Soko Bisnis

Teknologi 3D Printing, Tren Perhiasan Saat ini yang Tampil Mewah dengan Bobot Lebih Ringan

JIJF 2025 diharapkan tidak hanya menjadi ajang promosi dan transaksi bisnis, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk lebih mendukung para perajin lokal.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
06 Maret 2025

Kemenperin mendukung pelaksanaan pameran dagang perhiasan bertaraf internasional, yakni Jakarta International Jewellery Fair (JIJF) 2025 pada 27 Februari – 2 Maret 2025 di Assembly Hall, Jakarta International Convention Center (JICC). (Dok. Kemenperin)

 

SOKOGURU, Jakarta- Tren yang sedang berkembang dalam industri perhiasan saat ini  adalah penggunaan desain minimalis dan sentuhan teknologi seperti 3D printing.

Hal itu memungkinkan produsen menciptakan perhiasan dengan tampilan mewah namun bobot lebih ringan. Teknologi itu juga mendorong personalisasi produk sesuai selera dan kebutuhan konsumen, terutama generasi muda.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, mengungkapkan hal itu, terkait baru berakhirnya  Jakarta International Jewellery Fair (JIJF) 2025, di Jakarta International Convention Center (JICC) Senayan, Jakarta. 

Baca juga: Nilai Ekspor Perhiasan RI Capai USD3,94, Diminati Pasar AS, China, India, Swiss

“Industri perhiasan saat ini mengalami transformasi seiring dengan perubahan gaya hidup, teknologi, dan tren pasar global. Perhiasan tidak hanya sekadar aksesori tetapi juga mencerminkan warisan budaya, keberlanjutan, dan modernitas,” ujarnya dalam keterangan resmi Kemenperin,  Rabu (5/3).

Perhiasan, sambung Reni, tidak lagi hanya digunakan dalam acara perayaan tertentu, tetapi juga telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. 

“Sebab itu, desain perhiasan terus berkembang, mengikuti permintaan pasar yang mengarah pada desain lebih minimalis, fungsional, dan elegan,” imbuhnya.

Menurutnya, industri perhiasan memiliki potensi pasar besar karena didukung oleh kreativitas para perajin yang mampu menghasilkan beragam produk perhiasan mengikuti tren pasar. 

Sebagai bentuk dukungan terhadap industri perhiasan dalam negeri, tambah Reni, Kemenperin melalui Ditjen IKMA terus mendukung kolaborasi antara pelaku industri kecil dan menengah (IKM), desainer lokal, akademisi, serta pemangku kepentingan lainnya.

Baca juga: Perluas Pasar Ekspor, Kemenperin Fasilitasi IKM Perhiasan RI ke Pameran di Hong Kong

Salah satu upaya strategis yang dilakukan Kemenperin adalah mendukung pelaksanaan pameran dagang perhiasan bertaraf internasional, yakni JIJF 2025. 

Pameran yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) tersebut dilaksanakan pada 27 Februari – 2 Maret 2025 di Assembly Hall, JICC.

 “Pameran itu menjadi kesempatan dan wadah bagi para pelaku industri untuk memperkenalkan produk perhiasan terbaru, menjalin kerja sama bisnis, serta bertukar informasi terkait tren dan inovasi dalam industri perhiasan,” tambah Reni.

Ia sangat mengapresiasi peran APEPI yang memberikan fasilitasi kepada delapan pelaku IKM industri perhiasan binaan Ditjen IKMA. Para pelaku IKM tersebut telah melalui tahapan kurasi dan seleksi untuk berpartisipasi dalam pameran JIJF 2025.

Dengan keterlibatan lebih banyak pelaku industri perhiasan, pameran itu diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan industri perhiasan di dalam negeri.

“Saya menyampaikan apresiasi kepada Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) yang telah memfasilitasi para IKM perhiasan sehingga dapat turut serta mengikuti pameran dalam JIJF 2025 ini,” ujarnya lagi.

Hal itu menunjukkan dukungan kuat dari asosiasi sebagai upaya untuk mendorong perluasan akses pemasaran produk perhiasan dan perkembangan pelaku industri perhiasan.

Selain itu, keikutsertaan IKM dalam pameran JIJF 2025 ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk berjejaring, berbagi pengalaman, serta meningkatkan daya saing di pasar nasional maupun internasional.

Sementara itu, Direktur Industri Aneka, Reny Meilany mengatakan, pihaknya terus melakukan berbagai upaya program dan kebijakan strategis untuk pertumbuhan industri perhiasan nasional. 

“Kami berkomitmen untuk terus mendorong ekspansi industri perhiasan nasional, melalui partisipasi pameran dalam dan luar negeri, program e-smart IKM, program Peningkatan Penggunaan Produk dalam Negeri (P3DN), restrukturisasi mesin/peralatan, dan bimbingan teknis bagi industri perhiasan. Dengan strategi yang tepat, kami optimistis industri perhiasan Indonesia dapat semakin kompetitif di pasar global,” ujarnya.

Berbagai produk perhiasan dengan desain terkini dan inovatif yang ditampilkan dalam pameran itu, sambung Meilany, memberikan berbagai pilihan seperti emas, perak, mutiara, berlian, batu mulia dan semi mulia, batu kasar, serta kerajinan dan perhiasan halus lainnya.

 “Saya berharap acara ini tidak hanya menjadi ajang promosi dan transaksi bisnis, tetapi juga dapat menginspirasi kita semua untuk lebih mendukung para perajin lokal dan mengapresiasi keberagaman budaya Indonesia melalui karya-karya perhiasan yang dihasilkan,” imbuhnya.

Baca juga: Nilai Ekspor Tembus USD547,5 juta, Kinerja Industri Perhiasan Nasional Kian Berkilau

Nilai ekspor capai  USD5,5 miliar

Dirjen Reni menambahkah, pihaknya terus berupaya meningkatkan kinerja industri perhiasan sebagai sektor yang memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi. 

Sebab itu, Kemenperin bersama stakeholder turut mendorong agar para pelaku industri perhiasan mendapatkan wadah dan akses untuk mempromosikan produk-produk unggulannya sekaligus memperluas jejaring bisnis.

Industri perhiasan, menurutnya, memiliki peranan yang cukup penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

“Dengan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekspor, serta pengembangan budaya dan kearifan lokal, industri ini memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global,” katanya.

Kemenperin mencatat, nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga Indonesia pada Desember 2024 mencapai USD435 juta, meningkat 17,9% dibandingkan November 2024. 

Adapun secara kumulatif, nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga pada tahun 2024 sebesar USD5,5 miliar.

“Kami memiliki optimisme yang tinggi terhadap peningkatan ekspor industri perhiasan di tahun 2025, dengan harapan kondisi perekonomian global dapat semakin membaik,” tutur Reni. (SG-1)