SokoBisnis

Pelaku Usaha Diajak Bersiap Manfaatkan Pasar Ekspor ke Peru dan Tunisia

Tujuan utama perjanjian dagang bukan menciptakan defisit bagi salah satu pihak, melainkan mendorong peningkatan ekspor negara masing-masing secara berimbang.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
26 November 2025
<p>Menteri Perdagangan Budi Santoso (Busan) membuka Strategic Forum Indonesia-Peru CEPA dan Indonesia-Tunisia PTA di Kantor Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan, Jakarta, Selasa, 25 November 2025. (Dok. Kemendag)</p>

<p> </p>

Menteri Perdagangan Budi Santoso (Busan) membuka Strategic Forum Indonesia-Peru CEPA dan Indonesia-Tunisia PTA di Kantor Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan, Jakarta, Selasa, 25 November 2025. (Dok. Kemendag)

 

SOKOGURU, JAKARTA- Indonesia telah menandatangani perjanjian dagang dengan Peru dan Tunisia. Untuk itu, seluruh pelaku usaha diajak segera mempersiapkan diri dan mengambil manfaat secara optimal dari terbukanya pasar ekspor ke dua negara tersebut.

Terlebih sudah ada skema Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Tunisia dalam skema Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (PTA). 

Ajakan tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Budi Santoso (Busan) saat membuka Strategic Forum Indonesia-Peru CEPA dan Indonesia-Tunisia PTA di Kantor Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan, Jakarta, Selasa, 25 November 2025.

Baca juga: Indonesia-Peru Targetkan Penyelesaian IP-CEPA pada November 2024

“Perjanjian dagang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ekspor Indonesia dan negara-negara mitra dagang di tengah tren proteksionisme dalam perdagangan global,” ujarnya, seperti dikutip keterangan resmi Kementerian Perdagangan (Kemendag), Rabu, 26 November.

Indonesia-Peru CEPA telah ditandatangani pada 11 Agustus 2025. Sementara itu, Indonesia-Tunisia PTA telah selesai secara substantif dan direncanakan akan ditandatangani pada Januari 2026.

“Semua perjanjian dagang, baik dengan Peru, Tunisia, maupun negara mitra lainnya, harus segera dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku usaha untuk bisa meningkatkan ekspor,” imbuh Mendag Busan.

Baca juga: Indonesia-Peru Rayakan 50 Tahun Hubungan Diplomatik, Sepakati Langkah Konkret Perkuat Kerja Sama Strategis

Indonesia-Peru CEPA dan Indonesia-Tunisia PTA menambah deretan perundingan perdagangan Indonesia dengan negara mitra yang telah selesai, yaitu Indonesia-Uni Eropa CEPA, Indonesia-Kanada CEPA, serta Indonesia-Eurasian Economic Union CEPA. 

Selain itu, Indonesia sudah memulai perjanjian dagang dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Lebih lanjut, Mendag Busan menegaskan, komitmen Kemendag untuk meningkatkan ekspor sekalipun target pertumbuhan ekspor tercapai. Kinerja perdagangan Indonesia, menurut Mendag, menunjukkan tren positif. Pada Januari–September 2025, ekspor Indonesia telah tumbuh 8,14%, melampaui target tahun 2025 yang ditetapkan sebesar 7,1%. Sementara itu, surplus perdagangan meningkat signifikan hingga 50,93%.

Baca juga: Presiden Prabowo Bertemu Presiden Peru Boluarte Tegaskan Arah Kemitraan Strategis Indonesia–Peru

“Capaian itu luar biasa, tetapi kita ingin terus meningkatkan ekspor dengan cara mencari pasar yang baru. Pembukaan akses pasar ke Peru dan Tunisa merupakan salah satu dari tiga program prioritas Kemendag, yaitu Perluasan Pasar Ekspor,” urainya.

Agar pemanfaatan perjanjian dagang dapat lebih optimal, Mendag Busan mengajak para pelaku usaha mencari mitra dagang dari negara-negara yang sudah memiliki kesepakatan dengan Indonesia. 

Di samping itu, untuk mendorong peningkatan ekspor nasional, Mendag Busan menjelaskan, Kemendag mempersiapkan program penjajakan bisnis (business matching) yang memungkinkan para pelaku usaha bertemu calon buyer dengan dukungan perwakilan perdagangan (perwadag) RI di luar negeri. 

Para perwadag RI di luar negeri, meliputi Atase Perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), akan berperan aktif menjembatani pelaku usaha Indonesia dengan calon mitra di negara-negara mitra. 

“Akan kami lakukan forum bisnis atau penjajakan bisnis secara daring. Kita bisa mulai secara daring terlebih dahulu karena Peru dan Tunisia jaraknya cukup jauh. Kita akan memanfaatkan perwakilan kita di luar negeri untuk membantu pelaku usaha menemukan mitra dagang,” tuturnya lagi.

