TARGET ambisius Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045 atau Indonesia Emas 2045 tampaknya semakin berat dicapai.
Setelah ditetapkan sebagai negara berpenghasilan menengah atas oleh Bank Dunia pada 1 Juli 2023, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar: meningkatkan pendapatan per kapita hingga tiga kali lipat dalam 20 tahun ke depan.
Staf Ahli Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM), Muhammad Riza Damanik, mengungkapkan keprihatinannya terhadap target tersebut.
Baca juga: Pengembangan Koperasi dan UMKM untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Saat ini, pendapatan per kapita Indonesia rata-rata sekitar USD 4.191 atau sekitar Rp 75 juta per tahun.
Untuk mencapai status negara maju, pendapatan per kapita harus melonjak ke USD 30.300 atau Rp 475 juta per tahun pada 2045.
"Dalam periode 20 tahun ke depan, diperlukan kenaikan 5-6 kali lipat dari apa yang kita peroleh hari ini," tegas Riza dalam sebuah acara di Bogor, Jawa Barat.
Namun, bagaimana mungkin kita mencapai target ini dengan struktur usaha yang didominasi oleh usaha mikro sebesar 99,62%? Usaha mikro, yang seringkali disebut sebagai ekonomi bertahan hidup, sangat rentan terhadap perubahan.
Struktur usaha ini mencerminkan betapa sulitnya menciptakan ekonomi yang kuat dan inklusif.
Baca juga: Untuk Capai Indonesia Emas 2045 Bappenas Dorong Penguatan Pasar Modal
Data dari Kemenkop UKM menunjukkan bahwa usaha kecil hanya menyumbang 0,30%, usaha menengah 0,06%, dan usaha besar hanya 0,01%.
Dengan struktur usaha seperti ini, membayangkan Indonesia menjadi negara maju pada 2045 terasa seperti mimpi yang jauh dari kenyataan.
"Agak sulit membayangkan dengan struktur seperti ini kita akan bisa menjadi negara maju," kata Riza.
Salah satu kunci menuju negara maju, menurut Bank Dunia, adalah menciptakan lapangan pekerjaan kelas menengah yang memiliki pendapatan tinggi dan mampu menyerap tenaga kerja secara luas.
Lapangan pekerjaan ini harus bersifat inklusif, memberikan peluang yang sama bagi perempuan dan mendorong hilirisasi nilai tambah produk melalui teknologi dan inovasi.
Riza menegaskan bahwa pekerjaan besar yang harus diselesaikan adalah menciptakan lapangan pekerjaan kelas menengah.
Ini bukan hanya soal membuka lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan kualitas tenaga kerja dan produktivitas.
Tantangan ini memerlukan upaya kolosal dari berbagai sektor, termasuk pendidikan, teknologi, dan kebijakan ekonomi yang mendukung pertumbuhan usaha menengah dan besar.
Baca juga: Reformasi Pajak Harus Berdampak Positif untuk Visi Indonesia Emas 2045
Namun, upaya ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Dibutuhkan sinergi antara sektor publik dan swasta, serta partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan tantangan yang begitu besar, kita perlu bertanya: apakah Indonesia siap? Apakah kita memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengatasi hambatan ini?
Menjadi negara maju pada tahun 2045 bukanlah sekadar target, melainkan perjalanan panjang yang memerlukan komitmen, kerja keras, dan perubahan mendasar dalam struktur ekonomi dan sosial kita.
Masa depan Indonesia ada di tangan kita semua. Sudah waktunya untuk beraksi dan tidak hanya bermimpi.
Apakah kita akan mengambil langkah berani untuk mencapai Indonesia Maju 2045, atau akan terjebak dalam status quo? Hanya waktu yang bisa menjawab, tetapi kita harus mulai sekarang. (SG-2)