SOKOGURU, JAKARTA- Peran aktif pemerintah, dunia akademik, dan pelaku usaha sangat penting untuk mewujudkan perdagangan barang dan jasa digital yang tangguh.
Kolaborasi lintas sektor tersebut akan mendorong lahirnya inovasi, mempercepat adopsi teknologi, serta membuka akses yang lebih luas bagi pelaku usaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk berpartisipasi dalam perdagangan digital.
Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara utama dalam acara CEO Talk 2025 di Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 19 Juni 2025.
Baca juga: Bawa 27 Pelaku Usaha, Wamendag Roro Pimpin Langkah Strategis Tembus Pasar Jepang
Pada acara yang mengusung tema Lesson Learned 2025: Perdagangan dan Jasa Berbasis Teknologi itu, turut memberikan sambutan yaitu Wakil Rektor IV Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Agus Muhammad Hatta dan Kepala Pusat Studi Pengembangan Industri dan Kebijakan Publik ITS Arman Hakim Nasution.
“Sinergi lintas sektor menjadi kunci untuk memacu inovasi dan menghadirkan solusi konkret dalam menghadapi tantangan transformasi digital di bidang perdagangan,” ujarnya secara daring, seperti dikutip keterangan resmi Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jumat, 20 Juni.
Lebih lanjut, Wamendag Roro menjelaskan, pihaknya berkomitmen menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan perdagangan barang dan jasa berbasis teknologi.
Baca juga: Wamendag Roro: Perempuan Maju, Ekonomi, Perdagangan Tangguh, 64,5% UMKM dimiliki Perempuan
Ia menekankan pentingnya regulasi yang tidak hanya mendorong inovasi, tetapi juga memberikan perlindungan bagi konsumen serta meningkatkan daya saing produk dan jasa dalam negeri di pasar nasional maupun global.
Sebagai wujud konkret dari komitmen tersebut, lanjut Roro, pemerintah telah mengesahkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang kemudian diperkuat dengan terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023. “Kebijakan itu dirancang untuk membangun lingkungan niaga-el yang adil dan sehat, mengikuti dinamika teknologi, serta mendukung pemberdayaan UMKM dan pelaku usaha dalam negeri secara berkelanjutan,” imbuhnya.
Baca juga: Wamendag Roro Dukung Inovasi Ritel, Sektor Ritel Masih Jadi Tulang Punggung Perdagangan Nasional
Wamendag Roro menuturkan, meskipun era digital telah membuka peluang baru, hal tersebut juga menghadirkan tantangan. Kehadiran niaga-el, logistik digital, pembayaran digital, dan berbagai inovasi teknologi lainnya mengubah cara masyarakat bertransaksi dan berinteraksi, sehingga pelaku usaha dituntut untuk cepat beradaptasi.
Wamendag Roro mengutarakan, ekonomi digital diperkirakan akan menjadi salah satu pilar utama pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan.
Tren positif UMKM yang beralih ke perdagangan digital
Pada 2024, nilai barang dagangan bruto (gross merchandise value/GMV) ekonomi digital Indonesia mencapai USD90 miliar. Capaian ini setara 34% dari total ekonomi digital di kawasan ASEAN.
Berdasarkan data Bank Indonesia, PMSE masih menjadi kontributor terbesar bagi ekonomi digital dengan nilai transaksi mencapai Rp512 triliun atau tumbuh 12,77% (YoY).
Tren pertumbuhan tersebut juga terlihat dari peningkatan transaksi PMSE pada triwulan IV 2024 yang naik sebesar 2,36 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (Q-to-Q) dan meningkat sebesar 4,83% dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Sementara itu, jumlah pengguna platform PMSE di Indonesia diperkirakan mencapai 65,65 juta pada 2024. Angka tersebut meningkat 12% sebesar 7,02 juta pengguna dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Wamendag Roro juga menjelaskan tren positif pertumbuhan UMKM yang beralih ke perdagangan digital. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan platform niaga-el terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2022, tercatat 28,75% dari total UMKM telah melakukan perdagangan secara daring. Angka ini terus tumbuh menjadi 37,79% pada 2023.
Pertumbuhan tersebut menunjukkan semakin terbukanya akses pasar dan membaiknya daya saing UMKM di era digital.
Meski peluang digital semakin terbuka lebar, Wamendag Roro mengingatkan bahwa transisi dari perdagangan luring ke daring masih menyisakan sejumlah tantangan, khususnya bagi pelaku UMKM.
Beberapa di antaranya meliputi keterbatasan permodalan, akses pasar yang belum merata, serta keterampilan digital yang masih perlu ditingkatkan.
“Untuk itu, perlu dukungan bersama dari berbagai pihak agar UMKM tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga tumbuh dan bersaing. Pemerintah sendiri terus berupaya memperluas edukasi, pelatihan, dan pendampingan digital agar transformasi ini dapat dijalani secara bertahap dan inklusif,” imbuh Roro.
Dalam kesempatan itu ia juga menguraikan tiga program utama Kemendag untuk meningkatkan kinerja perdagangan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ketiga program tersebut yaitu pengamanan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor, dan peningkatan UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) Ekspor,” ujarnya.
Wamendag Roro menambahkan, program UMKM BISA Ekspor merupakan langkah konkret Kementerian Perdagangan dalam menghadirkan solusi agar pelaku UMKM dalam negeri dapat menembus pasar global. Sepanjang Januari-Mei 2025, Kemendag melalui perwakilan perdagangan (perwadag) RI di 33 negara telah memfasilitasi 296 penjajakan kesepakatan bisnis (business matching) yang mencakup 197 sesi pitching dan 99 pertemuan langsung antara UMKM Indonesia dan calon buyer internasional.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total transaksi hasil business matching sepanjang Januari hingga Mei 2025 mencapai USD 68,65 juta atau setara Rp1,1 triliun.
Angka itu mencatat pertumbuhan sebesar 19,16 persen dibandingkan periode Januari–April 2025 yang membukukan transaksi senilai USD 57,61 juta atau sekitar Rp945,55 miliar.
Wamendag Roro menguraikan, khusus pada Mei 2025, sebanyak 50 kegiatan business matching digelar, melibatkan 119 UMKM dari berbagai sektor seperti fesyen, kerajinan, dekorasi rumah, makanan dan minuman olahan, kopi, produk perikanan, hingga belalang goreng.
Lebih dari 17 buyer dari tujuh negara mitra tercatat mengikuti kegiatan ini, yang menunjukkan minat dan kepercayaan terhadap produk UMKM Indonesia, serta membuka peluang kerja sama jangka panjang.
Adapun program perluasan pasar ekspor dilakukan dengan memperkuat diplomasi perdagangan melalui penyelesaian perundingan dan sengketa perdagangan.
Untuk program pengamanan pasar domestik, salah satunya diimplementasikan dengan mendorong PMSE sebagai salah satu kanal distribusi yang adaptif terhadap perubahan zaman.
Pendapat senada disampaikan Wakil Rektor IV ITS Agus Muhammad Hatta juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi percepatan teknologi dan dinamika global yang semakin kompleks.
Menurut Agus, kecepatan menghadapi perubahan tidak dapat dicapai sendirian. Untuk itu, dibutuhkan kecepatan secara kolektif dan kolaboratif. “Forum seperti ini penting untuk terus dikembangkan sebagai wadah diskusi dan pembelajaran bersama dari berbagai sektor,” pungkasnya. (SG-1)