaching business tentang Business Acumen for Entrepreneurs" pada Rabu (17/4).
Pada acara yang diselenggarakan oleh bank bjb itu, ia menekankan, fokus utama berdagang adalah pada mencari keuntungan dalam jangka pendek tanpa terlalu memperhatikan inovasi atau pertumbuhan jangka panjang.
Baca juga: 100 UMKM Terbaik Ikuti Coaching bjbPreneur Bank bjb
“Ini adalah praktik yang lazim terjadi di pasar tradisional, di mana pedagang memperdagangkan barang atau jasa dengan tujuan mendapatkan laba,” imbuh Al.
Di sisi lain, menjadi seorang entrepreneur, lanjutnya, melibatkan lebih dari sekadar berdagang. Seorang entrepreneur memiliki visi jangka panjang untuk bisnisnya. Mereka berusaha untuk membangun sesuatu yang lebih besar dari sekadar mencari keuntungan sesaat.
“Jadi, inovasi, pertumbuhan berkelanjutan, dan dampak positif bagi masyarakat menjadi fokus utama seorang entrepreneur,” tegas Al lagi.
Baca juga: bjbPreneur on Campus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Lahirkan Pebisnis Berkelanjutan
Lebih lanjut, di hadapan 100 pelaku UMKM yang terpilih dalam bjbPreneur, ia memaparkan, ada tiga poin penting yang perlu dipahami oleh para calon entrepreneur.
“Pertama, adalah pemahaman tentang tren bisnis dan teknologi terkini. Terlalu sering, orang mengabaikan pentingnya untuk terus memperbarui pengetahuan mereka tentang tren dan perkembangan terbaru di industri mereka. Namun, memahami tren ini adalah kunci untuk tetap relevan dan berdaya saing di pasar yang terus berubah,” tambahnya.
Kedua, sambungnya, adalah penerapan business acumen untuk para entrepreneur. Salah satu konsep utama yang dibahas adalah value chain.
Baca juga: bjbPreneur on Campus Universitas Swadaya Gunung Jati, Bahas AI untuk Bisnis Masa Depan
Value Chain merupakan konsep yang membantu para entrepreneur memahami proses bisnis mereka dari hulu ke hilir. Dengan memahami proses itu, mereka dapat mengidentifikasi titik-titik nilai tambah dan mengoptimalkan kinerja bisnis mereka.
“Dan ketiga, adalah bagaimana mengambil keputusan strategis untuk pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Ini melibatkan pemikiran jangka panjang, riset pasar yang mendalam, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis.”
Al mengatakan dalam konteks bisnis, berdagang cenderung minim nilai tambah. Para pedagang harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar untuk tetap relevan. Namun, ini hanya merupakan aspek kecil dari apa yang harus dilakukan seorang entrepreneur.
“Seorang entrepreneur harus memikirkan strategi jangka panjang, melakukan riset pasar untuk memahami kebutuhan konsumen, dan menciptakan solusi yang berkelanjutan. Entrepreneurs reka harus memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin mereka capai dan berkomitmen untuk mencapainya,” paparnya lagi.
Pentingnya modal
Al Falaq juga menyoroti pentingnya modal dalam membangun bisnis yang berkelanjutan. Namun, modal di sini tidak hanya terbatas pada modal finansial, tetapi juga pada modal intelektual dan modal sosial. Sebagai contoh, Al Falaq menyebutkan kasus seorang pebisnis yang berhasil mengembangkan bisnis energi berkelanjutan dari modal awal yang kecil menjadi sebuah bisnis dengan pendapatan yang besar dalam waktu singkat.
Menjadi seorang entrepreneur, katanya, bukanlah hal yang mudah. Hal ini melibatkan risiko, ketidakpastian, dan kerja keras yang tidak kenal lelah. Namun, bagi mereka yang memiliki visi dan semangat untuk menciptakan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, menjadi seorang entrepreneur adalah pilihan sangat memuaskan.
“Satu hari terdapat 24 jam, menjadi entrepreneur kita juga harus menghitung berapa waktu yang kita pakai dalam mengembangkan bisnis dalam sehari-harinya. Ketika hari ini omzet menurun atau bahkan tidak ada sama sekali, dalam momen tersebut kita bisa saja mengumpulkan data konsumen yang bisa kita sasar, kan untung juga ketika kita mendapat data calon pembeli,” ujarnya.
Mengakhiri pemaparannya, Al menyimpulkan, menjadi seorang entrepreneur bukanlah sekadar tentang mencari keuntungan, tetapi juga tentang membangun sesuatu yang berkelanjutan dan memiliki dampak positif bagi masyarakat.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang bisnis, kemampuan untuk mengambil keputusan strategis, dan semangat untuk terus berkembang, seorang entrepreneur dapat menjadikan bisnisnya sukses dalam jangka waktu yang panjang. (Faj/SG-1)