Ekonomi

APARSI: Butuh Peran Pemerintah Atasi Pasar Rakyat yang di Ambang Kepunahan

Pemerintah perlu juga melihat pasar bukan dari aspek arsitektur semata, namun memberdayakan para pedagang dengan menghadirkan pelatihan dan pendidikan dalam aspek marketing bagi mereka.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
27 Juni 2024
Ketua Asosiasi Pasar Rakyat Seluruh Indonesia (APARSI), Suhendro  menegaskan tanpa dukungan penuh dari pemerintah, efek yang tak dapat terhindarkan, ialah pasar rakyat menuju kepunahan.  (Dok. APARSI)
 

PASAR rakyat akan benar-benar punah jika pemerintah tak benar-benar berperan mengatasi permasalahan yang dihadapi para pedagang di sana. Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, pasar daring hadir memikat hati masyarakat untuk bertransaksi melalui gawai saja.

 

Dampaknya, bukan hanya segi ekonomi yang merosot jauh. Banyak para pedagang di pasar gigit jari saat menanti toko mereka  tak dihampiri pembeli. 

 

Pasar yang ramai pengunjung dan menjadi denyut nadi perekonomian rakyat, kini hanya romantisme belaka. Apalagi bicara pasar sebagai tempat kontak sosial masyarakat, kondisinya kini terbalik. 

 

Baca juga: Dukung Pertumbuhan Ekonomi Rakyat, Mendag Resmikan Dua Pasar Rakyat di Riau

 

Upaya pemerintah memang nyata, banyak pasar direvitalisasi, namun tidak dengan pelaku usahanya. Mereka dibiarkan menempuh jalan sunyi dengan suasana pasar yang kian sepi.

 

Ketua Asosiasi Pasar Rakyat Seluruh Indonesia (APARSI), Suhendro mengungkapkan keresahan serupa, kondisi pasar rakyat yang semakin tergerus oleh digitalisasi dan kemajuan teknologi, terlebih dengan terpusatnya transaksi jual-beli melalui e-commerce, membuat banyak pasar-pasar berangsur sepi, ekonomi sukar berputar di sana.

 

"Pasar Rakyat kita semakin sepi, terutama di sektor fesyen. Pusat grosir di Pulo Gadung yang dulu ramai di lantai dua, sekarang banyak yang kosong, banyak pelaku usaha yang menutup toko," kata Suhendro. 

 

Baca juga: Di Pasar Rakyat Merangin Jambi Presiden Pantau Stok dan Harga Bahan Pokok

 

Tantangan ini, tambahnya, berakar pada kemampuan digitalisasi usaha yang memang kendalanya hadir akibat pelaku usaha di pasar rakyat mayoritas terbatas dalam mengakses teknologi, meskipun regenerasi ada, namun jumlahnya kurang signifikan.

 

Dalam hal ini, Suhendro berpandangan bahwasanya pemerintah perlu juga untuk melihat pasar bukan dari aspek arsitektur semata, namun perlu juga memberdayakan para pedagang dengan menghadirkan pelatihan dan pendidikan agar kapasitas mereka dalam aspek marketing dan melayani pelanggan meningkat serta dapat menarik pengunjung.

 

Selain itu, aktivasi pasar yang minim menjadi penyebab lain mengapa akhirnya pasar rakyat ditinggalkan. Tentu, hal ini masalah serius yang dampak ekonominya terasa dalam segala lini ekonomi kerakyatan, khususnya pedagang di pasar.

 

Baca juga: Selama 2015 – 2023 Kemendag Telah Membenahi 5.352 Unit Pasar Rakyat.

 

Suhendro menegaskan bahwa tanpa dukungan penuh dari pemerintah, efek yang tak dapat terhindarkan, ialah pasar rakyat menuju kepunahan. 

 

"Di sini kami sangat memohon dukungan dari pemerintah pusat dan daerah untuk membantu eksistensi pasar rakyat, baik melalui revitalisasi fisik maupun pemberdayaan pedagang. Dukungan promosi dan event rutin di pasar juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kunjungan masyarakat," tegasnya.

 

Menua, enggan hidup, mati pun tak mau

 

Batin pedagang di pasar rakyat kian bergejolak dengan keadaan pasar yang tak menentu, hal itu dirasakan oleh pelaku usah di pasar rakyat yang bergerak di sektor fesyen. 

 

Ryan Saepul hayat, 27, adalah pelaku usaha generasi kedua dari toko BB Shop yang telah beroperasi lebih dari dua dekade di Pasar Panorama Lembang tepatnya di Blok DM 22-23 Lt. 1, Pasar panorma, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 

 

Pandemi Covid-19 menjadi momen terberat yang mesti ia lalui sebagai pelaku usaha di pasar rakyat. Peralihan pusat transaksi begitu ia rasakan dalam periode itu. 

 

“Sebelum pandemi, yang berkunjung ke toko pasti ada, pasar masih jadi pusat perbelanjaan masyarakat, jauh dengan keadaaan sekarang. Sering tak ada pengunjung yang datang,” keluhnya lirih.