Mendag Busan juga menekankan, tujuan utama perjanjian dagang bukan untuk menciptakan defisit bagi salah satu pihak, tetapi untuk mendorong peningkatan ekspor masing-masing negara secara berimbang dan saling menguntungkan. 

"Tujuan perjanjian dagang bukan membuat defisit satu sama lain, tetapi untuk meningkatkan ekspor masing-masing. Kita saling membutuhkan, kita harus menjadi mitra dagang yang adil dan saling menguntungkan. Di tengah tren proteksionisme, kita ingin perdagangan yang adil dan bermanfaat sehingga ekspor kedua negara dapat tumbuh bersama," katanya.

Ruang membahas potensi

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono dalam laporannya menyampaikan, forum tersebut diharapkan dapat menjadi ruang untuk membahas potensi, peluang, serta tantangan implementasi perjanjian dagang dengan Peru dan Tunisia. 

Menurutnya, forum itu merupakan awal dari kolaborasi yang akan terus berlanjut.

"Ini bukanlah akhir dari segalanya. Ini hanyalah permulaan, awal dari kolaborasi kita yang lebih lanjut. Kami berharap kita dapat membuka babak penting baru, mengkaji potensi peluang sekaligus tantangan, termasuk pada Indonesia-Peru CEPA,” tambah Djatmiko.

Sementara itu, Assistant Vice President Petrokimia Gresik, Afan Anas, yang hadir dalam acara tersebut mengapresiasi forum yang diadakan oleh Kemendag. 

“Forum ini sangat bagus, memberikan informasi peluang yang bisa kami manfaatkan kedepannya. Dengan adanya perjanjian ini, harapannya bisa menguntungkan bagi pelaku industri,” ujarnya.

Pada acara  Strategic Forum Indonesia-Peru CEPA dan Indonesia-Tunisia  PTA digelar pula talk show yang dibagi dalam dua sesi. Pertama, membahas tema Peluang dan Tantangan yang Optimal Indonesia-Peru CEPA. 

Sesi itu menghadirkan para narasumber, yaitu Dirjen Djatmiko Bris Witjaksono; Duta Besar Peru untuk Indonesia, H.E. Luis Raúl Tsuboyama Galván; Sekretaris Lembaga Riset Internasional Sosial, Ekonomi, dan Kawasan Universitas IPB, Widyastutik; Wakil Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jahja B. Soenarjo; dan Manager Ekspor PT AKGoldenesia, Irma Nuranggraini.

Djatmiko membuka diskusi dengan memaparkan 10 komoditas utama yang dapat dioptimalkan dengan adanya Indonesia-Peru CEPA, yakni sektor mobil penumpang dan kendaraan bermotor lainnya (HS 8703), alas kaki (HS 6402, 6403, dan 6404), minyak kelapa sawit dan turunannya (HS 1511), lemari pendingin (HS 8414), kertas dan karton (HS 4802), margarin (HS 1517), cengkih (HS 0907), dan mesin cetak (HS 8443).

“Ada sepuluh komoditas utama dalam Indonesia-Peru CEPA. Pelaku usaha bisa benar-benar menikmati dengan adanya penurunan tarif. Selain itu, pelaku usaha juga dapat memanfaatkan perjanjian ini untuk mengimpor bahan baku,” katanya.

Kemudian Dubes Luis menyampaikan, Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara, yang berpotensi menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia. 

Dengan Perjanjian Indonesia-Peru CEPA, Indonesia dapat menjajaki Peru, yang menjadi pintu gerbang dalam mengakses pasar perdagangan Amerika Latin.

“Perjanjian Indonesia-Peru CEPA merupakan kesempatan yang baik untuk Indonesia dan Peru. Perjanjian ini tidak hanya selesai ditandatangani, tetapi bagaimana butuh implementasi nyata oleh kedua negara,” ungkap Luis.

Dari sisi asosiasi, Jahja memaparkan, Indonesia-Peru CEPA membuka peluang besar bagi pelaku usaha. Untuk dapat memanfaatkan perjanjian secara maksimal, pelaku usaha harus melakukan eksekusi secara nyata dan berkelanjutan. 

“Sebagai pelaku usaha, jangan hanya mendapatkan single time buyer. Kita harus mencari mitra yang tepat untuk dapat membangun bisnis yang berkelanjutan,” ujar Jahja. 

Sedangkan dengan Tunisia, pada Januari--September 2025, perdagangan Indonesia dan Tunisia tercatat sebesar USD 308,60 juta. 

Nilai itu meningkat sebesar 157,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Januari-- September 2025, ekspor Indonesia ke Tunisia USD 68,90 juta dan impor Indonesia dari Tunisia USD 239,60 juta.

Pada 2024, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar USD 169,30 juta dengan ekspor Indonesia ke Tunisia USD 113,30 juta dan impor Indonesia dari Tunisia USD 56 juta. Dengan demikian Indonesia surplus perdagangan terhadap Tunisia sebesar USD 57,30 juta. (SG-1)