DALAM kunjungannya ke Galeri Menong, sentra oleh-oleh dan kerajinan khas Kabupaten Purwakarta, Jumat (31/6), Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memborong berbagai produk usaha mikto, kecil, dan menengah (UMKM).
Tindakan ini merupakan bagian dari kampanye "bangga, bela, beli" produk UMKM.
Namun, meski langkah ini terlihat baik, pertanyaan yang muncul adalah: apakah ini hanya tindakan simbolis atau akan ada dampak jangka panjang bagi para pelaku UMKM?
Baca juga: Gelar Roadshow Kewirausahaan, Pemkot Batam Dorong UMKM Naik Kelas
Galeri Menong menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesulitan memperoleh bahan baku yang konsisten dan pemasaran produk yang masih terbatas.
Para pelaku UMKM, seperti Siti Halimah, perajin kue simping, dan Titin Martini, yang berfokus pada pemasaran, mengutarakan kesulitan mereka kepada Mendag. Mereka mengharapkan solusi nyata, bukan sekadar kunjungan dan janji.
Persoalan bahan baku yang sulit diperoleh, seperti yang dihadapi Siti Halimah, menunjukkan perlunya intervensi pemerintah dalam rantai pasokan.
Jika pemerintah dapat memfasilitasi ketersediaan bahan baku yang berkualitas, ini akan membantu para perajin meningkatkan produksi dan kualitas produk mereka.
Selain itu, keluhan tentang pemasaran yang disampaikan oleh Titin Martini menggambarkan masalah yang lebih mendasar:
UMKM Purwakarta telah siap bersaing di kancah nasional dan internasional, tetapi kurang mendapat dukungan pemasaran yang memadai.
Baca juga: Festival Aci Nusantara #3: Wisata Kuliner dengan Kreasi Aci dan Edukasi UMKM
Pemerintah seharusnya tidak hanya mengajak masyarakat mencintai produk lokal, tetapi juga secara aktif mempromosikan dan mengintegrasikan produk UMKM dalam setiap acara resmi.
Digitalisasi juga menjadi isu penting yang diangkat oleh Ikhsan, pelaku UMKM lainnya.
Di era digital ini, akses teknologi dan kemampuan memanfaatkan platform digital menjadi kunci sukses. Namun, banyak UMKM yang masih tertinggal dalam hal ini.
Pemerintah perlu memperkuat upaya edukasi dan pelatihan digital bagi UMKM agar mereka dapat bersaing dan berkembang.
Kemudian, minimnya minat kaum muda dalam bidang kerajinan keramik yang disampaikan oleh Nilah menunjukkan adanya tantangan regenerasi dalam industri ini.
Pemerintah bersama institusi pendidikan perlu menciptakan program yang menarik minat generasi muda untuk terlibat dalam kerajinan tradisional, sehingga warisan budaya ini tidak punah.
Mendag menyatakan upayanya untuk memastikan produk UMKM bisa masuk ke ritel modern, namun kendala retur produk yang tinggi menunjukkan masih banyak pekerjaan rumah.
Usulan agar ritel modern menyerap langsung produk UMKM dari lokasi asal perlu segera diimplementasikan untuk mengurangi kerusakan produk selama pengiriman dan meningkatkan efisiensi distribusi.
Tindakan membeli produk senilai Rp1.620.000 di Galeri Menong memang menunjukkan dukungan simbolis Mendag, namun langkah ini harus diikuti dengan kebijakan konkret yang berdampak luas.
Pemerintah, DPR, dan pemerintah daerah harus bekerja sama dalam memberikan bimbingan, fasilitasi, dan kebijakan yang benar-benar membantu UMKM berkembang.
Baca juga: Kenaikan Suku Bunga dan Tantangan Kredit UMKM di Tanah Air
Apakah langkah Mendag ini akan menjadi momentum perubahan atau hanya sekadar gestur simbolis, waktu yang akan menjawabnya.
Yang jelas, para pelaku UMKM di Purwakarta mengharapkan lebih dari sekadar kata-kata; mereka membutuhkan tindakan nyata dan dukungan berkelanjutan untuk mencapai kemajuan yang berarti. (SG-2)