 

Pria lulusan Teknik Lingkungan Universitas Pasundan Bandung itu berpandangan bahwa fasilitas pasar kini memang jauh lebih baik, pascakebakaran pasar Panorama Lembang satu dekade lalu. Namun, kini pasar menjadi satu hal yang mulai ditinggalkan.

 

“Dulu rata-rata bisa mendapatkan dua juta rupiah sehari, sekarang sering tidak ada pembeli sama sekali, bahkan baru ramai saat momen musim sekolah dan lebaran saja. Meski, pendapatanya pun turun lebih dari 50%," jelasnya lirih. 

 

Menurutnya, harga produk di pasar daring lebih murah karena langsung dari tangan pertama, sementara di pasar Rakyat harga bisa lebih mahal karena melalui beberapa tangan.

 

Selain itu, ia juga mengkritisi kondisi pasar yang kurang tertata rapi. "Masalah sampah dan parkir yang tidak tertata membuat orang malas datang ke pasar. Mungkin itu jadi faktor mengapa orang malas untuk datang," ujarnya.

 

Ryan pun berharap, adanya aktivasi pasar yang membuat orang-orang ingin datang ke pasar dan ada peran pemerintah untuk mengupayakan pasar menjadi pusat perbelanjaan bagi masyarakat.


Inisiatif Aprindo dan Aparsi 

Miris akibat tersendatnya perputaran ekonomi di pasar rakyat notabene dirasakan juga oleh pelaku pasar ritel nasional. Dengan kondisi yang sama, mereka saling membahu menghadirkan berbagai inisiatif agar bisnis para pelaku usaha di sana berkelanjutan.

 

Mei 2024, Asosiasi Pasar Ritel Indonesia (Aprindo) dengan Asosiasi Pasar Rakyat Seluruh Indonesia (Aparsi) menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (Mou)  untuk kolaborasi dan bersinergi menjaga pasokan bahan pokok dan penting untuk kebutuhan masyarakat Indonesia. 

 

Misi besarnya bukan itu, perputaran ekonomi yang lambat dari sektor tersebut membuat mereka bergerak bersama untuk menyelamatkan ekosistem usaha pasar rakyat dan ritel di tengah gempuran digitalisasi. 

 

 "Tujuan kerja sama itu untuk berkolaborasi, terutama dalam hal pasokan barang produksi dari pabrikan dan sayur-mayur. Jadi sekarang pasar rakyat bisa belajar pada pasar ritel untuk mendapatkan barang langsung dari pemasok sementara pasar ritel bisa mengakses jaringan pasar rakyat dalam hal produk basahan atau impor," katanya.

 

Sinergi tersebut tak hanya berbuah solusi bagi ekosistem usaha diberbagai belah pihak. Melainkan menghadirkan pula berbagai inisiatif program yang jadi stimulan bagi para pelaku usaha antarsektor agar mampu bersaing di era digital ini. 

 

"Tahun ini, kami masih memetakan daerah mana yang akan menjadi pilot project untuk pelatihan kepada pelaku usaha di pasar rakyat pun ritel, yang kemudian akan direplikasi penerapannya di pasar lain," tambahnya.

 

Dengan kemunculan generasi muda di pasar, ia menekankan untuk memberikan mereka berbagai program demi meningkatkan kapasaitasnya dalam berusaha baik secara luring maupun daring mengikuti arus digitalisasi. 

 

“Salah satu kegiatan yang menyasar generasi muda itu kita gerakan melalui kerja sama dengan Bank Indonesia (BI), salah satu hasilnya Pasar Klewer Solo. Di lt 4 pasar tersebut ada booth untuk pelatihan memasarkan produk secara online,” jelasnya.

 

Dalam pelatihan itu, para pelaku usaha di pasar rakyat diajarkan bagaimana caranya melakukan pemasaran, mendekorasi toko, melakukan foto produk, dan berjualan secara daring untuk produk yang memang bisa bersaing di marketplace (loka pasar) 

 

“Adapun yang berhasil, yakni pasar Bringharjo Yogyakarta, alhamdulillah mereka guyub dan bisa digitalisasi. Merekapun mulai berjualan secara daring,” ungkapnya bahagia. 

 

Namun, dibalik keberhasilan itu semua, Suhendro menekankan kembali bagaimana pemerintah pun harus ikut mengambil peran dengan memberikan dukungan terhadap inisiatif yang dimotori kedua asosiasi ini, sehingga hasil yang didapat pun berdampak baik dan program yang hadir tepat sasaran.

 

“Sekali lagi, kami mohon pemerintah terlibat dalam pengembangan para pelaku usaha di pasar rakyat ini. Tanpa peran mereka, pasar rakyat dipastikan punah,” pungkasnya. 

 

Pasar Rakyat merupakan bagian penting dari warisan budaya dan ekonomi Indonesia. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sangat diperlukan untuk memastikan keberlangsungan pasar-pasar ini di era digitalisasi yang semakin maju. (Fajar Ramadan/ SG-1)