sokoguru.id—Tepat saat berbelok ke jalan Pakar Barat, terdapat sederet toko di sisi sebelah kiri. Toko-toko tersebut tidak terlalu besar, tapi suasana ramai dapat terasa. Di depan terdapat sebuah plang nuansa klasik nyaman dipandang. Plang itu bertuliskan Toko Kopi Bandung 1810.
Di dalam, Rusmawan sibuk mengemas beberapa gelas kopi susu dan yogurt. Tak lama berselang, seorang pelanggan datang mengambil pesanan kopi susu dan yogurt tersebut. Lemari es di Toko Kopi Bandung 1810 seketika kosong melompong.
“Toko Kopi Bandung 1810 ini baru (berdiri) lima bulan. Awalnya saya memasarkan kopi dari Kampung Pasir Angling ini di media sosial. Biasanya dikirim atau cod,” ujar lelaki yang akrab disapa Iwan Kanit ini.
Di depan Iwan, berjejer toples besar berisi kopi dari Kampung Pasir Angling. Semua produk kopi yang ada di sana berasal dari Pasir Angling. Pohon kopi peninggalan masa Belanda di Kampung Pasir Angling berikan cita rasa istimewa.
Kampung Pasir Angling sejak lama menjadi penghasil kopi. Akan tetapi para petani di sana tidak tahu ke mana harus memasarkan kopinya. Sehingga mereka kerap menjual ceri kopi dengan harga murah kepada pengepul yang datang ke kebun.
Melihat itu, Iwan mendatangkan Pak Ayi Sutedja untuk memberikan workshop pengolahan kopi di Kampung Pasir Angling. Dengan memproduksi kopi menjadi green bean, nilai ekonomi masyarakat Kampung Pasir Angling bisa meningkat hingga 10 kali lipat.
“Kampung Pasir Angling sebetulnya bukan hanya memproduksi kopi saja. Di sana peternakan sapi. Produknya peternakan pun banyak, ada yogurt, (dan) susu, tapi pasarnya tidak terbentuk,” ungkap Iwan.
Iwan membantu memasarkan produk Pasir Angling sejak tahun 2019. Saat itu ia tahu kesulitan petani kopi Pasir Angling dalam pemasaran produknya. Akhirnya ia berfokus untuk membantu memasarkan produk di instagram dan facebook.
Sebelum mendirikan Toko Kopi Bandung 1810 sebagai pusat pemasaran produk kampung Pasir Angling, Iwan lebih dulu membuat brand Kopi Pasir Angling. Brand itu tumbuh besar menembus pasar kopi Bandung. Kini brand Kopi Pasir Angling sudah diberikan kepada petani lokal.
“Pemilihan nama Toko Kopi Bandung 1810 itu mengikuti tahun lahir Kota Bandung. Papan nama toko sengaja saya pesan agar terlihat klasik. Semuanya agar terlihat klasik,” kata Iwan.
Pohon kopi tua yang berada di kampung Pasir Angling memang selaras dengan tema klasik yang diusung Iwan. Pohon kopi itu menjadi simbol sejarah yang tak pernah usang, seperti Bandung yang terus bergerak sejak 1810.
Tak membicarakan keuntungan, Iwan memfokuskan kegiatannya untuk membantu petani Pasir Angling. Lambat laun, ia arahkan pengunjung untuk membeli langsung produk-produk kampung Pasir Angling langsung ke pusatnya. Dengan begitu, kesejahteraan petani Pasir Angling bisa meningkat.
“Kalau (petani Pasir Angling) sudah bisa bergerak sendiri ‘kan enak. Saya bisa tidur siang nantinya, haha,” pungkas Iwan sambil tertawa.